Sabtu, 25 Februari 2017

Manajemen Konflik


Definisi Konflik

Menurut Nardjana (1994) Konflik yaitu akhir situasi dimana harapan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.

Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut sanggup mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)

Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn (1998:580) yang dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi) adalah: Conflict
is a situation which two or more people disagree over issues of organisational substance and/or experience some emotional antagonism with one another. Yang kurang lebih mempunyai arti bahwa konflik yaitu suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak oke terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.

Menurut Stoner Konflik organisasi yaitu meliputi ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya yang langka atau peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian. (Wahyudi, 2006:17)

Daniel Webster mendefinisikan konflik sebagai:
1. Persaingan atau kontradiksi antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain.
2. Keadaan atau sikap yang bertentangan (Pickering, 2001).

Ciri-Ciri Konflik

Menurut Wijono( 1993 : 37) Ciri-ciri Konflik yaitu :

1. Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan.

2. Paling tidak timbul kontradiksi antara dua pihak secara perseorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan kiprah dan ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.

3. Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala sikap yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain biar sanggup memperoleh laba seperti: status, jabatan, tanggung jawab, pemenuhan aneka macam macam kebutuhan fisik: sandang- pangan, materi dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan tertentu: mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri, kasih, penghargaan dan aktualisasi diri.

4. Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akhir kontradiksi yang berlarut-larut.

5. Munculnya ketidakseimbangan akhir dari perjuangan masing-masing pihak yang terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya.

Tahapan-Tahapan Perkembangan kearah terjadinya Konflik 

1. Konflik masih tersembunyi (laten)
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.

2. Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, ibarat timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan kiprah dan sebagainya.

3. Konflik yang sanggup diamati (perceived conflicts) dan konflik yang sanggup dirasakan (felt conflict)
Muncul sebagai akhir antecedent condition yang tidak terselesaikan.

4. Konflik terlihat secara terwujud dalam sikap (manifest behavior)
Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan alasannya yaitu serta akhir yang ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi cenderung melaksanakan aneka macam prosedur pertahanan diri melalui perilaku.

5. Penyelesaian atau tekanan konflik
Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan aneka macam taktik atau sebaliknya malah ditekan.

6. Akibat penyelesaian konflik
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan taktik yang sempurna maka sanggup menunjukkan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak. Sebaliknya kalau tidak, maka sanggup berdampak negatif terhadap kedua belah pihak sehingga mempengaruhi produkivitas kerja.(Wijono, 1993, 38-41).

Penyebab Konflik

Konflik di dalam organisasi sanggup disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Faktor Manusia
1. Ditimbulkan oleh atasan, terutama lantaran gaya kepemimpinannya.
2. Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
3. Timbul lantaran ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain sikap egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.

b. Faktor Organisasi
1. Persaingan dalam memakai sumberdaya.
Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka sanggup timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.

2. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.
Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut. Misalnya, unit penjualan menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk lebih menarik konsumen, sementara unit produksi menginginkan harga yang tinggi dengan tujuan untuk memajukan perusahaan.

3. Interdependensi tugas.
Konflik terjadi lantaran adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak sanggup bekerja lantaran menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.

4. Perbedaan nilai dan persepsi.
Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, lantaran merasa menerima perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda mempunyai presepsi bahwa mereka menerima tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit, sedangkan para manajer senior men¬dapat kiprah yang ringan dan sederhana.

5. Kekaburan yurisdiksional.
Konflik terjadi lantaran batas-batas hukum tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang tindih.

6. Masalah “status”.
Konflik sanggup terjadi lantaran suatu unit/departemen mencoba memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki organisasi.

7. Hambatan komunikasi.
Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan, pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan sanggup mengakibatkan konflik antar unit/ departemen.

Sumber-Sumber Konflik

1. Konflik Dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict)

A. Konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal conflict)

Menurut Wijono (1993, pp.7-15), ada tiga jenis konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal conflict), yaitu:

1. Approach-approach conflict, dimana orang didorong untuk melaksanakan pendekatan positif terhadap dua problem atau lebih, tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.

2. Approach-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk melaksanakan pendekatan terhadap persoalan-persoalan yang mengacu pada satu tujuandan pada waktu yang sama didorong untuk melaksanakan terhadap persoalan-persoalan tersebut dan tujuannya sanggup mengandung nilai positif dan negatif bagi orang yang mengalami konflik tersebut.

3. Avoidance-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk menghindari dua atau lebih hal yang negatif tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.

Dalam hal ini, approach-approach conflict merupakan jenis konflik yang mempunyai resiko paling kecil dan gampang diatasi, serta balasannya tidak begitu fatal.


Sumber http://sumbermaterikuliah.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)