Selasa, 20 Maret 2018

Sebel-Sebel Juga Cinta, Tuh! Part 5



Sebel-Sebel juga Cinta, Tuh! Part 5





Ify duduk di sofa ruang keluarganya dengan tidak tenang. Ia menunggu mamanya. Ucapan Rio benar-benar membuatnya ingin tau dan waspada. Ia harus tahu kebenaran aslinya. Ia tidak mau mengikuti istilah Rio itu. Dia jadi milik Rio dan Rio jadi miliknya. Nggak mau. Rio itu kutukan. Nyeblin kuadrat binti kubik lagi.


“Mama pulang dong. Ini penting, Mam. Ayolah!” ucap Ify sendiri. Ia benar-benar harus tahu kebenarannya. Tadi ia sempat menelpon mamanya dan mamanya itu bilang ‘tungguin Mama, Mama bentar lagi pulang. Kita sama-sama ke rumah Tante Manda’. Kok mamanya ibarat berkomplotan dengan Rio? Atau ada hal yang lain dan hal itu belum sempat dijelasin oleh mamanya. Ify berharap pada opsi kedua, bukan yang pertama. Yang pertama itu nggak banget.

Ify terkantuk-kantuk di sofa. Ia sudah menunggu Mamanya selama dua jam, tetapi mama tercintanya itu belum juga pulang. “Mama kok usang banget sih?”

“Ify!!!!!” panggil seseorang dari luar pintu.

Ify terkejut dan segera berjalan ke pintu depan dan membuka pintu. “Mama???!!! Akhirnya mama pulang juga!” seru Ify.

“Kenapa sih, Fy? Kayaknya kau ada masalah,” tanya Tante Nina, Mama Ify.

“Nah itu dia, Ma. Nanti malem kita ke rumah Tante Manda, Ma?” tanya Ify memulai menjurus pada topiknya.

“Iya. Cepet kini kita siap-siap. Mama lupa bilang kemarin. Ini udah jam 7,” jawab Mama Ify dan akan menuju kamarnya.

Ify menarik lengan mamanya. Hati Ify sudah gemeteran. “Ify belum selesai nanya, Mamaku cantik,” ucap Ify dengan wajah cemberut.

“Mau nanya apa, lagi?”

“Dalam rangka apa kita ke rumah Tante Manda?” tanya Ify hati-hati.

“Ify belum tau juga? Kita kan mau jadi keluarga sama mereka,” jawab Mama Ify.

Mata Ify pribadi membelo. “Keluarga? Keluarga? Keluarga??” kata-kata itu teriang-iang dibenak Ify. “Nggak mungkin kalo yang Rio bilang itu bener!!!” batin Ify.

“Mama siap-siap dulu. Kamu juga siap. Setengah jam mama tunggu di teras,” ujar mamanya dan segera meninggalkan buah hatinya yang masih terbengong-bengong.

Ify berjalan ke lantai atas tanpa ia sadari. Di benaknya masih terekam dengan terang apa yang dibilang mamanya tadi. Ify benar-benar merasa lemas. Nggak mungkin jikalau ibarat ini. Dia tidak sanggup mendapatkan semua ini. Harus ada protes dari dirinya.

Cklek....Ify membuka pintu kamarnya.

***********

“Lama banget sih, Fy? Kita udah telat sepuluh menit,” omel Mama Ify.

Ify mengangguk. “Maaf, Ma. Kan Ify harus mandi dulu, dari tadi belum mandi,” ucap Ify membela diri.

“Kamu ini ya.... Ya udah, ayo kita ke sana,” ajak Mama Ify dan menarik putri semata wayangnya.

Ify benar-benar malas tiba ke rumah Rio. Nggak mau. Datang ke rumah ini petaka bagi Ify. Pertama kali ia ke sini dulu, Ify harus menciptakan pengukuhan boongan kepada mamanya. Dan parahnya lagi isi pengukuhan itu Ify itu yakni ia dan Rio pacaran. Sekarang? Kedua kalinya Ify tiba ke sini. Kalo yang pertama pengukuhan pacaran. Yang kedua apaan dong? Tunangan??

Ify terbelalak menyadari apa yang ia pikirkan. Tunangan? Nggak mungkin! Dia masih muda. Mau sekolah. Ngapain juga tunangan. Emang zaman penjajah, nikah dibawah umur 16 tahun. Ogah!!! Ify geleng-geleng kepala sendiri.

“Kenapa geleng-geleng, Fy. Ayo masuk. Itu Tante Mandanya udah manggilin,” ujar Mamanya.

Ify tersentak dan refleks mengangguk. Ia dan mamanya berjalan gotong royong ke dalam kediaman keluarga Haling.

“Apa kabar, Ify?” sapa Tante Manda.

Ify mengangkat wajahnya dan mengangguk kemudian tersenyum. “Baik kok, Tan,” balas Ify.

Tante Manda tersenyum.

Melihat senyum Tante Manda, Ify jadi bingung. Kok Tante Manda yang super duper baik dan ramah ini punya anak nyebelin rese yang nggak ada duanya di muka bumi ini. Kok sanggup ya?

“Fy...Fy....masuk ke dalam, yuk. Tante nungguin kau sama Mamamu. Lama banget. Padahal udah rame banget,” ucap Tante Manda.

“Maaf, Jeng. Saya pulangnya telat hari ini,” sahut Mama Ify.

Tante Manda mengangguk dan bersama Ify juga Mamanya, mereka bertiga berjalan ke dalam rumah.

Saat tiba di dalam rumah, Ify terkaget-kaget. Rame banget rumah Rio. Apalagi acaranya yang berada di taman belakang itu. Semuanya tampak ramai. Ini pesta pertunangannya dengan Rio? Semewah inikah? Undangannya seramai inikah? Batin Ify.

Ify melirik tamu permintaan yang hadir. Ada Pak RT masa? Kenapa juga ada pak RT segala di program ini. Ify melirik ke arah kolam ikan. Hah???!!! Ada Mang Udin sama Mang Asep si Hansip kompleks? Kok bisa?? Batin Ify lagi. Ia semakin merasa aneh.

“Woooiiii....” sapa seseorang nggak nyatai banget kepada Ify dan komplit dengan pundak Ify yang ditepuk pelan.

“Astagariomakinjelekaja,” latah Ify spontan. Ia juga kaget kok tiba-tiba jadi latah nggak banget gini.

Rio mengangkat alis kanannya. “Lo latah? Baru tahu gue. Tapi....”

“Lo ya...nggak di sekolah di rumah, tetep aja lo nyebelin. Kalo gue latah emang kenapa? Masalah buat lo?”

Rio menggeleng-geleng seolah tingkah Ify ini nggak banget. Tapi ini menciptakan Ify makin kesal. Adanya tingkah Rio yang nggak banget.

“Apa lo???!!!”

“Masalah sih nggak kalo lo latah. Tapi, duduk kasus juga kalo latah lo nyebut gue makin jelek. Harusnya kalo lo latah, bilang aja Rio makin ganteng makin cinta deh aku,” ujar Rio dengan tampang seriusnya.

Kalau tidak mengingat ini sedang di pesta niscaya Ify tidak akan segan-segan menjambak rambut Rio. Mengambil lakban dan memplaster mulutnya itu. Dari dulu hingga kini nggak berubah-ubah.

“Gila lo!!!” umpat Ify dan meninggalkan Rio.

“Eeeiiitsss...jangan kabur. Kita berdua di sini aja. Inikan program kita, My Lovely Honey,” ucap Rio dengan sangat mesra. Mesranya itu perlu diberi tanda kutip, alasannya yakni bagi Ify. Mesranya Rio itu menakutkan dan ia tidak pernah menginginkan itu.


“Lo........”

“Selamat malam hadirin semua,” sapa Om Zeth, Papa Rio. Ify melotot tajam ke arah Rio yang menunjuk-nunjuk ke arah papanya. Ify mengerti maksud Rio. Ify tidak sanggup melanjutkan omelanya alasannya yakni saatnya Om Zeth lah yang berbicara.

“Awas aja lo,” bisik Ify sadis. Rio Cuma nyengir doang.

Seruan jawaban kata malam terdengar. “Malam ini yakni malam yang sangat Istimewa buat kami sekeluarga.”

Ify menjadi merinding sendiri mendengar pidato awal Om Zeth. Jangan-jangan ini yang dimaksud Rio. Saat ini Om Zeth akan mengumumkan bahwa dirinya dan Rio akan bertunangan.

“Kami sangat berterima kasih kepada Anda semua alasannya yakni hadir di program sederhana ini. Kepada Pak RT, saya berterima kasih alasannya yakni Anda juga datang. Dalam program ini, saya akan mengumumkan bahwa......”


“Om Zeth.....tunggu,” ucap Ify spontan. Seluruh permintaan melihat ke arah Ify. Ify tidak perduli, ia hanya ingin mencoba supaya Om Zeth tidak melanjutkan pidatonya perihal pertunangan dirinya dan Rio.

Om Zeth menatap Ify heran. Mamanya pun juga. Tante Nina sendiri galau dengan putrinya itu.

“Ada apa, Ify?” tanya Om Zeth.

“Ify mohon, Om. Jangan ada pertunangan antara Rio dan Ify. Ify kan masih mau sekolah. Ya, Om?” pinta Ify dengan wajah memelas.

Alis Om Zeth terangkat sebelah. Apa yang dibilang anak tetangganya ini? Pertunangan? Rio dan Ify? Bagi Om Zeth, Rio juga terlalu masih kecil untuk bertunangan.

“Maksud kau apa, Nak Ify? Om nggak mengerti.”

“Bukannya ini pesta pertunangan Rio sama Ify, Om. Om mau mengumumkan jikalau Ify dan Rio ditunanginkan?” Ify malah balik bertanya dan juga menatap Om Zeth heran. Ify mencium roman-roman yang tidak enak. Tidak mungkin Om Zeth tidak tahu jikalau ini pesta pertunangan anaknya sendiri. Atau jangan-jangan.....


“Ini bukan pesta pertunangan, Nak Ify. Om tahu kok, jikalau kau dan Rio pacaran, tapi Om merasa kalian harus tamat Sekolah Menengan Atas dulu gres tunangan,” ucap Om Zeth memberi penjelasan.

Cttaaarrrr..........Praang.......Bruuukk.......kraaakkkk......Buugghh..........

Ify benar-benar malu. Bukan pertunangan? Kok bisa? Rio....!!! jerit Ify dalam hati.

“Beneran, Om? Kaprikornus ini pesta apa?”

Om Zeth mengangguk. “Ini pesta selamatan Om dan keluarga pindah ke sini. Sekalian berkenalan dengan semua tetangga. Karena kita akan jadi keluarga. Keluarga RT 24 RW 04 kompleks Nusa Indah,” ucap Om Zeth.

Otak, hati, tulang, dan semua yang ada di diri Ify benar-benar mendidih. Dia tidak habis pikir. Rio mengerjainya hingga segininya. Ini sudah keterlaluan. Ify sudah malu di depan seluruh permintaan dan Mamanya niscaya malu. Dengan memaksakan seulas senyumnya yang sangat manis. Ify tersenyum kepada Om Zeth. “Kalau begitu maafkan Ify, Om. Ify meminta maaf yang sebesar-besarnya. Ify benar-benar merasa sangat bersalah. Om silakan lanjutkan apa yang mau Om sampaikan. Sekali lagi Ify minta maaf,” ucap Ify.

Om Zeth mengangguk dan segera melanjutkan pidatonya.

Ify segera menoleh ke belakang. Terakhir kali tadi ia bangun berdua dengan Rio dan Rio sempurna berada di sebelah kirinya. Saat ia menoleh ke belakang. Rio raib!!! Rio menghilang!!! Dalam hati Ify benar-benar tidak sanggup menahan jeritannya. Rio benar-benar gila dan nyeblin!!! Sebel.....sebel....sebel...!!!!


“Damn you Rio. Hate ya!!!” batin Ify.

Ia mengamati sekeliling taman belakang keluarga haling ini. Dan Rio tidak terdektesi sama sekali. Kemana tuyul item turunan Buto Item itu? Dumel Ify dalam hati. “Awas lo ya!!!!”


**********

Saat Ify sudah memotong pidato papanya, Rio rahasia segera meninggalkan Ify. Perlahan-lahan tapi niscaya Rio menyelinap meninggalkan daerah acara. Ia benar-benar cemas. Soalnya langkah Ify di luar dugaannya. Ia kira niscaya Ify akan mengerti jikalau ia hanya bercanda atas omongannya kemarin ketika melihat udangan yang berada di rumahnya. Ternyata asumsi Rio salah besar dan kini gadis itu niscaya malu sekali dan Rio lah penyebab dari semuanya. Maka dari itu pula ia kabur ke daerah yang paling sepi dan jauh dari suasana pesta selamatan rumahnya.

“Wooii, Item!!! Lo di mana sih?? Ngumpet aja lo! Sini lo kalo berani!!! Denger gue ya!!! Gue itu sebel sama lo!! Lo itu......arrghh...pokoknya nyeblin!!!!!” seru Ify dan mencari-cari Rio.

Rio menelan salivanya. Ify tampaknya benar-benar menakutkan. Namun sayangnya Rio tidak lagi beruntung. Ia masih sempatnya kejedot dinding. “Adddaawww!!!!” jerit Rio kesakitan. Ia benar-benar lupa dengan situasi ketika ini.


Tawa Ify pecah. Dia benar-benar tertawa penuh kemenangan. “Jangan lari lo, Rio!!! Gu kesal sama lo!! Sini lo!!!” seru Ify dan berjalan menuju sumber bunyi yang tidak jauh berada dari tempatnya berdiri. Rio memang sedang berada di halaman depan rumahnya.

“Wwwoiii Buto Item!!!” seru Ify.


Rio tidak sanggup menghindar lagi. Dia benar-benar harus menghadapi Ify. Masa ia kalah? Selama ini toh ia yang mengintimidasi Ify. Masa jadi kebalikannya? Nggak akan pernah!

“Hmmm.... kenapa?” tanya Rio dengan tenangnya.

“Nggak usah sok hening lo, Item!!”

“Gue memang cool. Makanya lo tergila-gila sama gue dan terobsebsi buat tunangan sama gue.”

Mata Ify sukses membola. “Lo yang ngerjain gue, Bego!! Dan kini apa? Gue yang malu, stress!!!”

“Lo aja yang bego sendiri. Masa nggak nyadar juga dari permintaan yang ada di rumah gue. Otak lo kemana? Lo pinjemin sama keropi?”

Ify menghentak-hentakan kakinya. “Lo ngajak berantem ya? Gue ladenin. Di mana? Gu nggak takut sama lo.”

Rio menaikkan alisnya dan sadar jikalau Ify sedang emosi seemosinya terhadap dirinya sendiri. “Oke. Kita berantem!!! Lo mau di mana? Jangan di sini! Nanti menyebabkan keributan!”

“Oke. Terserah elo!! Di lapangan kompleks? Gue ladenin!!! Sekarang juga!!!” seru Ify dengan nafas satu dua tiga. Dia benar-benar kesal dengan Rio.

“Oke! Kita ke sana sekarang!!!!”

**********

Angin malam berhembus. Dingin yang menusuk hingga tulang rusuk kedua generasi Adam dan Hawa itu tidak di perdikan oleh keduanya. Keduanya itu yakni Rio dan Ify. Mereka bangun di tengah-tengah lapangan komples dengan saling berhadapan.

Keduanya juga saling melemparkan tatapan tajam menusuk dan ibarat meracuni satu sama lain. Tujuannya hanya satu, menciptakan lawan jadi down.

“Kenapa lo ngerjain gue hingga segininya?” tanya Ify mulai memecahkan keheningan di antara keduanya.

“Lo aja yang bego mau dikerjain,” jawab Rio pendek.

Ify mendengus kesal. “Siapa yang nggak ketar-ketir kalo dibilang akan ditunangin sama musuh bebuyutannya seantero dunia akhirat. Nggak ada yang demen. Lo aja kali!”

“Yeee....salah lo sendiri kenapa punya muka lawak. Enak banget ngerjain lo. Muka lo itu.... komedian banget. Harusnya lo bikin grup lawak, Fy. Nanti fans lo dinamain Fylawakers,” balas Rio sengit dan tertawa terbahak-bahak.

Ify menggenggam tangannya. Ia tidak terima. Sungguh!!! Ini termasuk penghinaan kelas kakap harus dituntaskan di pengadilan hiu. Harus. “LO itu nggak sadar apa, gue malu Rio. Malu banget. Pastinya gue udah buat nyokap gue malu.”

“Siapa yang bego coba? Masa lo nggak sanggup bedain mana candaan sama seriusan?”

“Gimana gue sanggup tahu, jikalau tampang lo kemaren itu serius banget. Gue udah takut banget tahu. Siapa juga yang mau sama lo!!!! Ogah selangit!!!”

“Masalah lo malu itu emang gue pikirin. EGP!! Lo aja ngebet pengen jadi pacar gue. Lagian kan lo sanggup nebak sendiri program apa di rumah gue lewat permintaan yang dateng.”

“Gue ngebet jadi pacar lo?? Mimpi lo??? Emang siapa selama ini manggil gue dengan panggilan norak pencuci perut hingga buat mules itu. Lo kan? Itu berarti lo yang ngebet punya pacar kayak gue!!!”

Rio tertawa. “Kalo berdasarkan lo gitu, kita pacaran aja beneran, Ify sayang!!!” Rio kembali kumat.

Ify menarik pelan rambutnya. Dia frustasi. Rio benar-benar.....Tadi ia marah-marah kini balik marahin orang. Mau Rio itu apa sih.

“Dalam mimpi lo yang paling buruk gue pacaran sama lo. Nggak akan pernah. Gue maunya lo minta maaf sama gue gara-gara insiden tadi. Terus lo minta maaf sama mama gue dan bilang sama nyokap-bokap lo, semua itu salah lo!!!!”

Rio mencibir. “Ogah!!!!”

“Lo itu ya.....aarrrggggghhhhh.....lo nggak tau rasanya gitu gimana Rio!!!! Malu banget!!!”

“Bodo!!!!”

“Nyebelin banget sih lo, Yo. Gue itu ya............ bosan gue bilang kalo gue itu benci sama lo. Lo nyebelin!!!!”

“Gue nggak pernah bosan nunggu lo bilang kalo lo sayang sama gue,” timpal Rio.

Ingin sekali Ify meninju muka Rio. Rio benar-benar menguji kesabarannya.

“Ini buat lo!!!” Ify membuktikan kepalan tangan kanannya. “Sekarang lo minta maaf!!!” tuntut Ify.

“Nggak akan pernah. Gue nggak salah!!!” ucap Rio tidak kalah sengit.

Ify benar-benar tidak tahu apa yang ahrus diperbuatnya. Ia benar-benar bingung. Apa yang harus dilakukannya kini supaya Rio mengakui kesalahannya.

“Ya udah kalo lo nggak salah! Lo nggak pernah tau rasanya kalo orang bau tanah kita malu. Lo itu.... arrrggghhh.....hiks....hikks......hikss....lo me....hiks...mang nye...hikss....lin......” ucap Ify bergetar dan karenanya air matanya mengalir turun. Air mata pertama yang jatuh di depan Rio. Pertahanan Ify lepas kontrol. Dia menangis. Akhirnya Ify mundur selangkah dan berbalik badan. Ia berjalan perlahan-lahan sambil menangis. Ia kalah. Dia menangis alasannya yakni Rio selalu menganggunya. Ini pertama kali untuknya.

Rio terpaku. Ia ngat betul. Dari dulu hingga sekarang, air mata ini yakni air mata yang pertama kali ia lihat dari sosok Ify. “Apa gue udah keterlaluan?” Rio bertanya-tanya.

Rio menatap Ify yang semakin berjalan jauh dari dirinya. Ia sanggup mendengar sesenggukan gadis itu. Ify benar-benar menangis. Rio galau harus bagaimana. Namun.....suara tangis itu membuatnya tidak tenang.

Haappp....

Rio meraih Ify dan memeluk gadis itu. Ternyata Rio tetapkan untuk mengejar gadis itu dan di sinilah mereka ketika ini. Masih tetap di lapangan namun dalam keadaan yang berbeda, ketika ini Rio sedang memeluk Ify.

Ify yang menangis dari tadi terkejut. Ia kaget jikalau Rio memeluk dirinya. “Lepasin gue!” ronta Ify. Ia menggerakan badannya supaya lepas dari rengkuhan kedua lengan kokoh Rio.

“Tenang....Ify. Gue....minta maaf,” ucap Rio lembut.

Ify terdiam. Seketika ia berhenti memberontak. Ia mengakat wajahnya dan mendapati sepasang mata Rio yang menatap dirinya. Di mata itu terlihat dengan terang penyesalan.

“Gue minta maaf, Ify. Gue sadar jikalau gue salah banget sama lo. Gue udah keterlaluan,” ucap Rio dan tetap tidak melepaskan pelukannya.

Ify benar-benar tidak percaya, Rio meminta maaf. “Lo beneran nyesel?” tanya Ify.

Rio mengangguk. “Gue nyesel banget. Senyesel-nyeselnya. Gue udah bikin lo nangis,” jawab Rio.

“Kenapa?”

Rio menatap Ify dengan tidak mengerti. “Kenapa apanya?”

“Kenapa lo nyesel bikin gue nangis? Biasanya lo nggak peduli?” terang Ify.

Rio menghela nafas. Ia mengendurkan pelukannya sejenak. Lalu membalik tubuh Ify supaya menatap ke arahnya. “Gue nggak bisa...” ajun Rio hinggap di mata Ify “melihat mata ini ngeluarin permatanya. Nggak bisa. Gue nggak sanggup ngeliat air mata lo. Karena itu menyakitkan,” lanjut Rio dan menghapus sisa-sisa air mata yang masih ada.

“Jadi, lo mau ngapain apa aja biar gue maafin lo?”

Rio mengangguk.

“Beneran? Janji?” Ify menyodorkan jari kelingkingnya.

“Beneran. Gue janji,” ucap Rio dan menautkan jari kelingkingnya. Pelukan antara dirinya dan Ify terlepas.

“Kalau gitu gue mau lo minta maaf sama gue, sama nyokap gue, dan lo ngakuin sama papa-mama lo kalo lo ngerjain gue,” ujar Ify.

“Iya. Gue lakuin. Gue janji. Tapi, lo harus janji, jangan pernah nangis lagi. Jangan nangis alasannya yakni gue. Gue mohon, jangan pernah nangis alasannya yakni gue,” ucap Rio.

Ify mengangguk santai. “Oke.”

“Janji!!” ucap Rio dan Ify serentak, kemudian melepaskan kelingking mereka yang saling tertaut.

Angin malam masih setia berhembus menemani kedua orang itu.

 Ify benar-benar lega kini dengan begini ia nggak akan mempermalukan mamanya. “Eh...Yo, ternyata ngerjain orang itu simpel ya? Lo aja ketipu sama gue. Lo kira gue bakalan nangis alasannya yakni ini doang, hahahhahaha...” ucap Ify tiba-tiba.

Rio terkaget. “Lo ngerjain gue?” tanya Rio ulang.

“Yaps!!! Kita satu-sama. Lo ternyata sanggup juga dikerjain, bukannya lo aja yang ngerjain gue. Ternyata dengan air mata lo luluh juga, wleeeek!!!!” Ify melet-melet.

Rio menampilkan ekspresi dinginnya kepada Ify. Padahal dalam hati ia tertawa-tawa. Tepatnya menertawakan dirinya alasannya yakni ia sadar jikalau dirinya lah yang lemah terhadap Ify. Dia benar-benar sudah ditipu Ify.

“Jangan duka dong, Yo! Biasa aja. Satu sama!” ledek Ify.

“Ah...biarin. Yang penting gue tadi meluk elo,” ucap Rio santai.

Giliran Ify yang tersadar. Dia lupa jikalau tadi Rio memeluknya. “Lo itu ya....nggak pernah rugi!!! Kemarin lo cium gue di pipi kini lo meluk gue. Lo itu......”


“Selalu beruntung diberbagai situasi dan kondisi. Rio si Mr Lucky!” sambar Rio.

Ify berdecih. ”Adanya Rio si mister kurapan!” balas Ify.

”Gimana pun, gimana pun lo beruntung, masih untungan gue, My Honey!!!” ucap Rio dan mengedipkan matanya.

Ify menjerit dalam hari. Ini benar-benar tidak sanggup dibiarin. Rio sudah gila!!! Dia tidak sanggup membiarkan dirinya berada di sini. Di erat Rio yang memanggilnya dengan sebutan norak yang menciptakan mual seketika. Ify jadi ingat rencananya dulu yang ingin memperlihatkan jasa pelayan RSJ untuk Tante Manda supaya mau mengobati Rio. Sepertinya itu harus segera dilaksanakan.

”Gue mau pulang!! Rio mulai gila!!!!!” seru Ify histeris dan berlari-lari meninggalkan Rio dan lapangan kompleks.

Rio tertawa-tawa. “Harusnya lo itu yang gila, Fy!!!” ucap Rio dan melangkah pulang.

Hari ini benar-benar.........

************


BERSAMBUNG.....

Sumber http://sagita-shelly.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)