Sebel-Sebel juga Cinta Tuh! Part 7
Ify benar-benar nekat dengan rencananya. Ia harus berhasil. Langkah pertama yang dilakukan Ify ialah menolak tawaran sahabat-sahabatnya untuk pergi ke kantin alasannya ialah ia ingin mendekati Dea.
“Hai, De,” sapa Ify dan duduk di kursi Sion.
Dea membalas sapaan Ify dan tersenyum lembut. “Hai, Fy. Ada apa nih? Tumben lo ngedatangin gue?” tanya Dea.
Jleeeeb….. batin Ify pribadi terasa tertusuk. “Rencana gue keliatan banget ya?” batin Ify bertanya-tanya.
“Eh, hehehe… Gue cuma mau nawarin lo masuk kepanitiaan bakti social. Masih ingat sama pegumuman kemarin?”
Dea mengangguk. “Masih kok, yang Rio ngejar lo buat sama-sama pergi ke ruang OSIS itu kan?”
Hati Ify pribadi bersorak riang. Ini benar-benar luar biasa. Gayung bersambut, teman-teman. Ternyata Dea pribadi tertarik dengan sang Objek Ify. Target nggak bakalan susah. “Waiting me, Deb,” batin Ify lagi.
“Benar-benar. Lo tahu kan gue sama Rio itu nggak akur banget. Masa iya gue satu team sama dia, cuma berdua doang??!! Dan parahnya lagi, Rio itu nggak ngerjain kiprah cuma gue sendiri, bayangin, De. Makanya gue mau undang elo buat masuk ke kepanitian gue,” terperinci Ify.
“Emang nggak apa-apa jika gue masuk??? Gue anak gres kali, Fy. Baru pindah kemarin,” tanya Dea.
Ify mengangguk yakin. “Gue yang ngejamin, De. Lo hening aja. Tinggal terima beres. Lo mau nggak?” tanya Ify lagi. Dalam hati Ify mempersiapakn kata makian buat Dayat jika cowok itu menolak permintaannya untuk memasukan Dea ke dalam kepanitiaan.
“Gue mau. Makara gue satu team sama Rio dong?”
Ify mengangguk. “Sama Rio doang nih, gue nggak??” goda Ify.
Dea menunduk malu. “Maksud gue lo juga, Fy,” ujar Dea.
“Nggak apa-apa kok. Kalo lo mau sama Rio. Tapi hati-hati sama fans-nya, lo sanggup dibakar hidup-hidup,” ucap Ify.
Dea ternganga. “Masa?”
“Canda, De. Canda doang kok, hehehe….” Jawab Ify cengengesan. “Jadi lo baiklah kan? Nanti siang kita ngumpul, gue bakalan jemput elo di kelas. Tunggu gue ya?” tambah Ify.
“Oke. Gue tunggu, Fy. Makasih ya?”
Ify mengangguk. “Gue duluan, De. Laper. Lo mau ke kantin juga? Kalau mau bareng aja.”
Dea menggeleng dan Ify segera keluar kelas. Dia benar-benar senang. Ia mencicipi aura hidup penuh ketentraman akan menghampiri hidupnya. “Good bye, Rio jelek. Lo nggak bakalan ganggu hidup gue lagi,” gumam Ify dan kemudian mempercepat langkahnya menuju kantin.
**************
Sreeetttttt…. Ify merampas Pop Ice Melon-nya Via dan duduk dengan santainya. “Enak banget sih, Vi. Seger pribadi gue minumnya,” ucap Ify dan kembali menyeruput Pop Ice-nya Via.
Agni, Via, dan Shilla ternganga melihat tingkah Ify. “Nih gue balikin, Vi,” ujar Ify dan melihat siomay-nya Agni. Potongan-potongan siomay itu seakan memanggil Ify untuk segera disantap. “Ify… ify… ify… saya menantimu...,” ucap si Siomay dikala Ify menatapnya. Bayangan Ify mendorong gadis itu menarik piring siomay Agni dan melahapnya. Cukup tiga potong siomay Ify kembali meletakkan piring siomay itu ke arah Agni. “Makasih Agni manis,” ucap Ify dengan senyum lebarnya.
Sivia, Agni, dan Shilla saling bertatap heran. Ada apa dengan Ify??? Hari ini beda banget apalagi semenjak ditinggal di kelas. Sekarang, Ify ganti melihat bakso punyanya Shilla. Daging bulat-bulat yang hampir karam dalam kuah-kuah yang menggiurkan, ditambah lagi dengan bau rempah-rempah yang menarik selera. Dan Ify, menatap bakso Shilla dengan penuh binar-binar.
Saat Ify akan mengambil bakso Shilla, ternyata Shilla siaga duluan dan ia segera menarik baksonya menjauh dari Ify.
“Eiitttsss… eiiittsss… nggak bisa… nggak bisa… lo nggak sanggup merampas bakso gue, Fy. Sorry-sorry aja ya!!!” ucap Shilla dan menyatap baksonya.
“Pelit amat lo!!!” seru Ify kesal.
“Lo kenapa sih, Fy? Tiba-tiba tiba ke sini seneng banget. Terus lo mengambil makanan kita begitu aja. Lo kelaperan?” tanya Agni heran.
Ify mengangguk cepat. “Habis menjalankan bisnis gue, jadi laper,” jawab Ify.
“Emang apaan sih, Fy?” tanya Via penasaran.
Ify tersenyum misterius. “Ada aja, jika udah berhasil gue kasih tahu,” jawab Ify dan kembali menikmati siomaynya Agni. “Kenapa liat-liat?? Lo pelit sih!!!!” ujar Ify kepada Shilla.
“Yeee…… nggak gitu juga kali, Fy. Habis lo mencurigakan,” protes Shilla.
“Emang gue maling!!!!”
***************
Rio dan ketiga sohibnya berjalan memasuki kantin. Hari ini kantin tidak begitu ramai. Saat melihat meja yang berada di pinggir hampir mendekati tembok kantin, Rio pribadi berjalan menuju ke sana.
“Woi Ify Behel!!!!” panggil Rio dan duduk di sebelah Ify.
Ify mengangkat wajahnya dan tersenyum ceria ke arah Rio. “Eh elo, Yo. Rio buruk item pesek cungkring kangkung lagi!!!” balas Ify.
Rio menatap Ify heran. Tumben biasa aja. Biasanya kan… Karena galau Rio segera meletakkan telapak tangannya ke dahi Ify. “Nggak panas,” batin Rio. “Lo kenapa sih?” tanya Rio.
Bukannya hanya Rio saja yang dibentuk Ify heran, tetapi ketiga sohibnya sendiri semakin heran. Ify kenapa sih hari ini?????
“Gue??” ulang Ify dan menununjuk dirinya sendiri. Rio mengangguk, “Gue nggak kenapa-kenapa. Sehat-sehat aja lagi. Turunin tangan lo dari dahi gue, Rio. Lo pikir gue demam,” jawab dan protes Ify.
Seperti robot saja, Rio pribadi menurunkan tangannya. Lalu Ify menatap ke arah kanan dan mendapati Alvin, Gabriel, dan Cakka yang bangkit di sebelah meja. “Kok kalian berdiri??? Duduk aja lagi. Nggak usah sungkan-sungkan,” ujar Ify. “Lo geser sini lagi, Yo. Alvin, Gabriel sama Cakka mau duduk juga,” tambah Ify dan menepuk-nepuk belahan kursi yang berada di sebelahnya.
Lagi-lagi Rio berdasarkan saja dan segera duduk di sebelah Ify. “Tumben,” batin Rio.
Agni yang duduk di depan Ify menjentikan jemarinya di depan wajah Ify. “Kok elo tumben jadi baik gini sama mereka?” bisik Agni.
Ify mengangkat bahunya dan tersenyum gembira. “Sekali-kali, Ag,” balas Ify hening dalam bisikan juga.
“Sekarang lo boleh nyicip bakso gue, Fy. Lo baik banget hari ini,” ujar Shilla sumringah dan mendorong mangkuk baksonya ke arah Ify. Dia sangat bahagia alasannya ialah Alvin semeja dengannya. Ify benar-benar beda.
“Gue nggak mau, Shill. Sekarang mau pesan pangsit,” ucap Ify.
Rio yang mendengarnya mencoba hal lain. Dia benar-benar ingin tau ada apa dengan Ify. “Gue beliin aja, Ify Sayang. Lo mau pesen pangsit ekstra ayam? Ekstra pedas?? Atau ekstra cinta dari gue, Rio Ganteng,” ujar Rio. Kalau ibarat ini niscaya Ify akan meledak-ledak.
“Gue mau pangsit ekstra cinta dari Rio tampan aja deh, Sayang,” balas Ify.
Seakan langit runtuh rasanya ketika Rio mendengar Ify berbicara ibarat itu. Ini benar-benar diluar dugaan. Ya ampun!!!! Ify benar-benar berubah. Ada apa dengan Ify???!!!!!!
“Ciiieeee Ify…..” goda Alvin, Gabriel, dan Cakka. Sementara ketiga sohib Ify sendiri terdiam cengo parah.
“Kok diem aja sih, Yo. Gue canda doang kali. Pesenin gue pangsit ekstra ayam aja,” ujar Ify memecah keheningan.
“Oke… Lo bertiga mau pesan apa?” tanya Rio kepada ketiga sohibnya.
“Kayak biasa aja, Yo!!!!”
******************
Teng… Teng… Teng….
Bel tanda semua murid di Global Nusantara International Senior High School boleh meninggalkan area sekolah telah berbunyi.
“Sekian pelajaran kita hari ini. Selamat berjumpa di pelajaran berikutnya,” ucap Bu Ratna, guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Lalu ia keluar kelas.
“Fy, nanti ke ruang OSIS-nya barengan aja ya,” ujar Agni.
“Duluan aja, Ag. Gue mesti ngerjain sesuatu dulu. Nanti gue nyusul kok. Lo bareng Via sama Shilla aja.”
“Emang lo mau ke mana, Fy?” Tanya Sivia yang telah menyandang tas selempangnya.
“Urusan tadi siang, My Sista,” jawab Ify.
“Ohh… ya udah, kita duluan ya,” pamit Sivia dan berjalan meninggalkan Ify bersama Agni dan Shilla.
Saat ruang kelas tampak sepi, Ify berjalan menuju kursi Dea. “Eh, De, jadi kan mau ikutan?? Acaranya Sabtu lusa, lo mesti cepat-cepat bergabung biar kiprah cepat selesai, hehehe….”
Dea yang dihampiri Ify pribadi mengangguk dikala mendengar ucapan Ify. “Kalo gitu ayo. Daripada nanti kita telat,” ucap Dea.
************
Saat memasuki ruang OSIS banyak mata yang memperhatikan Ify yang sedang berjalan bersama Dea. Ify membisu saja, ia sangat sadar akan tatapan mata yang terus tertuju padanya.
“Maaf gue telat, Yat. Ini gue bawa anggota gres team-nya gue sama Rio. Habis kalo gue sama Rio doang nggak yakin sanggup ngerjain tugasnya. Banyak amat. Makara gue ajak Dea deh. Boleh kan, Yat?” terperinci dan pinta Ify pada Dayat. Matanya sedikit melotot ke arah Dayat biar cowok itu mendapatkan permintaannya.
Di sisi lain Dayat bingung, bahaya Rio masih sangat terperinci olehnya. Lalu dia menatap Rio yang balik menatapnya bingung.
“Yat, gimana nih? Masa iya nggak boleh. Lo mau ngebunuh gue. Gue kerja cuma bareng Rio dan kiprah kita masih banyak amat. Lagian team work yang lain anggotanya tiga dan cuma gue dan Rio yang berdua, nggak apa-apa kan?” ulang Ify. Dea yang bangkit di sebelah Ify hanya membisu mematung.
“Hmm… Ya udah, nggak apa-apa kok. Silakan duduk dan Dea selamat bergabung,” ucap Dayat. Dalam hati dia terus berdo’a semoga aja masih hidup untuk besok dan seterusnya.
Wajah Ify sumringah dan menarik Dea untuk menuju kursi kosong di dekat kursi yang telah dihuni oleh Rio. “Yah, bangkunya cuma satu doang. Lo duduk aja, De. Gue ambil kursi dulu,” ucap Ify dan meletakkan tasnya di meja. “Jagain tas gue ya, Yo,” ucap Ify dan melesat pergi.
Setelah Ify pergi mengambil bangku, Rio bangkit dan mengubah posisi duduknya menjadi ke depan. Rencanya tadi dia ingin menjahili Ify dengan posisi menyamping, biar simpel gitu. Tetapi mengingat Dea yang telah berada di sini, dia duduk menghadap depan.
“Kenalin, Yo, Dea, sahabat sekelas lo,” ucap Dea pelan.
“Nggak usah ngenalin diri nggak apa-apa kok, gue juga udah tahu. Siapa sih yang nggak kenal sama Dea, cewek paling elok di sekolah ini,” balas Rio dan menampilkan senyumnya.
Wajah Dea bersemu merah. Gila!!! Baru duduk dekat ini aja Rio sudah begitu mempesona.
“Maaf gue telat, geser dikit, De, lebih deket sama Rio ya. Gue pengen duduk juga, hehehe…” ujar Ify.
Saat ini Dayat sedang menjelaskan wacana planning acara mereka di depan ruangan. Pemuda tampan itu cukup alih untuk memimpin rapat program ini. Di sebelah Dayat sudah duduk Zahra sebagai sekretaris Dayat sendiri.
Kali ini Ify memperhatikan rapat baik-baik. Ternyata tidak salah juga jika ia memperhatikan rapat. Dia tidak akan ibarat kemarin lagi. Ify tampak mengangguk-ngangguk alasannya ialah paham dengan apa yang Dayat jelaskan, tidak ibarat dulu lagi dikala ia hanya mengangguk alasannya ialah malas mendengarkan.
“Ada pertanyaan?” Tanya Dayat.
Saat itu juga Ify pribadi mengangkat tangannya.
“Ya, Ify, silakan,” ucap Dayat.
“Kan tadi elo udah jelasin wacana program ini kan, Yat? Kalau tiap team work mulai menjalankan tugasnya hari Sabtu. Berarti hari itu nanti, team work gue mulai menjual koran di jalanan. Nah, yang gue galau itu, nanti waktu jualan koran itu, yang jualan cuma team work gue aja? Gue, Dea, sama Rio??? Apa nggak ada bantuan???”
“Oke, pertanyaan bagus. Catat, Ra,” ucap Dayat. “Ada yang lain?”
Ganti Sivia yang mengangkat tangannya. “Gue mau nanya, Yat. Kan team work yang pertama cari dana itu, team worknya Ify sama Irva. Yang turun ke jalanan pribadi itu team work-nya Ify dan Irva, selebihnya jalan dari kantor ke kantor. Buat yang turun ke jalanan itu, dibuatin spanduk atau semacam lebel acara kita nggak? Kalau berdasarkan gue sih, kasih aja, biar lebih lancar dan orang-orang pada tau wacana program kita.”
Dayat mengangguk. “Ada lagi?”
Mendadak suasana diam. Ini berarti tidak ada lagi pertanyaan.
“Gue pribadi jawab aja, ya. Buat team work-nya Rio, nanti waktu turun ke jalanan niscaya di bantu. Tapi hanya beberapa orang saja soalnya banyak juga yang turun mencari dana melalui proposal. Lalu, buat team work-nya Sivia, usulnya bagus. Dibuat saja spanduknya biar lebih terperinci tujuan kita,” terperinci Dayat. “Masih kurang jelas?” tambah Dayat.
Suasana kembali hening. “Kalau begitu rapatnya selesai dan silakan melanjutkan kiprah masing-masing. Kita udah dikasih izin sama sekolah selama tiga hari ke depan. Makara tidak perlu masuk ke kelas,” ucap Dayat sekaligus menutup rapat hari ini.
****************
Kalau tadi Ify berada di ruang OSIS, kali ini dia bersama Dea dan Rio sedang berada di taman depan sekolah untuk menuntaskan kiprah mereka. Ify sendiri asyik berkutat dengan laporan yang harus ia buat, serta daerah-daerah yang mesti dia tulis sebagai tempat tempat menjajahkan koran. Ini harus benar-benar selesai alasannya ialah besok udah hari Jum’at dan Sabtu udah mulai. Belum lagi menghubungi tempat percetakan korannya.
“Gue beli minum dulu ya,” ujar Dea.
“Oke, De. Hati-hati nyebrangnya,” ucap Ify dan tetap focus dengan pekerjaannya.
Saat Dea telah pergi Rio menarik tangan Ify dan menciptakan gadis itu tersentak. “Lo kenapa sih, Fy?” Tanya Rio serius.
Alis kanan Ify terangkat, ia heran. “Memang gue kenapa sih? Gue nggak apa-apa kali. Lo itu yang aneh?” balas Ify balik bertanya.
“Lo absurd banget, Fy. Tumben lo nggak teriak-teriak jika gue jahilin. Tumben lo kooperatif banget. Lo kenapa sih?”
Ify menghela napas sejenak. “Gue nggak apa-apa beneran. Lagi pengen berbaik hati aja sama lo. Bosan juga kali berantem,” jawab Ify.
“Itu nggak mungkin,” tandas Rio. “Kalo lo lagi berbaik hati, berarti gue boleh dong peluk elo,” tambah Rio cepat.
Ify tampak menimbang-nimbang. “Memang ngapain lo mau meluk-meluk gue, memangnya gue boneka!!!” semprot Ify.
“Katanya lagi baik hati, ya udah gue peluk ya!” ucap Rio dan menarik Ify ke dalam pelukannya.
Ify meronta-ronta. “Lo gila!!! Lepas Rio!!!! Lo mesum amat sihhh!!!!!” seru Ify geram.
“Sekali aja. Siapa tahu ini pelukan terakhir gue. Sekali ini aja, Fy. Lo tahu? Gue kangen sama lo,” bisik Rio dan menitik beratkan kepala di pundak Ify. Ify terdiam.
Akhirnya Rio melepaskan pelukkannya. “Makasih, Fy. Lo memang lagi berbaik hati. Mungkin itu pelukan terakhir gue kali ya?” gumam Rio.
Ify mengangkat pundak dan mulai bekerja lagi.
“Maaf lama, Fy, Yo. Nih minuman sama snack buat kita. Capek juga ngerjain hal kayak gini,” ujar Dea yang mulai bergabung.
“Oke, De. Mana minuman buat gue. Haus nih,” pinta Rio dan Dea memperlihatkan minuman hambar untuk Rio. “Makasih, Cantik. Lo memang perfect,” puji Rio.
“Ada-ada aja lo, Yo. Gue mau lanjut kiprah gue. Mana kertasnya, Fy?” tanya Dea kepada Ify.
“Kertasnya sama Rio kok, De. Ambil aja,” jawab Ify sekenannya.
“Yo kertas gue dong,” pinta Dea.
“Kasih Abang Rio cium dulu gres dikasih kertasnya,” ucap Rio dengan senyum menggodanya.
“Apaan sih, Yo. Mana kertasnya? Udah sore tahu,” protes Dea.
“Gue nggak bercanda lho, De. Kapan lagi nih dapet dari cewek secantik kamu,” rayu Rio.
Wajah Dea memerah. Lalu, ia mengambil sendiri kertas tugasnya. Karena kejahilan Rio, Dea hampir jatuh karena Rio menarik kertas yang ingin Dea ambil sementara posisi duduk Dea membuatnya tidak seimbang.
“Hati-hati dong, De,” ujar Rio dan menahan tangan Dea.
“Iya. Maaf ya, Yo, buat lo cemas,” ujar Dea. Lalu gadis elok itu mengambil kertas dan mengerjakannya.
Ify hanya membisu saja mendengar percakapan Rio dan Dea yang sangat akrab. Apalagi kata-kata rayuan Rio. Yang berdasarkan Ify, itu sangat basi. Tapi, kok Rio sanggup banget jadi sangat romantic bersama gadis lain. Kalau menganggu dirinya??? Rio benar-benar sangat menyebalkan. Inikah arti dari jika Rio hanya menyebalkan dalam dunianya, tidak dalam dunia orang lain.
Lama-lama Ify mulai gerah juga jadi kambing congek. Tapi demi kelancaran misinya Ify harus bersabar, tinggal satu kertas lagi dan dia sanggup meninggalkan Rio dan Dea. Ia sanggup pulang ke rumah atau dia ke lapangan basket dulu??? Kali-kali aja si Pujaan Hati sedang latihan. Tapi… keinginan Ify pupus, soalnya Rio sedang tidak latihan, jika Rio tidak latihan itu berarti Debo juga tidak latihan. Seketika raut wajahnya kecewa.
“Rio!!!!! Jangan gitu dong!!! Lama-lama nggak selesai tahu!!!!” teriak Dea dengan nada manja. Tidak benar-benar murka dengan Rio.
“Lo sok serius banget sih, De. Santai aja lagi,” balas Rio dan menarik kertas pekerjaan Dea.
“All I hear is raindrops… Falling on the rooftop… Oh baby, tell me why’d you have to go… ‘Cause this pain I fell it won’t go away… And today, I’m officially missing you… I though that form this heartache, I could escape… But I’ve fronted long enough to know… There ain’t no way… And today, I’m officially missing you… Oohh… can’t nobody do it like you… Said every little thing you do, hey, baby… Said it stays on my mind… And I’m officially missing you…” senandung Ify sambil mengerjakan tugasnya.
“And officially I missing you,” senandung Ify lagi dan ia tersenyum lebar dikala tugasnya selesai dengan cepat ia membereskan semua barang-barangnya.
“Gue duluan ya, kiprah gue udahan,” ucap Ify.
“Cepet banget sih, Fy? Pulang bareng gue aja,” ujar Rio.
“Gue mau pergi ke toko buku dulu, terus mesti ke toko camilan manis dan terakhir gres pulang,” tolak Ify. “Lo anter Dea pulang, Yo. Jangan lupa. Bye Dea. Sampai jumpa Rio.”
Rio hanya terdiam melihat tingkah Ify. Ini yang namanya sedang berbaik hati??? Dengan cepat Ify menyandang tas ransel biru-nya dan kemudian berjalan menuju gerbang sekolah yang tidak jauh dari taman depan sekolah.
**************
BERSAMBUNG....
EmoticonEmoticon