JAKARTA - Meski pemerintah telah mengeluarkan paket kebiakan ekonomi September II, Research Director at Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal memprediksi rupiah masih dapat terjungkal di atas Rp15.000 per USD. Hal ini alasannya masih ada faktor eksternal yang memengaruhi rupiah, ibarat kenaikan suku bunga The Fed (Fed fund rate/FFR) pada Oktober atau November 2015.
Namun, bila Bank Indonesia (BI) dalam beberapa bulan ke depan bekerja keras menjual USD atau melaksanakan intervensi dapat dimungkinkan rupiah dapat tertahan di level Rp15.000 ke bawah.
"Dalam beberapa bulan ke depan rupiah dapat menembus Rp15.000 itu masih akan sangat mungkin terjadi. Dan, Rp15.000 itu sangat mungkin alasannya FFR belum dinaikkan. Tergantung kalau FFR naik BI niscaya akan lakukan upaya besar-besaraan dengan memakai cadangan devisa biar tidak lebih dari Rp15.000 ke atas," ungkapnya ketika dihubungi, Selasa (29/9/2015).
Dia menilai, paket kebijakan yang telah diumumkan oleh pemerintah tidak serta merta kuat terhadap perkembangan nilai tukar. Artinya, kata Faisal, pasar tidak mereaksi kondisi ini apakah nyata ataupun negatif.
"Yang penting apa yang dihadapkan pemerintah itu ya implementasinya. Nah, ini pelaku pasar tahu, yang penting dari apa yang diumumkan bagaimana come to action-nya. Makanya pasar tidak terlalu imbas dengan apa yang di umumkan pemerintah," tegasnya.
Sebab itu, Faisal memandang, rupiah ketika ini masih dipengaruhi faktor eksternal. Di mana tekanannya masih besar karena market masih menunggu pengumuman suku bunga The Fed. "Dari luar itu rupiah tekanannya besar, dari FFR juga dan yuan. Karena kan memang masih menunggu keputusan FFR nanti," tandasnya.
Sumber http://makalahtugasmu.blogspot.com
Namun, bila Bank Indonesia (BI) dalam beberapa bulan ke depan bekerja keras menjual USD atau melaksanakan intervensi dapat dimungkinkan rupiah dapat tertahan di level Rp15.000 ke bawah.
"Dalam beberapa bulan ke depan rupiah dapat menembus Rp15.000 itu masih akan sangat mungkin terjadi. Dan, Rp15.000 itu sangat mungkin alasannya FFR belum dinaikkan. Tergantung kalau FFR naik BI niscaya akan lakukan upaya besar-besaraan dengan memakai cadangan devisa biar tidak lebih dari Rp15.000 ke atas," ungkapnya ketika dihubungi, Selasa (29/9/2015).
Dia menilai, paket kebijakan yang telah diumumkan oleh pemerintah tidak serta merta kuat terhadap perkembangan nilai tukar. Artinya, kata Faisal, pasar tidak mereaksi kondisi ini apakah nyata ataupun negatif.
"Yang penting apa yang dihadapkan pemerintah itu ya implementasinya. Nah, ini pelaku pasar tahu, yang penting dari apa yang diumumkan bagaimana come to action-nya. Makanya pasar tidak terlalu imbas dengan apa yang di umumkan pemerintah," tegasnya.
Sebab itu, Faisal memandang, rupiah ketika ini masih dipengaruhi faktor eksternal. Di mana tekanannya masih besar karena market masih menunggu pengumuman suku bunga The Fed. "Dari luar itu rupiah tekanannya besar, dari FFR juga dan yuan. Karena kan memang masih menunggu keputusan FFR nanti," tandasnya.
Sumber http://makalahtugasmu.blogspot.com
EmoticonEmoticon