Jumat, 22 Juni 2018

Skripsi Analisis Deskriptif Kualitatif Mengenai Aktifitas Komunikasi Pemasaran Wisata X Di Kota X Dalam Membidik Wisatawan Domestik

(Kode ILMU-KOM-0001) : Skripsi Analisis Deskriptif Kualitatif Mengenai Aktifitas Komunikasi Pemasaran Wisata X Di Kota X Dalam Membidik Wisatawan Domestik

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini sektor pariwisata di indonesia menjadi penyumbang besar bagi devisa negara sesudah sektor minyak dan gas. Sektor pariwisata ini memperlihatkan pemberian sekitar lima miliar dollar AS setiap tahun bagi devisa negara. BPS memperkirakan penerimaan devisa pada tahun XXXX mencapai 5,3 miliar dollar Amerika atau naik 20,45 persen kalau dibanding dengan tahun sebelumnya yang mencapai 4,4 miliar dollar Amerika. Kenaikan ini disebabkan lantaran meningkatnya jumlah wisman dan pengeluaran per kunjungan.
Berwisata memang sudah menjadi potongan dari kehidupan masyarakat apalagi diera travelling ibarat kini ini. Banyak orang melaksanakan perjalanan dengan aneka macam tujuan. Salah satunya yaitu untuk suatu hiburan/relaksasi (leasure). Sesungguhnya leasure yakni sebuah kebutuhan gres yang diciptakan dengan membentuk ”image” (citra) bahwa orang perlu berwisata untuk mendapat kembali kesejukan yang telah hilang dari dirinya lantaran digunakan untuk bekerja. Benar bahwa orang berwisata tidak semata-mata hanya untuk rileks, santai dan bergembira saja tetapi juga bisa mengenal kebudayaan lain atau dalam rangka mendidik diri sendiri atau anak-anak.
Bagi Indonesia, industri pariwisata merupakan peluang yang tidak sanggup dilepaskan begitu saja. Pariwisata telah tumbuh menjadi sebuah industri yang sangat menguntungkan dan mempunyai prospek yang cerah dikemudian hari. Oleh lantaran itu banyak acara yang telah dilakukan pemerintah untuk berbagi sektor pariwisata di Indonesia. Antara lain yakni acara ”Sadar Wisata” maupun visit indonesian years (VIY) dimana sasaran utamanya yakni meraih kunjungan wisatawan sebanyakbanyaknya baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. kebutuhan akan berwisata khususnya dari negara-negara maju semakin meningkat. Hal ini bisa dilihat dari jumlah orang yang berwisata dari tahun ke tahun yang selalu bertambah. Di Indonesia jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ketahun juga semakin meningkat, hal ini bisa dilihat dalam gambar dibawah ini :

** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **

Dari grafik diatas, Peluang yang patut dioptimalkan tercermin dari terjadinya pemecahan rekor untuk kunjungan wisatawan mancanegara 10 tahun terakhir, lantaran pada tahun XXXX mencapai jumlah tertinggi yaitu 5,5 juta orang. Hal ini berarti kepercayaan pasar internasional terhadap pariwisata Indonesia sudah baik, yang sekaligus menjadi tanda adanya peningkatan gambaran Indonesia secara keseluruhan. Meningkatnya jumah knjungan ini tentu saja diikuti dengan meningkatnya penerimaan negara dari devisa di sektor pariwisata. Oleh lantaran itulah maka daerah-daerah pariwisata di Indonesia perlu lebih berbagi potensi wisatanya. Salah satu propinsi di Indonesia yang mempunyai potensi wisata yang menjanjikan yakni kota X.
Kota X termasuk salah satu dari 10 daerah tujuan wisata di Indonesia. Daerah tujuan wisata tersebut antara lain Ibu kota Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, DIY, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bali, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Dalam peta kepariwisataan nasional, potensi X menduduki peringkat kedua sesudah Bali. Penilaian tersebut didasarkan pada beberapa faktor yang menjadi kekuatan pengembangan wisata X contohnya berkenaan dengan keragaman obyek. Dengan aneka macam predikatnya, X mempunyai keragaman obyek wisata yang relatif menyeluruh baik dari segi fisik maupun non fisik, disamping kesiapan sarana penunjang wisata. Menurut informasi dari Bapeda, ragam obyek wisata di X kini ini yakni 31 obyek wisata budaya, dan 19 obyek wisata alam.
Citra sebagai kota tujuan wisata ini juga didukung oleh keberadaan pusat-pusat industri kerajinan tangan maupun sebagai cinderamata mulai dari gerabah dan keramik dengan desa kasongan di Bantul, kerajinan perak di Kotagede, kerajinan batik, dan lain-lain. Belum lagi ditambah aneka macam jasa boga yang khas. Hal ini semakin memperkuat kota X sebagai kota tujuan wisata. Faktor penting yang tidak kalah penting yakni sarana transportasi dan fasilitas yang menunjang, bandara internasional Adi Sutjipto memungkinkan kedatangan wisatawan dari manca negara secara pribadi menuju kota X, sementara itu sarana transportasi yang lainnya juga banyak tersedia pilihan.
Selain sebagai kota tujuan wisata, yang menonjol sekali dari kota X yakni diakui sebagai kota pendidikan di Indonesia hingga mendapat julukan kota pelajar. Sebagai kota pendidikan, X relatif mempunyai sumber daya insan yang berkualitas. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya fasilitas dan kegiatan pendidikan di kota ini. Sebutan kota pendidikan diperoleh X lantaran propinsi X mempunyai banyak sekolah. Menurut data dari dinas Pendidikan Propinsi X, pada tahun XXXX, Propinsi X mempunyai : 2.063 SD; 417 SMP; 187 SMA; 127 Perguruan tinggi negeri dan swasta. Data ini memperlihatkan betapa banyaknya pelajar dan mahasiswa yang mencar ilmu di X. Sudah sekian usang X menjadi tempat tujuan mencar ilmu dari aneka macam daerah di seluruh Indonesia. Biaya pendidikan yang relatif terjangkau, serta sarana dan prasarana pendidikan yang mendukung menjadi faktor yang semakin memperkuat kedudukan kota X sebagai kota pelajar.
Dalam konteks X sebagai kota pendidikan, wisatawan domestik tentu tidak hanya ingin menyaksikan betapa beragamnya pelajar dan mahasiswa yang mencar ilmu di X, tetapi mereka juga ingin menimba pengetahuan lebih banyak lagi. Mereka ingin memperoleh kesan lebih mendalam lagi wacana keberadaan X sebagai kota pendidikan. Persoalan yang kemudian muncul yakni obyek wisata dan program-program apa saja yang bisa memperkuat kesan bahwa X memang kota Pendidikan
Dalam rangka meningkatkan gambaran X sebagai kota pelajar dan meningkatkan kualitas pendidikan, semenjak tahun XXXX dilaksanakan acara akselerasi dan ditahun XXXX diadakan acara kelas internasional, sedangkan ketika ini sedang digagas sekolah global jogja (SGJ). Selain itu mulai tahun XXXX dibangun Obyek Wisata Taman X yang bermanfaat untuk menerapkan teori yang diperoleh pelajar di sekolah. Diharapkan Taman X ini akan semakin memperkokoh predikat X sebagai kota pendidikan.
X mempunyai potensi wisata Pendidikan lantaran obyek wisata tersebut jumlahnya cukup banyak di antaranya yakni Museum dan Taman X. Wisata pendidikan ibarat ini memerlukan perhatian pemerintah lantaran sektor pariwisata berbasis pendidikan bisa ikut mendorong pertumbuhan kepariwisataan daerah. Menurut Tazbir, SH, kepala Badan pariwisata Daerah (Baparda) X “Jumlah wisatawan pelajar dari aneka macam daerah yang tiba ke X setiap tahun jumlahnya selalu meningkat, terutama sekali pada ketika liburan sekolah bisa naik 200 persen dibanding bulan sebelumnya selain itu X mempunyai ciri khas dalam dunia pendidikan atau masih dipandang sebagai kota pendidikan sehingga masih menjadi tujuan utama wisatawan pelajar dari aneka macam daerah. Karena itu perlu keanekaragaman obyek wisata pendidikan semoga wisatawan pelajar tidak bosan mengunjungi X, di samping pengelolaan obyek wisatanya perlu ditingkatkan semoga tetap menarik”.
Menghadapi realita ibarat ini, kota X menggagas sebuah ilham untuk memperbanyak obyek wisata berbasis pendidikan yang tidak membosankan. Salah satunya yakni pembangunan Obyek Wisata Taman X yang diresmikan tanggal 20 mei 2006 dan dijadikan sebagai acara percontohan science center di Indonesia. Dikawasan ini siswa mulai pra sekolah hingga SMU bisa dengan leluasa memperdalam pemahamannya soal materi pelajaran yang diterima di sekolah dan berekreasi. Taman X memperlihatkan kesempatan bagi belum dewasa dan masyarakat umum untuk mengekspresikan, mengapresiasikan, mengkreasikan, serta mencar ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salah satu aspek pendidikan yang turut menentukan kualitas pendidikan yakni sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran yang baik salah satunya yakni bisa membuat proses mencar ilmu yang efektif dan efisien dalam suasana yang menyenangkan. Seperti yang diungkapkan oleh Peter Kline dikutip oleh Dryden dan Vos dalam bukunya ”The Learning Revolution”, mengemukakan bahwa ”Learning is most effective when it’s fun (belajar akan efektif kalau dilakukan dalam suasana menyenangkan)”. Sebuah survey yang dilakukan oleh Rose dan Nicholl memperlihatkan bahwa 82% anak yang masuk sekolah pada usia 5 atau 6 tahun mempunyai gambaran kasatmata wacana kemampuan mencar ilmu mereka sendiri, tapi angka tinggi tersebut menurun drastis menjadi hanya 18% ketika mereka berusia 16 tahun, konsekwensinya 4 dari 5 atau 80% remaja dan orang remaja memulai pengalaman belajarnya yang gres dengan perasaan yang tidak menyenangkan. (http://lubisgrafura.wordpress.com)
Dunia anak yakni dunia mencar ilmu dan bermain. Untuk itu dalam mendidiknya seharusnya lebih dikembangkan pada kreatifitas sesuai potensi yang dimiliki dan dalam suasana yang menyenangkan. Hal inilah yang menjadi salah satu upaya yang sedang digalakkan oleh pemerintah dalam bentuk kampanye acara pendidikan yaitu ”Science for All” di mana acara ini merupakan salah satu upaya dalam mempopulerkan ilmu pengetahuan yang asyik, gampang dan menyenangkan terutama bagi belum dewasa didik. Pembelajaran sains ini akan dilakukan dengan bermain sekaligus mencar ilmu untuk mengeksplorasi hal-hal gres semoga menjadi sebuah proses ke arah tumbuh kembang anak yang lebih baik.
Selain forum formal ibarat sekolah, ketika ini forum non formal menjadi pilihan bagi orang renta untuk membuat masa kanak-kanak yang ideal, salah satunya dengan adanya wisata pendidikan. Dari sekian banyak kota dan provinsi di Indonesia, kota X menjadi salah satu yang berbagi penggabungan antara dunia pendidikan dan pariwisata. Salah satunya yaitu dengan adanya pembangunan Taman X.
Target pembangunan Taman X yakni memperkenalkan science kepada siswa mulai dari dini, keinginan lebih luas kreatifitas anak didik terus diasah, sehingga bangsa Indonesia tidak hanya menjadi sasaran eksploitasi pasar teknologi belaka, tetapi juga berusaha untuk sanggup membuat teknologi sendiri. X sebagai kota pendidikan dan wisata yang memakai landasan filosofi Ki Hajar Dewantoro yaitu niteni (memahami/mengingat), niroake (menirukan), nambahi (mengembangkan), sangat sempurna dijadikan sebagai lokasi Taman X yang nantinya akan dijadikan sebagai icon kota Yogya dan simbol kebangkitan kota X sebagai kota pendidikan dan destinasi gres dibidang wisata pendidikan dengan karakteristik kelokalan Jogja.
Keberadaan obyek wisata yang ada disuatu daerah tidak akan sanggup diketahui oleh orang lain apabila tidak diadakan suatu komunikasi pemasaran pariwisata dari pihak pemerintah daerah setempat. Demikian juga dengan obyek wisata ”Taman X” yang sangat membutuhkan adanya komunikasi pemasaran, lantaran obyek ini masih tergolong gres dan juga belum usang diresmikan, jadi belum banyak orang yang tahu wacana keberadaanya. Sejak dibuka Juni XXXX lalu, pengunjung Taman X sebanyak 311.914, rata-rata pengunjung per hari taman untuk siswa SD dan Sekolah Menengah Pertama ini sekitar 1500 orang, untuk bulan Maret pengunjung Taman X sebanyak 113.000 orang. Hal ini memperlihatkan bahwa minat masyarakat untuk mengunjungi Taman X cukup tinggi meskipun Pembangunan taman ini belum selesai. Hal ini tentunya tidak terlepas dari bagaimana acara pemasaran yang dilakukan oleh pihak-pihak pengelola.
Pembangunan Taman X dilakukan secara multi tahun dengan tetap mengupayakan tawaran pendanaan dari pemerintah pusat, propinsi dan dunia perjuangan (swasta). Salah satu strateginya yakni dengan merangkul stakeholders untuk bahu-membahu membantu mewujudkan visi dan misi Taman X. Selain itu juga dengan melaksanakan subsidi silang dengan pengelolaan tempat komersial ibarat exhibition hall, amusement center, food court, gerai IT, souvenir corner, science store, dan teaching factory. Diharapkan ini semua sanggup mensubsidi biaya-biaya yang dibutuhkan dalam pengelolaan Taman X.
Selain kedua hal tersebut, diharapkan juga kegiatan promosi yang gencar dalam menjaring wisatawan. Upaya promosi pariwisata ini dilakukan melalui serangkaian acara sebagai salah satu komponen bauran pemasaran serta promosi dengan memanfaatkan media online.
Aktivitas promosi yang dilakukan memanfaatkan aneka macam media dari cetak hingga elektronik; melaksanakan promosi dan informasi ke sekolah-sekolah, forum pendidikan dan sebagainya; berafiliasi dengan pihakpihak ketiga atau event organizer dalam menyelenggarakan kegiatan/event-event; melaksanakan studi banding dengan forum sains/IPTEK lainnya. Pemanfaatan media luar ruang ibarat pamflet dan spanduk/baliho dalam aneka macam kegiatan juga menjadi kanal komunikasi pemasaran yang telah dimanfaatkan pihak pengelola obyek wisata.
Kegiatan komunikasi pemasaran yang lain yang dilakukan pihak Taman X yakni dengan mengikuti Travel Dialog berafiliasi dengan Dinas-Dinas Pemerintah. Hal ini cukup menarik lantaran mereka mempromosikan Taman X secara pribadi ke kota-kota yang berbeda tiap tahunnya bersama dengan perwakilan-perwakilan dari tempat Wisata yang lain di X. Dengan adanya anggaran yang minim, pengelola Taman X selalu berusaha menentukan media mana yang efektif untuk beriklan semoga bisa mencapai sasaran sasaran yang diinginkan. Meskipun kebanyakan dari media yang digunakan untuk beriklan masih tergolong media lokal dan mereka beriklan hanya pada ketika event tertentu saja tetapi banyak juga wisatawan dari daerah lain selain X yang mengunjungi Taman X, serta tiap tahun jumlah pengunjung semakin bertambah. Hal ini memperlihatkan bahwa acara komunikasi pemasaran yang dilakukan Taman X sudah cukup efektif dan sudah sesuai dengan sasaran yang mereka inginkan.
Tujuan utama dari pengadaan komunikasi pemasaran ini yakni dalam rangka mengenalkan lebih luas Taman X, meningkatkan jumlah kunjungan masyarakat luas baik lokal maupun nasional, memperkuat sebutan kota X sebagai kota pendidikan dan salah satu kota tujuan pariwisata. Intinya yakni bertujuan untuk menghubungkan antara pihak pengelola dengan konsumen atau wisatawan.
Selain itu adanya acara nasional pemerintah kampanye sadar wisata serta Visit Indonesian Years 2008 (VIY), yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan sektor pariwisata, dengan mengajak serta partisipasi seluruh komponen masyarakat untuk ikut ambil potongan dan mensukseskan VIY 2008. Hal ini sanggup menjadi dasar pelaksanaan komunikasi pemasaran dan pengembangan wisata di X, salah satunya yaitu pada obyek wisata Taman X. Dengan demikian akan menuntut kerja keras dari pihak-pihak pengelola obyek wisata untuk melaksanakan langkah-langkah strategis dalam meningkatkan komunikasi pemasaran wisata pada Obyek wisata Taman X semoga bisa tercapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, salah satunya yaitu membidik wisatawan yang pada alhasil mengarah pada peningkatan jumlah wisatawan dengan memperhatikan juga aspek pendukung dan penghambat dalam pelaksanaanya. Diharapkan nantinya penelitian ini bermanfaat bagi pihak terkait sebagai dasar penentuan kebijakan kedepan dalam rangka pengembangan Taman X menjadi daerah tujuan wisata pendidikan yang menyenangkan dimasa depan.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang sanggup dirumuskan dalam penelitian ini yakni :
Bagaimana acara komunikasi pemasaran obyek wisata Taman X dalam membidik wisatawan domestik?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui acara komunikasi pemasaran di obyek wisata Taman X dalam membidik wisatawan domestik.

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan wacana model pengelolaan acara komunikasi pemasaran pada obyek wisata ”Taman X” sehingga model pengelolaan tersebut bisa dijadikan sebagai pedoman/acuan bagi bidang-bidang yang lain terutama di X. Selain itu juga memperlihatkan informasi mengenai seputar permasalahan dibidang komunikasi pemasaran, terutama dalam rangka membidik wisatawan sehingga bisa menjadi materi pertimbangan lebih lanjut dalam menentukan kebijakan yang terkait dengan pemasaran wisata.
Sumber http://gudangmakalah.blogspot.com


EmoticonEmoticon