Rabu, 27 Juni 2018

Skripsi Komunikasi Interpersonal Antara Pengasuh, Pengurus Dan Santri Di Pondok Pesantren X

(Kode ILMU-KOM-0007) : Skripsi Komunikasi Interpersonal Antara Pengasuh, Pengurus dan Santri di Pondok Pesantren X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi yaitu inti semua korelasi sosial apabila orang telah mengadakan korelasi tetap, maka system komunikasi yang mereka lakukan akan memilih apakah sistem tersebut mempererat atau mempersatukan mereka mengurangi ketegangan atau melenyapkan persengketaan apabila muncul1.
Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi yaitu proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara 2 orang atau lebih di dalam suatu kelompok insan kecil dengan aneka macam imbas dan umpan balik (feed back )2.
Berkomunikasi merupakan keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta menjalin komunikasi atau korelasi dengan sesamanya. Selain itu ada sejumlah kebutuhan insan di dalam diri insan yang hanya sanggup dipuaskan dengan lewat komunikasi dengan sesamanya.
Komunikasi antarpribadi juga sangat penting bagi kebahagiaan hidup kita. Johnson (1981) memperlihatkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi antarpribadi dalam rangka membuat kebahagiaan hidup manusia3.
Pertama, komunikasi antarpribadi membentuk perkembangan intelektual dan sosial kita. Perkembangan kita semenjak masa bayi hingga masa cukup umur mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan kita pada orang lain. Di awali dengan ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi, bulat ketergantungan atau komunikasi itu menjadi semakin luas dengan bertambahnya usia kita. Bersamaan proses itu, perkembangan intelektual dan sosial kita sangat ditentukan ole h kualitas komunikasi kita dengan orang lain itu.
Kedua, identitas atau jati-diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain secara sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua balasan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Berkat santunan komunikasi dengan orang lain kita sanggup menemukan diri, yaitu mengetahui siapa diri kita sebenarnya.
Ketiga, dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki perihal dunia di sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan kepercayaan orang lain perihal realitas yang sama. Tentu saja perbandingan sosial (social comparison) semacam itu hanya sanggup kita lakukan lewat komunikasi dengan orang lain.
Keempat, kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau korelasi kita dengan orang lain, lebih-lebih orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant figures) dalam hidup kita. Bila korelasi kita orang lain diliputi aneka macam masalah, maka tentu kita akan merasa menderita, merasa sedih,cemas, frustrasi. Bila kemudian kita menarik diri dan menghindar orang lain maka rasa sedih dan terasi yang mungkin kita alamipun tentu akan mengakibatkan penderitaan, bukan penderitaan emosional atau batin, bahkan mungkin penderitaan fisik.
Agar merasa senang kita membutuhkan konfirmasi dari orang lain, yakni legalisasi berupa balasan dari orang lain bahwa diri kita normal, sehat dan berharga. Lawan dari konfirmasi yaitu diskonfirmasi, yakni penolakan dari orang lain berupa balasan yang memperlihatkan bahwa diri kita asing tidak sehat dan tidak berharga. Semuanya itu hanya kita peroleh lewat komunikasi antarpribadi, komunikasi dengan orang lain4.
Adapun fungsi dari komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah5:
1. Mengenal diri sendiri dan orang lain.
2. Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk mengetahui lingkungan kita secara baik.
3. Menciptakan dan memelihara korelasi baik antar personal.
4. Mengubah sikap dan perilaku.
5. Bermain dan mencari hiburan dengan menyebarkan kesenangan pribadi.
6. Membantu orang lain dalam menuntaskan persoalan.
Fungsi global dari komunikasi antarpribadi yaitu memberikan pesan yang feed backnya diperoleh ketika proses komunikasi tersebut berlangsung6.
Dan di dalam kehidupannya, setiap insan baik personal maupun forum tidak sanggup melepaskan diri dari aktifitas komunikasi, termasuk dalam forum Pondok Pesantren X ini. Disini, terdapat beberapa anak dari aneka macam daerah dan suku berumpul menjadi satu, mulai dari dalam kota, luar kota maupun luar pulau, dan mereka mempunyai tujuan yang sama yakni untuk menimba ilmu, baik ilmu Agama (non formal) maupun Ilmu pengetahuan umum (formal). Santri yang tinggal di Pondok Pesantren X ini yaitu dominan dari belum dewasa kaum dhu’afa’, yatim, piatu maupun yatim piatu. Karena pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat besar dalam meningkatkan eksistensi insan untuk menghadapi hidup, maka sepatutnyalah belum dewasa ini sanggup perhatian dan mendapat kedudukan yang selayaknya baik di dunia maupun di akherat dari menganyam sebuah pendidikan.
Seperti yang di jelaskan dalam Al-Qur’an Q.S. Al-Mujadalah :11, yang berbunyi7 :
“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berakal dengan beberapa derajat”.
Nabi Muhammad SAW juga bersabda8 :
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci) kedua orang tuanyalah yang mengakibatkan ia menjadi yahudi, nasrani atau majusi”.
Untuk itulah bagi belum dewasa yang tidak mempunyai orang renta atau yang memang orang renta mereka tidak bisa memfasilitasi pendidikan mereka dengan layak alasannya keterbatasan ekonomi atau alasannya tidak percaya diri alasannya tidak bisa mendidik anak–anak mereka secara islami, maka mereka lebih mempercayakan dalam perkara pendidikan anak pada forum pendidikan muslim menyerupai di Pondok Pesantren X ini semoga anak mereka menjadi anak yang bertakwa dan selamat dunia akherat. Pondok Pesantren X ini yaitu merupakan sebuah yayasan pendidikan dan sosial yang bangun pada hari sabtu pahing 18 Shofar 1413 H atau 21 Nopember 1992, berlokasi di X, dirikan dan diasuh secara eksklusif oleh KH. Abdul Mu’thy Nurhadi, SH. Pondok Pesantren X ini membuka penerimaan santri gres setiap saat, maka dari itu jumlah santri yang ada di Pondok Pesantren X ini selalu mengalami perubahan. Karena santri (siswa) yang berdomisili di Pondok Pesantren X ini berasal dari aneka macam suku dan latar belakang yang berbeda untuk itulah maka diharapkan sebuah komunikasi yang efektif semoga mencapa i suatu tujuan baik dari sang pengasuh, pengurus dan santri. Juga komunikasi antara santri dengan santri.
Dan di sinilah kiprah komunikasi interpersonal sangat besar lengan berkuasa pada kehidupan mereka sehari-hari, baik antara pengasuh dan santri, pengasuh dan pengurus, pengurus dan santri juga antara santri dan santri.
Seperti yang biasa kita ketahui bahwa kehidupan di dalam pondok pesantren kebanyakan baik dalam sikap maupun sikap yaitu sebisa mungkin selalu sesuai dengan Al-Quran dan Hadist. Di pondok pesantren X ini juga seharusnya tidak jauh dengan keadaan yang demikian. Adanya komunikasi personal antara pengasuh, pengurus dan santri, bagaimana sikap santri terhadap pengasuh dan keluarga ndalem, sikap santri terhadap para pengurus atau ustadz ustadzah secara tradisi santri memang harus bersikap hormat dan ngawulo (tunduk) terhadap guru dan keturunannya. Hal ini menyerupai diterangkan dalam kitab Ta’limul Muta’alim 9 :
“Ketahuilah, para pelajar (Santri) tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan sanggup mengambil manfaatnya, tanpa menhormati mau menghormati ilmu dan guru”.
Dalam hal ini bahkan sayyidina Ali Karromallahu Wajha berkata10:
“Aku yaitu sahaya (budak) orang yang mengajarku walau hanya satu huruf, kalau ia mau silahkan menjualku atau memerdekakanku atau tetap menjadikanku sebagai budak ”.
Hal ini memperlihatkan bahwa tutur kata dan sikap para santri memang diatur sedemikian rupa menyerupai yang diungkap dalam kitab Ta’limul Muta’alim tersebut. Antara santri dan pengasuh terdapat sekat atau batasan dalam hal bertutur kata, perilaku, cara duduk dan berjalan dan lain sebagainya. Sikap santri terhadap gurunya disini menyerupai yang dikemukakan dalam tutur kata sayyidina Ali di atas. Dan apabila tidak ada sikap ngawulo atau ngabdi kepada guru maka boleh jadi ilmu yang sudah diperoleh dari guru tersebut tidak akan manfaat.
Demikianlah yang harus diterapkan oleh para santri. Namun tidak demikian halnya dengan santri yang ada di Pondok Pesantren X ini. Menurut beling mata pandang peneliti, disini para santri ketika ini sudah tidak mengindahkan lagi beberapa hukum tersebut. Jika berjalan di depan gurunya tidak ada tawadhu’. Bertutur kata pun sudah jarang diantara mereka yang memakai bahasa krama (jawa: halus). Entah tidak tahu bagaimana caranya bertutur kata atau memang dari senior kini tidak memperlihatkan pola pengamalan sikap yang demikian atau terdapat faktor yang lain penyebab dari semua itu. Untuk itulah perlu diadakan penelitian terhadap komunikasi interpersonal yang terjadi di dalamnya, alasannya komunikasi memang suatu kegiatan insan yang sedemikian otomatis, namun banyak komunikasi yang terjadi dan berlangsung tetapi tidak tercapai target perihal apa yang di komunikasikan itu11. Maka dari itulah di dalam komunikasi interpersonal di forum Pondok Pesantern X ini setiap komponen harus di pandang dan di jelaskan sebagai bagian–bagian yang terintegrasi dalam tindakan komunikasi antar priabdi.
Dan untuk mengetahui lebih dalam bagaimanakah komunikasi interpersonal yang terjadi antara pengasuh, pengurus dan santri, maka peneliti mencoba untuk menelitinya sebagai kiprah final untuk menyeleseikan studi peneliti dalam bidang komunikasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang perkara yang dikemukakan di atas, maka perumusan perkara dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana komunikasi interpersonal antara Pengasuh dan Pengurus di Pondok Pesantren X?
2. Bagaimana komunikasi interpersonal antara Pengasuh dan santri di Pondok Pesantren X?
3. Bagaimana komunikasi interpersonal antara Pengurus dan santri di Pondok Pesantren X?

C. Tujuan Penelitian
Di dalam penelitian ini juga terdapat tujuan penelitian, yang mana tujuan penelitian ini yaitu rumusan kalimat yang memperlihatkan adanya sesuatu hal yang diperoleh sehabis penelitian selesai. Berdasarkan pokok permasalahan yang dikemukakan di atas maka, tujuan penelitian kali ini yaitu :
1. Untuk memahami komunikasi interpersonal antara Pengasuh dan Pengurus di Pondok Pesantren X.
2. Untuk memahami komunikasi interpersonal antara Pengasuh dan santri di Pondok Pesantren X.
3. Untuk memahami komunikasi interpersonal antara Pengurus dan santri di Pondok Pesantren X.

D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini berkhasiat baik dari segi teoritis maupun dari segi praktis, sehingga sanggup bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam penelitian :
1. Dari segi teoritis penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut : Untuk Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, khususnya bagi aktivitas studi komunikasi yaitu merupakan sumbangan teoritis dalam bidang komunikasi interpersonal antara pengasuh, pengurus dan santri di Pondok Pesantren X.
2. Sedangkan bila dilihat dari segi simpel dari penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
Untuk Pondok Pesantren X sendiri tentunya sebagai mas ukan sekaligus materi penilaian dalam melaksanakan komunikasi interpersonal antara pengasuh, pengurus dan santri. Sehingga sanggup tercipta komunikasi yang efektif dan terbuka.

E. Konseptualisasi
a. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal atau yang biasa disebut sebagai komunikasi antar pribadi yaitu proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan seorang yang lain atau biasanya diantara dua orang yang sanggup eksklusif diketahui timbal baliknya. Komunikasi antar pribadi juga sanggup dijelaskan sebagai korelasi antara dua individu yang ada dalam satu lingkungan12. Komunikasi antara pribadi juga merupakan suatu bentuk komunikasi baik verbal ataupun non verbal yang dilalui dua person dan dengan balasan yang seketika13..
Jadi komunikasi interpersonal yaitu komunikasi antara dua orang atau lebih dalam suatu lingkungan atau di dalam suatu kelompok kecil baik verbal maupun non verbal dengan aneka macam macam umpan balik seketika atau yang biasa di sebut dengan feed back.
b. Pengasuh, Pengurus dan Santri Pondok Pesantren.
Pengasuh Pondok Pesantren dalam hal ini yaitu keluarga pemilik pondok pesantren atau yang biasa disebut dengan keluarga ndalem. Keluarga ndalem yaitu pihak yang mempunyai otoritas tertinggi yang mana merupakan pemilik dan penanggung jawab pondok pesantren serta mengarahkan gerak dan langkah santri dan pengurus dalam suatu sistem. Dan dalam hal ini ndalem mempunyai 3 unsur kiprah di dalamnya yaitu sebagai pengasuh, pemimpin dan penasehat.
Pengurus yaitu santri yang mempunyai tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga (mengurusi) apapun yang ada dalam daerah pesantren sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing.
Santri yaitu anak yang mondok dan berniat mengaji di Pondok Pesantren X.

F. Sistematika Pembahasan
Suatu karya ilmiah tidak lepas dari pembahasan yang sistematis guna memperlihatkan uraian garis besar perihal pokok bahasan dalam setiap pecahan penelitian, yang disusun mulai awal hingga akhir, mulai pendahuluan hingga kesimpulan. Adapun pembahasan dalam skripsi ini meliputi :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam pecahan ini berisi citra umum mengenai isi penulisan yang berisi : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Konseptualisasi, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Dalam pecahan ini diuraikan mengenai kajian teoritis dari judul yang ada, uraian-uraian tersebut dipaparkan secara komperehensif, berisi terdiri dari: Pengertian Komunikasi Interpersonal, Fungsi Komunikasi Interpersonal,
Karakteristik Komunikasi Interpersonal , Sifat-sifat Komunikasi Interpersonal , Keefektifan Hubungan Interpersonal, dan Kerangka Teoritik.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam pecahan ini dijelaskan secara rinci dan operasional perihal metode dan teknik yang dipakai dalam mengkaji obyek penelitian. Adapun urutannya yaitu sebagai berikut : Pendekatan dan Jenis penelitian, Lokasi Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Tahap-tahap Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, teknik Analisis Data, Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data.
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Dalam pecahan ini berisikan terdiri dari : Gambaran Umum Obyek Penelitian yang mana objek penelitian akan dipaparkan dengan secukupnya semoga pembaca mengetahui hal ikhwal objek penelitian tersebut.
BAB V : ANALISIS DATA
Dalam pecahan ini memaparkan secara utuh beberapa hasil temuan yang diperoleh di lapangan dan hasil temuan tersebut di konfirmasikan dengan teori yang telah ada.
BAB VI : PENUTUP, yang mencakup, kesimpulan dan saran.
Sumber http://gudangmakalah.blogspot.com


EmoticonEmoticon