Secara bahasa media sanggup diartikan sebagai perantara/pengantar pesan dari pengirim ke akseptor pesan. Dalam kaitannya dengan pengajaran-pembelajaran, media diartikan segala sesuatu yang sanggup menyalurkan pesan dari pengirim ke akseptor pesan sehingga sanggup merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar. Video, televisi, komputer, diagram, bahan-bahan tercetak, dan hal lain buatan guru sanggup dipandang sebagai media pembelajaran jikalau medium itu membawa pesan yang berisi tujuan pengajaran.
Media pembelajaran yaitu segala sesuatu yang sanggup menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga sanggup merangsang perhatian, minat, pikiran, dan dan perasaan siswa dalam aktivitas mencar ilmu untuk mencapai pembelajaran tertentu (Ibrahim dkk, 2006). Sedangkan Gerlach dan Elly (dalam Arsyad, 2004) menyampaikan bahwa media apabila dipahami secara garis besar yaitu manusia, materi, atau bencana yang menciptakan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Gagne dan Briggs (dalam Latuheru, 1988) menyampaikan bahwa media pembelajaran yaitu alat secara fisik untuk memberikan isi pengajaran.
Dalam kaitannya dengan model sistem pengembangan pengajaran, interaksi guru dan siswa dengan memakai media dan sumber-sumber mencar ilmu siswa (yang pada hakekatnya juga merupakan media) sanggup digambarkan sebagai berikut.
Gambar : Sistem pengembangan pembelajaran yang menampilkan interaksi guru, siswa, dan media. (Sumber: Bahan Workshop KTSP , Depdiknas 2007) |
Media pembelajaran yaitu model pembelajaran yang dipakai dalam pembelajaran, yaitu mencakup alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber mencar ilmu ke akseptor pesan mencar ilmu (siswa). Makara media Pembelajaran yaitu sarana atau alat bantu mediator yang dipakai guru atau siswa dalam proses mencar ilmu mengajar untuk menyalurkan pesan/informasi pembelajaran dari sumber pesan ke akseptor pesan yang sanggup merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa serta mencegah verbalisme sehingga mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan.
AECT (Association of Education and Communication Technology, 1977) memberi batasan perihal media sebagai segala bentuk dan kanal yang dipakai untuk memberikan pesan atau informasi. Media pembelajaran oleh Communication on Instructional Technology diartikan sebagai alat/media yang lahir sebagai akhir revolusi komunikasi yang sanggup dipakai untuk tujuan pembelajaran di samping guru, buku dan papan tulis. Alat/media pembelajaran yaitu sarana untuk memberilan perangsang bagi anak agar proses mencar ilmu mengajar terjadi. Adapun yang dimaksud dengan alat peraga yaitu alat bantu atau tambahan yang dipakai guru dalam berkomunikasi dengan para siswa. Alat peraga sanggup berupa benda atau perilaku. Benda sanggup berupa benda orisinil atau obyek eksklusif berupa benda alam atau buatan. Dapat juga benda tiruan atau model contohnya bola dunia (globe), boneka, maket dan lainnya.
Dari beberapa definisi media pembelajaran di atas, maka sanggup ditegaskan pula bahwa media pembelajaran yaitu segala sesuatu yang sanggup dipakai untuk menyalurkan pesan atau informasi dari suatu sumber atau pengirim kepada penerimanya sehingga sanggup merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses mencar ilmu yang efektif terjadi. Media pembelajaran sanggup berupa gambar, bagan, model, film, video, computer dan sebagainya. Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, tugas media juga tidak sanggup diabaikan (Depdiknas, 2004).
Berbagai media yang dipakai untuk pengajaran sanggup diklasifikasikan ibarat berikut ini:
- Media visual (media pandang), yang terdiri dari
- Media visual yang tidak diproyeksikan, contohnya foto, diagram, peragaan, dan model.
- Media visual yang diproyeksikan, contohnya slide, filmstrip, overhead transparansi, dan proyeksi komputer.
- edia audio, contohnya kaset dan compact disk (CD).
- Media audio-visual, ibarat video, VCD, DVD.
- Pengajaran bermedia-komputer, contohnya CAI (Computer Assisted Instruction).
- Multimedia berbasis komputer.
- Jaringan komputer, ibarat internet.
- Media ibarat radio dan televisi untuk mencar ilmu jarak jauh.
Secara umum manfaat media pembelajaran yaitu memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga aktivitas pembelajaran lebih efektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran sebagai berikut ini.
- Proses pembelajaran menjadi lebih terang dan menarik.
- Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
- Effisiensi dalam waktu dan tenaga.
- Meningkatkan kualitas hasil mencar ilmu siswa.
- Mengubah tugas guru kearah yang lebih positif dan produktif.
- Membangkitkan perhatian siswa
- Memperjelas informasi yang disampaikan.
- Menstimulasi ingatan perihal konsep.
- Memotivasi siswa mengikuti materi pembelajaran.
- Menyajikan bimbingan belajar.
- Membangkitkan performasi siswa yang relevan dengan materi.
- Memberi masukan informasi siswa yang benar.
- Mendorong ingatan, menstranfer pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang sedang dipelajari.
Manfaat media pembelajaran berdasarkan Arsyad (2004): (1) memperjelas penyajian pesan dan informasi, (2) meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga sanggup mengakibatkan motivasi mencar ilmu dan interaksi secara langsung, (3) mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu, dan (4) menunjukkan kesamaan pengalaman kepada siswa. Dapat dikatakan bahwa tujuan pemanfaatan media pembelajaran yakni sanggup memusatkan perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung dan untuk mencapai tujuan kompetensi dasar siswa. Pemanfaatan media dalam pembelajaran sangat kuat terhadap motivasi dan semangat mencar ilmu siswa. Media pembelajaran sanggup membawa dan membangkitkan rasa bahagia bagi siswa dan sanggup memperbarui semangat mereka, serta membantu memantapkan pengetahuan siswa.
Syafi’ie (1993) menyatakan media bermanfaat untuk: (1) membangkitkan perhatian siswa, (2) memperjelas informasi yang disampaikan, (3) menstimulasi ingatan perihal konsep, (4) memotivasi siswa mengikuti materi pembelajaran, (5) menyajikan bimbingan belajar, (6) membangkitkan performasnsi siswa yang relevan dengan materi, (7) memberi masukan performansi siswa yang benar, dan (8) mendorong ingatan, menstranfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sedang dipelajari.
Pada tahun 1964, Edgar Dale menyebarkan “kerucut pengalaman”. Kerucut pengalaman itu dimulai dari pebelajar sebagai partisipan dalam pengalaman sesungguhnya, menuju pebelajar sebagai pengamat atas suatu bencana tak eksklusif (melalui beberapa medium), dan alhasil pebelajar itu mengamati simbul-simbul yang mewakili bencana itu (Nur, 2000). Dale menyatakan bahwa pebelajar sanggup mengambil manfaat dari aktivitas yang lebih abstrak, asalkan mereka telah membangun sejumlah pengalaman lebih konkrit untuk memaknai penyajian realitas yang lebih abnormal tersebut. Gambar 4-4 menunjukkan kerucut pengalaman Dale tersebut, disertai rumusan Bruner di sampingnya.
Gambar : Kerucut pengalaman Dale dan keterkaitannya dengan wangsit Bruner (Sumber: Bahan Workshop KTSP, Depdinas 2007) |
Kerucut pengalaman tersebut menunjukkan citra bahwa proses pembelajaran dengan cara melaksanakan sendiri dan melihat (fokus pada keterlibatan siswa) lebih besar pengaruhnya dari pada proses mendengarkan. Agar aktivitas pembelajaran lebih menekankan pada proses keterlibatan siswa maka ketersediaaan media pembelajaran mutlak diperlukan. Berdasarkan kerucut pengalaman tersebut, media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat vital bagi keberhasilan proses pembelajaran.
Gambar sebagai media pembelajaran secara garis besar sanggup dibagi pada tiga jenis yakni sketsa, lukisan dan foto. Sketsa atau bias disebut juga sebagai gambar garis yakni gambar sederhana atau draf berangasan yang melukiskan bagian-bagian pokok suatu obyek tanpa detail. Kedua lukisan merupakan gambar hasil pemotretan atau pfotografi. Alasan utama para guru tidak memakai atau menghadirkan gambar dalam proses pembelajaran yaitu “tidak sanggup menggambar”. Alasan ini sepertinya hanya untuk menutupi dirinya yang kurang kreatif atau malas lantaran sudah enjoy dengan rujukan yang selama ini dilakukan (metode ceramah) dan lain-lain. Bahkan ia lupa kalau dirinya pernah mencar ilmu menggambar dan mewarnai pada ketika duduk di sekolah dasar bahkan di taman kanak-kanak. Gambar merupakan media visual yang penting dan gampang didapat. Dikatakan penting alasannya ia sanggup mengganti kata verbal, mengkonkritkan yang astrak, dan mengatasi pengamatan manusia. Gambar menciptakan orang sanggup menangkap idea tau informasi yang terkandung di dalamnya dengan jelas, lebih terang dari pada yang diungkapkan oleh kata-kata.
Gambar di sini berupa dengan gambar-gambar yang sanggup dipakai untuk membantu siswa dalam membentuk sebuah konsep kalimat abstrak. Dari gambar-gambar ini nalar anak akan di bawa untuk menyebutkan apa yang beliau lihat dan mungkin anak akan menyebarkan ide-idenya dengan menunjukkan komentar-komentar perihal gambar yang beliau lihat. Dengan gambar yang mereka cermati maka masing-masing siswa akan mempunyai komentar-komentar yang berbeda-beda.
Peserta didik ketika ini sangat menuntut guru untuk mengajar lebih kreatif, dan tidak membosankan. Karena itu, guru sangat memerlukan metode dan teknik-teknik gres dalam mengajar. Termasuk, mencari media pembelajaran sebagai potongan dari alat bantu mengajar (teaching aids) yang sangat diperlukan. Guru yang kreatif tidak akan terkungkung oleh pemikiran yang terlalu fanatis bahwa media pembelajaran harus dibentuk sebagus dan seideal mungkin. Paradigma bahwa media pembelajaran haruslah sedemikian rupa dan tepat harus dibuang jauh-jauh jikalau guru ingin maju. Untuk itu guru bahwasanya sanggup dengan gampang untuk memilih media pembelajaran ibarat media gambar karton, ibarat doremaon, naruto, gambar hewan ibarat meky mouse dan lain-lain.
EmoticonEmoticon