Jumat, 20 Juli 2018

Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Berikut ini salah satu materi training Implementasi Kurikulum 2013 yang harus dikuasai oleh guru yang akan mengimplementasikan Kurikulum 2013, Dijadikannya sebagai salah satu model pembelajaran yang diharapkan sanggup diimplemntasikan dalam Kurikulum 2013, alasannya Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning / PBL) betul-betul menuntut keaktifan siswa, sanggup memperlihatkan pengalaman pribadi serta menuntut pembelajaran yang tidak terbatas hanya sebagai pengetahuan belaka. Apa semua materi pembelajaran memakai model Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning / PBL)? Tentunya tidak. Guru harus sanggup menentukan sesuai karakteristik materi model pembeljaran tersebut dan karakteristik materi yang akan diajarkan. Untuk memahami karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning / PBL) silahkan simak klarifikasi berikut yang dikutip dari buku training Implementasi Kurikulum 2013




A. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning = PBL) adalah metoda pembelajaran yang memakai proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melaksanakan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan banyak sekali bentuk hasil belajar.

Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PBL) yang yaitu model atau metode berguru yang memakai persoalan sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan gres menurut pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyekdirancang untuk dipakai pada permasalahan komplek yang diharapkan akseptor didik dalam melaksanakan insvestigasi dan memahaminya.

Melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PBL), proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing akseptor didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan banyak sekali subjek (materi) dalam kurikulum. Pada dikala pertanyaan terjawab, secara pribadi akseptor didik sanggup melihat banyak sekali elemen utama sekaligus banyak sekali prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBLmerupakan pemeriksaan mendalam perihal sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan perjuangan akseptor didik.

Meteri perakitan Laptop di Sekolah Menengah kejuruan sanggup diterapkan dengan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning / PBL)

Mengingat bahwa masing-masing akseptor didik mempunyai gaya berguru yang berbeda, maka Pembelajaran berbasis proyekmemberikan kesempatan kepada para akseptor didik untuk menggali konten (materi) dengan memakai banyak sekali cara yang bermakna bagi dirinya, dan melaksanakan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyekmerupakan pemeriksaan mendalam perihal sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan perjuangan akseptor didik.

Pembelajaran berbasis proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah kejuruan sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia perjuangan dan industri harus sanggup membekali akseptor didiknya dengan “kompetensi terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja dibidang masing-masing. Dengan pembelajaran “berbasis produksi” akseptor didik di Sekolah Menengah kejuruan diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang sebenarnya di dunia kerja. Dengan demikian model pembelajaran yang cocok untuk Sekolah Menengah kejuruan yaitu pembelajaran berbasis proyek.

Pembelajaran Berbasis proyekmemiliki karakteristik sebagai berikut:
  • peserta didik membuat keputusan perihal sebuah kerangka kerja
  • adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada akseptor didik
  • peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan
  • peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan
  • proses penilaian dijalankan secara kontinyu
  • peserta didik secara terencana melaksanakan refleksi atas kegiatan yang sudah dijalankan
  • produk final kegiatan berguru akan dievaluasi secara kualitatif, dan
  • situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.


Peran pelatih atau guru dalam Pembelajaran berbasis proyeksebaiknya sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan mediator untuk mendapat hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan penemuan dari siswa.
Beberapa kendala dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain berikut ini.
  • Pembelajaran berbasis proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menuntaskan permasalahan yang komplek.
  • Banyak orang bau tanah akseptor didik yang merasa dirugikan, alasannya menambah biaya untuk memasuki system baru.
  • Banyak pelatih merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana pelatih memegang kiprah utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi pelatih yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
  • Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah.


Untuk itu disarankan memakai team teaching dalam proses pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi kalau suasana ruang berguru tidak monoton, beberapa pola perubahan lay-out ruang kelas, seperti: traditional class (teori), discussion group (pembuatan konsep dan pembagian kiprah kelompok), lab tables (saat mengerjakan kiprah mandiri), circle (presentasi). Atau buatlah suasana berguru menyenangkan, bahkan dikala diskusi sanggup dilakukan di taman, artinya berguru tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas.

Berdasarkan urian diatas sanggup disimpulan bahwa Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) yaitu kegiatan pembelajaran yang memakai projek/kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivias akseptor didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, hingga dengan mempresentasikan produk pembelajaran menurut pengalaman nyata. Produk yang dimaksud yaitu hasil projek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain. Pendekatan ini memperkenankan pesera didik untuk bekerja secara berdikari maupun berkelompok dalam menghasilkan produk nyata.




B. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis Proyekdapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Kelebihan  / Keuntungan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
  • Meningkatkan motivasi berguru akseptor didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melaksanakan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
  • Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
  • Membuat akseptor didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
  • Meningkatkan kolaborasi.
  • Mendorong akseptor didik untuk menyebarkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
  • Meningkatkan keterampilan akseptor didikdalam mengelola sumber.
  • Memberikan pengalaman kepada akseptor didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain ibarat perlengkapan untuk menuntaskan tugas.
  • Menyediakan pengalaman berguru yang melibatkan akseptor didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
  • Melibatkan para akseptor didik untuk berguru mengambil informasi dan memperlihatkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
  • Membuat suasana berguru menjadi menyenangkan, sehingga akseptor didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.


Meteri Membuat Laporan Pengamatan di Sekolah Menengah Pertama sanggup diterapkan dengan  Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning / PBL)

2. Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
  • Memerlukan banyak waktu untuk menuntaskan masalah.
  • Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
  • Banyak pelatih yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana pelatih memegang kiprah utama di kelas.
  • Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
  • Peserta didik yang mempunyai kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
  • Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.
  • Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan akseptor didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan


Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik harus sanggup mengatasi dengan cara memfasilitasi akseptor didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu akseptor didik dalam menuntaskan proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, menentukan lokasi penelitian yang gampang dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga pelatih dan akseptor didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.

Meteri Membuat Naskah Peraturan sanggup diterapkan dengan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning / PBL)


Pembelajaran berbasis proyek ini juga menuntut siswa untuk menyebarkan keterampilan ibarat kerja sama dan refleksi. Menurut studi penelitian, Pembelajaran berbasis proyek membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan ketidakhadiran berkurang dan lebih sedikit persoalan disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih percaya diri berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa.

Pelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika belum dewasa bersemangat dan antusias perihal apa yang mereka pelajari, mereka sering mendapat lebih banyak terlibat dalam subjek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata pelajaran lainnya. Antusias akseptor didik cenderung untuk mempertahankan apa yang mereka pelajari, bukan melupakannya secepat mereka telah lulus tes.


C. Langkah langkah pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Langkah langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek sanggup dijelaskan dengan diagram sebagai berikut.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) sebagai berikut.
1. Penentuan pertanyaan fundamental (Start With the Essential Question).
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang sanggup memberi penugasan akseptor didik dalam melaksanakan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia positif dan dimulai dengan sebuah pemeriksaan mendalam. Pengajar berusaha biar topik yang diangkat relevan untuk para akseptor didik.

2) Mendesain perencanaan proyek (Design a Plan for the Project.
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan akseptor didik. Dengan  emikian akseptor didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi perihal hukum main, pemilihan kegiatan yang sanggup mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan banyak sekali subjek yang mungkin, serta  mengetahui alat dan materi yang sanggup diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

3. Menyusun jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan akseptor didik secara kolaboratif menyusun acara kegiatan dalam menuntaskan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menuntaskan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa akseptor didik biar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing akseptor didik ketika mereka membuat cara yang tidak berafiliasi dengan proyek, dan (5) meminta akseptor didik untuk membuat klarifikasi (alasan) perihal pemilihan suatu cara.

4. Memonitor akseptor didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)
Pengajar bertanggungjawab untuk melaksanakan monitor terhadap kegiatan akseptor didik selama menuntaskan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi akseptor didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi kegiatan akseptor didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibentuk sebuah rubrik yang sanggup merekam keseluruhan kegiatan yang  penting.

5. Menguji hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing akseptor didik, memberi umpan balik perihal tingkat pemahaman yang sudah dicapai akseptor didik, membantu pengajar dalam menyusun seni administrasi pembelajaran berikutnya.

6. Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada final proses pembelajaran, pengajar dan akseptor didik melaksanakan refleksi terhadap kegiatan dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini akseptor didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menuntaskan proyek. Pengajar dan akseptor didik menyebarkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada kesannya ditemukan suatu temuan gres (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

Tabel . Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek

Langkah-langkah
Deskripsi
Langkah -1
Penentuan projek

Guru bersama dengan akseptor didik menentukan tema/topik projek
Langkah -2
Perancangan langkah-langkah penyelesaian projek
Guru memfasilitasi Peserta didik untuk merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian projek beserta pengelolaannya


Langkah -3
Penyusunan acara pelaksanaan projek
Guru memperlihatkan pendampingan kepada akseptor didik melaksanakan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya
Langkah -4
Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring guru
Guru memfasilitasi dan memonitor  akseptor didik dalam melaksanakan  rancangan projek yang telah dibuat
Langkah -5
Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil projek
Guru memfasilitasi Peserta didik untuk mempre-sentasikan dan mempublikasikan hasil karya
Langkah -6
Evaluasi proses dan hasil projek
Guru dan akseptor didik pada final proses pembe-lajaran melaksanakan refleksi terhadap kegiatan dan hasil kiprah projek



D. Peran guru dan akseptor didik dalam pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Peran guru dan akseptor didik dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut.
1) Peran Guru
Merencanakan dan mendesain pembelajaran.
Membuat seni administrasi pembelajaran.
Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa.
Mencari keunikan siswa.
Menilai siswa dengan cara transparan dan banyak sekali macam penilaian.
Membuat portofolio pekerjaan siswa.

Meteri perakitan PC di Sekolah Menengah kejuruan sanggup diterapkan dengan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning / PBL)


2) Peran Peserta Didik
Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir.
Melakukan riset sederhana.
Mempelajari inspirasi dan konsep baru.
Belajar mengatur waktu dengan baik.
Melakukan kegiatan berguru sendiri/kelompok.
Mengaplikasikanhasil berguru lewat tindakan.
Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll).




E. Sistem Penilaian dalam pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Penilaian pembelajaran dengan metoda Pembelajaran berbasis proyek harus diakukan secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian pembelajaran berbasis proyek sanggup memakai teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk. Penilaian tersebut sanggup dijelaskan sebagai berikut.

1) Penilaian Proyek
a) Pengertian Penilaian proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu kiprah yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu pemeriksaan semenjak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek sanggup dipakai untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan akseptor didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.

Pada penilaian proyek setidaknya ada 4 (empat) hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

a.1) Pengelolaan
Kemampuan siswa dalam menentukan topik, mencari informasi, dan mengelola waktu pengumpulan data, serta penulisan laporan.

a.2) Relevansi
Topik, data, dan produk sesuai dengan KD.

a.3) Keaslian
Produk (misalnya laporan) yang dihasilkan siswa merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan donasi guru berupa petunjuk dan pemberian terhadap proyek siswa.

a.4) Inovasi dan kreativitas
Hasil proyek siswa terdapat unsur-unsur kebaruan dan menemukan sesuatu yang berbeda dari biasanya. 


b. Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, hingga hasil final proyek. Untuk itu, guru perlu memutuskan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, ibarat penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan kiprah atau hasil penelitian juga sanggup disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian sanggup memakai alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.

Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan , proses pengerjaan hingga dengan final proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai. Pelaksanaan penilaian sanggup juga memakai rating scale dan checklist.

2) Penilaian Produk
a) Pengertian Penilaian Produk
Penilaian produk yaitu penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk mencakup penilaian kemampuan akseptor didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk mencakup 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
a.1) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan akseptor didik dan merencanakan, menggali, dan menyebarkan gagasan, dan mendesain produk.
a.2) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan akseptor didik dalam menyeleksi dan memakai bahan, alat, dan teknik.
a.3) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan akseptor didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

b) Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya memakai cara holistik atau analitik.
b.1) Cara holistik, yaitu menurut kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
b.2) Cara analitik, yaitu menurut aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.


Daftar Pustaka

Alexander, D. (2000). The learning that lies between play and academics in afterschool programs. National Institute on Out-of-School Time. Retrieved from http://www.niost.org/Publications/papers.

Admin.Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) [online]. Diakses di http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/151/hubptain-gdl-ellyikasus-7509-3-babii.pdf  (17 Oktober 2011).

Barron, B., & Darling-Hammond, L. (2008). Teaching for meaningful learning: A review of research on inquiry-based and cooperative learning. Retrieved from http://www.edutopia.org/pdfs/edutopia-teaching-for-meaningful-learning.pdf.

Buck Institute for Education. Introduction to Project Based Learning. [Online]. 

Daniel K. Schneider. 2005. Project-based learning. [Online]. Diakses dihttp://edutechwiki.unige.ch/en/Project-based_learning

Florin, Suzanne. 2010. The Success of Project Based Learning. [Online]. Diakses di http://www.brighthub.com/education/k-12/articles/90553.aspx 

Grant, M. (2009, April). Understanding projects in projectbased learning: A student’s perspective. Paper presented at Annual Meeting of the American Educational Research Association, San Diego, CA.

Lucas, George .(2005). Instructional Module Project Based Learning. http://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Modul Pelatihan Kurikulum 2013, Jakarta:Kemdikbud

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Modul Pelatihan Kurikulum 2013, Jakarta:Kemdikbud.

Markham, T. (2003). Project-Based Learning Handbook (2nd ed.). Novato, CA: Buck Institute for Education.

Research summary: Project-based learning in middle grades mathematics. Retrieved from http://www.nmsa.org/Research/ResearchSummaries.

ResearchSummaries/ProjectBasedLearninginMath/tabid/1570/Default.aspx.

Savery, J. R. (2006). Overview of problem-based learning: Definitions and distinctions. The Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, 1(1), 9–20. Journal of Problem-Based Learning, 3(1), 12–43.



= Baca Juga =




Sumber http://forumgurunusantara.blogspot.com


EmoticonEmoticon