Jumat, 27 Juli 2018

Motivasi Kerja Guru

Motif diartikan sebagai daya pelopor yang mendorong seseorang melaksanakan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Sardiman AM (1997) Motif yang sudah aktif disebut motivasi. Motivasi merupakan proses yang tidak sanggup diamati, tetapi bisa ditafsirkan melalui tindakan individu yang bertingkah laku, sehingga motivasi merupakan konstruksi jiwa.  Kedudukan motivasi sejajar dengan isi jiwa sebagai cipta (kognisi), karsa (konasi), dan rasa (emosi) yang merupakan tridaya.  Apabila cipta, karsa dan rasa  yang menempel pada diri seseorang, dikombinasikan dengan motivasi, sanggup menjadi catur daya atau empat dorongan kekuatan yang dapat  mengarahkan individu mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan. Robert M. W. Travers, Essentials of Learning The New Cognitive Learning for Students of Education (New York: Macmillan, Co., Inc., 1996), hh. 423-433.



Lawler mengemukakan bahwa motivasi ialah suatu kondisi yang mendorong atau menjadi penyebab seseorang melakukan  suatu perbuatan atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, meskipun tidak tertutup kemungkinan bahwa dalam keadaan terpaksa seseorang mungkin saja melaksanakan suatu kegiatan yang tidak disukainya.  Kegiatan yang didorong oleh sesuatu yang tidak disukai berupa kegiatan yang terpaksa dilakukan cenderung berlangsung tidak efektif dan tidak efisien.

Motivasi juga sanggup dinilai sebagai suatu daya dorong (driving force) yang mengakibatkan orang sanggup berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan.  Hal ini dijelaskan oleh Chauhan bahwa motivasi menunjuk pada tanda-tanda yang melibatkan dorongan perbuatan terhadap tujuan tertentu.

Para pakar sosial beropini bahwa ada dua komponen utama untuk menganalisis motivasi sebagai dasar tingkah laris individu, yaitu: (1) komponen internal, merupakan dorongan yang berdasarkan kebutuhan atau motif, dan (2) komponen tujuan yang ingin dicapai.  Dengan tercapainya tujuan berarti telah terpenuhi kebutuhan individu.  Komponen tujuan sifatnya eksternal yang berada di luar individu.  Sehubungan dengan itu Maslow mengemukakan bahwa studi motivasi sebagian merupakan studi wacana tujuan, keinginan dan kebutuhan manusia.

Dalam suatu motif umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu; 1) unsur  dorongan atau kebutuhan, atau disebut juga “proses tenaga” yang  sifatnya internal dan 2) unsur tujuan, yang mengandung unsur pembelajaran atau penyesuaian sebagai efek faktor eksternal.  Proses interaksi timbal balik antara kedua unsur tersebut terjadi dalam diri individu, namun sanggup dipengaruhi oleh sesuatu di luar diri manusia.  Misalnya  kondisi cuaca, kondisi lingkungan dan sebagainya.  Oleh lantaran itu sanggup saja terjadi perubahan motivasi pada diri seseorang dalam waktu singkat, kalau ternyata motivasi yang pertama mendapat kendala atau mungkin tidak terpenuhi.

Teori motivasi yang bekerjasama dengan pertumbuhan atau  pemenuhan banyak sekali kebutuhan dikembangkan oleh Maslow.  Berdasarkan kebutuhan yang populer dalam operasionalnya dipaparkan motif-motif individu dalam banyak sekali tingkatan.  Bila kebutuhan individu pada tingkat yang paling rendah terpenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan lain pada tingkat yang lebih tinggi segera timbul.  Kebutuhan  individu dimulai dari kebutuhan biologis yang dibawa semenjak lahir hingga dengan kebutuhan psikologis yang kompleks.

Suatu motif akan menguasai tingkah laris seseorang bila motif yang berada di bawahnya sudah terpenuhi.  Tingkah laris insan mula-mula  dikuasai oleh motif yang paling rendah, yaitu motif fisiologis mirip lapar, haus, sec dan sebagainya. Setelah motif dasar terpenuhi, motif di atasnya mulai menguasai hingga dengan motif yang paling tinggi. yaitu motif aktualisasi diri. Kebutuhan yang sudah terpenuhi tidak sanggup berfungsi lagi sebagai motivator, contohnya udara buat bernapas.

Menurut Maslow, Motivasi ialah energi dalam diri seseorang yang ditandai oleh “feeling” dan didahului oleh tanggapan terhadap tujuan. Selanjutnya dikemukakan bahwa motivasi ini mengandung tiga elemen penting yaitu: (a) Motivasi mengawali perubahan energi pada diri setiap individu, lantaran menyangkut perubahan energi manusia, penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik; (b) Motivasi ditandai oleh adanya rasa/feeling, atau afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi ada kekerabatan dengan. kejiwaan, afeksi dan emosi yang sanggup menentukan tingkah laris manusia; (c) Motivasi akan terangsang lantaran adanya tujuan. Motivasi merupakan respon dari tujuan. Tujuan ini menyangkut kebutuhan.

Sejalan dengan itu Lawler menyampaikan bahwa fungsi motivasi bagi insan adalah; 1) motivasi sebagai motor pelopor bagi manusia, menyerupai materi bakar pada kendaraan, 2) motivasi merupakan pengatur dalam menentukan alternatif di antara dua atau lebih  kegiatan yang bertentangan. dengan memperkuat suatu motivasi akan memperlemah motivasi yang lain, oleh lantaran itu seorang akan melaksanakan satu aktivitas  dan meninggalkan acara yang lain, 3) motivasi merupakan pengatur arah  atau tujuan dalam melaksanakan aktivitas. Dengan kata lain  setiap orang hanya akan menentukan dan berusaha untuk mencapai tujuan  pada sistem yang memperlihatkan motivasi tinggi dan bukan mewujudkan tujuan pada sistem yang lemah motivasinya.

Seseorang melaksanakan acara lantaran adanya suatu dorongan. Mengenai  dorongan  ini  ada dua teori yang muncul yaitu; “biogenic theories dan “sosiogenic theories”. “Biogenic theories” menyangkut proses biologis mirip instink dan kebutuhan-kebutuhan; sedangkan “sosiogenic theories” menekankan adanya efek kebudayaan/kehidupan masyarakat. Kedua teori ini memperlihatkan bahwa seseorang  melaksanakan acara lantaran kebutuhan biologis, instink, unsur-unsur kejiwaan lainnya yang dipengaruhi  perkembangan budaya manusia.

Hidup sejahtera yang merupakan pencerminan dari pemenuhan kebutuhan sesuai dengan teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya, ialah keinginan setiap orang. Usaha untuk mencapai kondisi tersebut  antara lain dengan cara menjaga kesehatan, mengatur jumlah keluarga, dan menjaga lingkungan biar tetap harmonis dan seimbang. Setiap individu apabila mencicipi sesuatu manfaat bagi kesejahteraannya, akan bermetamorfosis suatu kebutuhan, maka pelaksanaannya ialah kesadaran pribadi masing-masing secara sukarela tanpa paksaan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

McNeil mengemukakan bahwa analisis motivasi oleh ahli-ahli psikologi  menggantungkan  pada konsep kebutuhan (need) dan dorongan (drive). Walter mengartikan motivasi sebagai kebutuhan ialah sejalan dengan pandangan psikologi humanistik.  Asumsi dasar  dari psikologi humanistik ialah bahwa sebagian besar tingkah laris manusia  bertujuan (purposeful).  Kata “bertujuan” dimaksudkan  bahwa sebagian besar tingkah laris insan diarahkan pada pemenuhan kebutuhan atau pencapaian tujuan.

Berdasarkan uraian di atas maka sanggup disimpulkan bahwa kebutuhan merupakan faktor pendorong adanya perbuatan.  Kebutuhan merupakan motivasi seseorang untuk berbuat.  Maslow yang dikenal sebagai bapak psikologi humanistik, dan bapak aktualisasi diri, mengemukakan bahwa insan dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar  yang bersifat  sama untuk seluruh species, tidak berubah, dan berasal dari sumber genetis atau naluriah.  Kebutuhan-kebutuhan ini  juga bersifat psikologis,  bukan semata-semata fisiologis.

Para andal psikologi beropini bahwa dalam diri seseorang ada sesuatu yang menentukan perilaku, yang bekerja dengan cara tertentu untuk mensugesti sikap tersebut.  Di antara para andal ada yang menyebut penentu sikap tersebut adalah  kebutuhan (need), ada juga yang menyebut dengan istilah “motif” (motive)  dan ada juga yang menggunakan  kedua istilah tersebut secara bergantian.  Istilah lain yang agak berbeda dan sering pula dipakai ialah motivasi (motivation).  

Motif dan motivasi merupakan dua istilah  yang sulit untuk dipisahkan  dan dibedakan, lantaran itu  kedua istilah ini sering dipakai secara bergantian dengan makna yang sama.

Sehubungan dengan uraian-uraian di atas, Nawawi membedakan dua bentuk motivasi yang meliputi: Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.  Motivasi intrinsik ialah pendorong sikap yang bersumber dari dalam diri seseorang sebagai individu, berupa kesadaran mengenai pentingnya  manfaat/makna pekerjaan yang dilaksanakan, baik lantaran bisa memenuhi kebutuhan atau menyenangkan, ataukah memungkinkan seseorang bisa mencapai suatu tujuan, maupun lantaran memperlihatkan keinginan tertentu yang sifatnya positif di masa depan. Misalnya sikap yang bekerja secara berdedikasi semata-mata lantaran merasa memperoleh kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya secara maksimal, sedangkan motivasi ekstrinsik ialah pendorong kerja yang bersumber dari luar diri sebagai individu,  berupa suatu kondisi yang mengharuskan  pekerja melaksanakan sikap secara maksimal lantaran adanya pujian, hukuman, aturan dan sebagainya.

Manusia itu berbeda satu sama lainnya tidak hanya dengan kemampuan melaksanakan sesuatu (Ability to do) tetapi juga berbeda dengan kemauan untuk melaksanakan sesuatu (will to do), kemauan atau dorongan untuk melaksanakan sesuatu disebut motivasi.

Hoy dan Miskell mirip dikutip oleh Wahyusumidjo, menyampaikan bahwa: Motivasi sangat mensugesti sikap seseorang dalam melaksanakan sesuatu, mempertahankan kegiatan ke arah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. dengan kata lain motivasi  sangat mensugesti seseorang dalam bertindak.  Dengan demikian motivasi ialah dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku  dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Motivasi merupakan pelopor dalam diri insan untuk berbuat serta memperlihatkan arah kepada perbuatan tersebut.  Produktivitas seseorang dalam suatu lembaga sebagian besar ditentukan oleh motivasi orang  untuk menghasilkan sesuatu. Motivasi merupakan keadaan psikologis yang manifestasinya sanggup diketahui melalui tingkah laku.  Seseorang akan melaksanakan sesuatu pekerjaan dengan gigih kalau ia memiliki motivasi yang sangat kuat.  Sebaliknya seseorang mungkin akan meninggalkan kiprah atau kurang bernafsu melaksanakan pekerjaan kalau ia tidak memiliki motivasi untuk melakukannya.  Untuk menuntaskan suatu pekerjaan seseorang di samping memerlukan kecakapan pribadi, juga memerlukan motivasi biar pekerjaan tersebut sanggup diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Secara umum sanggup dikatakan bahwa motivasi  merupakan salah satu faktor yang mayoritas bagi seseorang dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan. Banyak pekerjaan yang sanggup diselesaikan dengan baik oleh orang yang bermotivasi kuat walaupun kecakapannya sedang-sedang saja.  Sebaliknya orang yang berkecakapan tinggi tetapi tidak memiliki motivasi yang memadai mungkin tak sanggup menuntaskan pekerjaan tersebut dengan baik. Makin tinggi motivasi seseorang untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan makin tinggi pula kemungkinannya untuk sanggup menuntaskan pekerjaan tersebut.

Konsep lain yang berkaitan dengan motivasi ialah konsep “needs” atau kebutuhan, dan “incentive” atau rangsangan.  Menurut Hersey Blanchard istilah motif dan “need” sanggup dipakai secara bergantian (inter-changeably).

Kebutuhan insan sanggup pula dibagi atas dua macam yaitu; kebutuhan yang disadari (conscious needs) dan kebutuhan yang tidak disadari (unconscious needs).  Keduanya tidak sanggup dipisahkan secara mutlak. Kebutuhan yang satu dengan yang lainnya selalu berkaitan baik secara eksklusif maupun secara tidak langsung. Peranan kebutuhan sebagai pelopor tingkah laris dikemukakan oleh Caprio sebagai berikut “Needs may be considered  the sours of behavior, active forces  get behavior going”.

Motivasi seseorang cenderung berkurang kekuatannya  apabila kebutuhan sudah dipenuhi atau apabila kebutuhan itu tak sanggup dipenuhi  (blocked).  Kalau kebutuhan mengenai  sesuatu telah terpenuhi, maka berkurang keinginannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan ia lebih cenderung untuk memenuhi kebutuhan yang lain yang lebih tinggi tingkatannya.

Menurut Lewin’s Field Theory, bahwa nilai suatu lingkungan akan mensugesti tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Teori ini membagi  nilai tersebut atas dua macam yaitu;  (a Region of positive value),  yaitu seseorang berusaha untuk memperoleh sesuatu, apabila yang diinginkan telah diperoleh maka hal itu akan mengurangi keinginan yang terjadi pada dirinya, mirip keinginan memperoleh masakan bagi orang yang sedang lapar,  (2) a region of negative value),  yaitu; seseorang berusaha untuk menjauhi sesuatu, dan kalau hal itu terjadi akan menjadikan keterangan pada dirinya, mirip menjauhi anjing bagi orang yang takut anjing.

Hasil penelitian yang dilakukan di Universitas Oregon memperlihatkan bahwa imbalan yang bersifat intrinsik (intrinsic reward) lebih besar lengan berkuasa untuk memotivasi guru-guru daripada imbalan yang bersifat ekstrinsik (extrinsic reward). Hasil penelitian tersebut juga memperlihatkan bahwa imbalan yang bersifat intrinsik lebih sering dipakai terhadap guru-guru yang mengajar murid-murid memiliki prestasi yang lebih tinggi, sedangkan imbalan yang bersifat ekstrinsik lebih sering dipakai untuk guru-guru yang mengajar pada sekolah yang murid-muridnya memiliki prestasi rendah.

Tokoh terkemuka yang telah banyak memperlihatkan pertolongan terhadap perumusan motivasi ialah Maslow. Dia telah berhasil menyusun pembagian terstruktur mengenai tingkat kebutuhan manusia. Tingkat kebutuhan insan itu berdasarkan Maslow meliputi: (1) kebutuhan fisiologis (physiological needs), (2) kebutuhan akan rasa kondusif (safety or security needs), (3) kebutuhan sosial (social needs), (4) kebutuhan akan penghargaan/prestise (esteem needs), dan (5) kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs).

Menurut Maslow apabila kebutuhan tingkat bawah secara relatif telah terpenuhi maka akan timbul keinginan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi.  Sehubungan dengan teori yang dikemukakan tersebut, pimpinan yang bijaksana akan berusaha untuk memperhatikan kebutuhan bawahannya. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut diduga akan merangsang guru-guru bekerja lebih efektif dan lebih efisien.

Teori Maslow telah memperlihatkan pertolongan yang sangat berharga dalam memperhatikan kebutuhan-kebutuhan tingkat rendah para pekerja yang sebelumnya mungkin diabaikan pada suatu organisasi. Di lain pihak teori Maslow ini juga mengandung beberapa kelemahan atau kekurangan. Udai Parek menjelaskan bahwa tidak ada dalam organisasi manapun kebutuhan yang lebih tinggi muncul menunggu dipenuhi kebutuhan yang lebih tinggi muncul menunggu dipenuhi kebutuhan tingkat yang lebih rendah.

Kritikan-kritikan yang dikemukakan terhadap teori Maslow antara lain: (1) sulit dibuktikan bahwa kebutuhan-kebutuhan insan mengikuti suatu hirarki (2) terdapat kekerabatan yang berbeda-beda pada tiap individu, (3) timbulnya kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi bukan semata-mata disebabkan terpenuhinya kebutuhan tingkat yang lebih rendah, dan (4) kebutuhan-kebutuhan ini lentur sifatnya dan sulit diketahui seberapa banyak sanggup dikatakan suatu kebutuhan itu sudah cukup atau sudah memuaskan. Sungguhpun  terdapat  beberapa kelemahan  pada teori  Maslow, tetapi teori tersebut sangat bermanfaat dalam menjelaskan prosedur motivasi dalam organisasi.

Pengertian motivasi telah banyak dikemukakan, antara lain oleh Thompson bahwa motivasi ialah besarnya keinginan seseorang untuk mencapai prestasi. Jika keinginan seseorang untuk mendapat prestasi yang tinggi, maka motivasinya juga akan tinggi, demikian pula sebaliknya. Fuoss dan Troppmann mengemukakan definisi motivasi sebagai suatu respon secara eksklusif terhadap penurunan suatu kebutuhan.  Selanjutnya Singer mendefinisikan motivasi sebagai dorongan untuk mencapai tujuan. Berdasarkan pengertian di atas, maka segala tindakan serta tingkah laris insan didorong oleh sesuatu kekuatan yang disebut dengan motivasi atau dengan kata lain bahwa motivasi insan merupakan latar belakang yang melandasi kelakuan insan untuk mencapai tujuan. Olehnya itu, pengetahuan mengenai motivasi insan memperlihatkan tanggapan terhadap pertanyaan terhadap mengapa seseorang melaksanakan suatu tindakan maupun tidak bertindak terhadap banyak sekali situasi.

Motivasi sanggup dikelompokkan berdasarkan sumbernya.  Menurut Fouss dan Troppmann mengemukakan bahwa sumber motivasi berasal dari luar (ekstrinsik) dan dari dalam (intrinsik).  Motivasi ekstrinsik ialah dorongan dari luar diri individu sehingga seseorang ikut berpartisipasi.  Kuat lemahnya motivasi ekstrinsik tergantung pada besarnya nilai penguat dari waktu ke waktu, sedangkan motivasi intrinsik ialah dari dalam yang mengakibatkan seseorang ikut berpartisipasi.  Seseorang yang menentukan motivasi intrinsik akan lebih tekun, bekerja keras, teratur dan disiplin dalam menjalankan kiprah serta tidak menggantungkan dirinya pada orang lain.  Motivasi intrinsik bersifat khusus dan diartikan sebagai motif.

Motif merupakan faktor internal yang membangun, mengarahkan dan mengintegrasikan tingkah laris seseorang.  Pada diri tiap-tiap insan ada motif tertentu yang mendorong untuk melaksanakan suatu tindakan atau perbuatan. Motif didorong suatu kebutuhan dan keinginan memenuhinya. Perbedaan pengertian antara motif dan motivasi dikemukakan oleh Martens mengemukakan bahwa motif ialah sumber pendorong dan pelopor perbuatan manusia, sedangkan motivasi ialah proses aktualisasi dari sumber pelopor dan pendorong (motif) tersebut.

Mengamati kiprah dan kiprah serta pengertian motivasi di atas, maka tidak mengherankan bila seseorang pegawai juga didasari oleh beberapa motivasi tertentu.  Menurut Pate, McClenaghan dan Rotella, sebagian orang aktif mencari karier dalam pegawai lantaran kekuasaan yang dimiliki, sebagian lagi lantaran status, kesenangan membantu kebutuhan pegawai  menolong memperbaiki pegawai secara terus-menerus, prestise, ingin dikenal.

Di samping itu, Harsono mengemukakan bahwa motivasi seseorang menentukan karier sebagai pegawai lantaran ingin mengamalkan pengetahuan dan keterampilannya, bahagia menolong pegawai, memperoleh kepuasan, serta memperoleh status dan pengukuhan di masyarakat.  Apapun motivasinya seorang pegawai dihentikan memandang tugasnya sebagai kiprah yang ringan tetapi benar-benar menjadi pegawai yang baik. Jauh lebih luas dan lebih kompleks dari pada sekedar pegawai di kantor saja.

Selanjutnya,  Rushall dalam Pyke mengemukakan ciri-ciri umum yang sanggup dijadikan sumber motivasi pegawai antara lain: Prestasi yang telah dicapai, penghargaan yang diraih, tanggungjawab yang dibebankan,  promosi yang diharapkan, kemajuan yang dicapai serta pekerjaan yang sanggup dilakukan sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka motivasi kerja guru ialah keseluruhan daya pelopor atau tenaga pendorong yang menjadikan adanya keinginan untuk melaksanakan kegiatan atau acara dalam menjalankan kiprah sebagai guru yang dilaksanakan secara sistematis, berulang-ulang, kontinyu dan progresif untuk mencapai tujuan. Konstruk variabel ini yang dikembangkan memiliki indikator ialah dimensi instriksik dan ekstrinsik.  Indikator dari dimensi instrinsik ialah kesadaran, kebutuhan dan harapan.  Indikator dari dimensi ekstrinsik ialah pujian, eksekusi dan aturan.

Daftar Pustaka
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali,  1996), h. 73.
Robert M. W. Travers, Essentials of Learning The New Cognitive Learning for Students of Education (New York: Macmillan, Co., Inc., 1996), hh. 423-433.
Edward E. Lawler, Motivation in Work Organizations (San Francisco: Josse-Bass, 2004), h. 1.
S. S. Chauhan, Advanced Educational Psychology (New Delhi: Vikkas Publishing House, Ltd., 1998), h. 67.
Abraham H. Maslow, Motivation and Personality (New York: Parper and Row Publisher, 1990), h. 22.
Fouss dan Troppmann, op. cit., h. 190.
Rainer Martens,  Coaches Guide to Sport Psychology (New York: Human Kinetics  Publisher. Inc., 1992),  h. 18.
Peter JL. Thompson, Introduction to Coaching Theory  (England: International Amateur Athletic Federation, 2001), h. 7.
Donald E. Fouss dan Robert J. Troppmann, Effective Coaching: A Psychological Approach  (New York: John Wiley & Sons, 1991), h. 189.
[1] Robert  N. Singer, Motor Learning Human Performance (New York: Macmillan Publishing Co. In., 1995), h. 407.
Russel R. Pate, Bruce McClenaghan dan Robert Rotella, Dasar-dasar  Ilmiah Kepelatihan, terjemahan Kasiyo Dwi Jowinoto (Semarang: IKIP  Semarang Press,1993),  h. 23.
Harsono, Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching (Jakarta: Tambak Kusuma, 1998), h. 2.
Frank S. Pyke, Better Coaching Advanced Coach’s Manual (Australia:  Australian Sports Commission, 2001`), hh. 152-155.
Udai Parek, Perilaku Organisasi, terjemahan Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Management (Jakarta: Migas Surya dan Grafindo, 1984), h. 111.
Elton B. McNeil,  The Psychology of Being Human (San Francisco: Canfield Press, 1994), h. 192.
Walter  B. Kolesnik,  Motivation: Understanding and Influencing Human  Behavior  (Boston: Allyn and Bacon Inc., 1998), h. 146.
Frank G. Goble, Psikologi Humanistik, Terjemahan  A. Supratiknyo  (Yogyakarta: Kanisius, 1997), h. 70.
Paul Hersey & Kenneth H. Blanchard, Management of Organizational Behavior  (New Delhi: Prentice-Hall of India, Private Limited, 1998), h. 16.

Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi  (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995), h. 177.


= Baca Juga =




Sumber http://forumgurunusantara.blogspot.com


EmoticonEmoticon