Sabtu, 07 Juli 2018

Skripsi Efektivitas Sosialisasi Agenda Konversi Minyak Tanah Ke Lpg

(KODE ILMU-KOM-0029) : SKRIPSI EFEKTIVITAS SOSIALISASI PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG




BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Dalam menuntaskan persoalan yang terkait dengan kebijakan subsidi menjadi polemik di masyarakat, terkait dengan bagaimana perhitungan subsidi dilaksanakan, berapa besaran yang perlu ditetapkan, siapa yang menjadi sasaran subsidi tersebut, dan apakah subsidi akan benar-benar dinikmati oleh masyarakat yang menjadi sasaran sasaran. Hal ini akan menjadi rumit saat subsidi diterapkan pada komoditi yang vital bagi masyarakat ibarat minyak tanah. Perbedaan harga yang tajam antara minyak tanah yang bersubsidi dengan tidak bersubsidi sanggup menjadikan kerawanan penyimpangan yang berupa penyelewengan distribusi, penimbunan dan materi penyelundupan.
Penyuluhan atau sosialisasi merupakan jenis khusus pendidikan pemecahan persoalan (problem solving) yang berorientasi pada tindakan, yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melaksanakan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan aktivitas yang non-edukatif (Nasution, 1990:7).
Persoalan tersebut bertambah rumit saat minyak mentah dunia naik melambung tinggi dan kenaikan tersebut diperkirakan rata-rata diatas US$100 per barel. Kondisi ini terang berdampak besar terhadap beban subsidi yang khususnya subsidi BBM dan listik. Dilain pihak, Pemerintah dituntut untuk melaksanakan beberapa penghematan, namun harus menjaga momentum pertumbuhan supaya semua kegiatan ekonomi terselenggara dengan baik. Salah satu langkah yang dimungkinkan sanggup dilaksanakan Pemerintah untuk pengamanan APBN yaitu aktivitas hemat energi dan efisiensi di Pertamina dan PLN (Anggitto & Andie, 8 November 2007).
Berawal dari kondisi di atas, Pemerintah berusaha mengurangi subsidi yang tidak sanggup sasaran contohnya aktivitas konversi minyak tanah ke LPG, dengan membagikan paket LPG 3 kilogram beserta isi, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada masyarakat yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Adapun sasaran sasaranya yaitu rumah tangga dengan ketentuan yaitu ibu rumah tangga, pengguna minyak tanah murni, pengeluaran kurang dari 1,5 juta per bulan, dan penduduk legal setempat dan perjuangan mikro yaitu pengguna minyak tanah untuk materi bakar memasak dalam usahanya.
Program tersebut pertama kali dilaksanakan pada pertengahan tahun 2007 di tempat Jakarta Timur dan dilanjutkan dengan tempat lain di Pulau Jawa, Sumatera diperkirakan pada tahun 2008 ini gres sanggup dilaksanakan. Program tersebut mengalami beberapa tantangan dan kendala yang karenanya tidak sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Target dari enam juta tabung yang akan didistribusikan hanya terlaksana sebesar 3 .975.789 (6 6,26%) hingga selesai tahun 2007.
Sosailaisai yang yang merupakan senjata ampuh, namun dalam pelaksanaanya tidak efektif dan berjalan lambat. Disamping itu, resistensi masyarakat dengan penggalihan minyak tanah ke LPG ikut menyulitkan pelaksanaanya. Dalam beberapa kasus banyak masyarakat mendapatkan aktivitas tersebut ternyata bukan pengguna minyak tanah. Penentuan siapa yang berhak mendapatkan tabung dan kompor gas tidak melalui seleksi yang telah ditetapkan.
Hasil inovasi sementara memperlihatkan bahwa santunan tabung LPG 3 kilogram dan kompor tesebut diserahkan sepenuhnya oleh Ketua RT. Untuk mendistribusikan paket tersebut menurut instusi dan nepotisme.
Sosialisasi dilakukan kepada ibu-ibu rumah tangga yang merupakan sasaran aktivitas konversi minyak taban ke gas LPG. Ada pun sosialisai yang dilakukan oleh pihak Pertamina dengan mengunjuk konsultan setiap daerahnya. Di dalam sosialisasi ini dilakukan 3 (tiga) tahapan yaitu pertama tahap pencacahan, dimana konsultan mesurvei masyarakat yaitu ibu-ibu rumah tangga yang layak untuk mendapatkan kompor gas gratis dengan memenuhi prasyarat yang telah ditentukan oleh Pertamina. Tahapa satu ini dilakukan dengan cara door to door. Tahap kedua yaitu pemebelajaran, yaitu ibu-ibu rumah tangga dikumpulkan di suatu tempat contohnya kantor kelurahan untuk mendapatkan pembelajaran menegenai aktivitas tersebut baik itu laba memakai kompor gas dan cara-cara penggunaanya. Tahap pembelajaran ini dilakukan juga kepada ibu-ibu rumah tangga secara pribadi oleh konsultan yang telah di unjuk Pertamina. Konsultan dan petugas lingkungan berfungsi menawarkan sosialisasi yang mencakup cara penggunaan kompor gas LPG, kehematan yang diperoleh dengan mengunakan gas LPG dimana 1 liter minyak tanah sama dengan 0,57 kilogram energi gas LPG, penggunaan gas LPG akan lebih efisien, higienis dan masakan akan lebih cepat masak. Kemudian terakhir pada tahap ketiga yaitu pembagian kompor gas, tabung gas dan regulator. Pada tahap ini ibu-ibu rumah tangga mengambil seperangkat kompor gas gratis tersebut di setiap posko-posko yang telah ditentukan oleh pihak konsultan dan petugas lingkungan.
Setelah membagikan kompor gas gratis sosialisasi dilanjutkan dimana konsultan akan berada di wilayah tersebut kurang lebih 1 (satu) ahad untuk mendapatkan keluhan-keluhan masyarakat. Keluhan-keluhan tersebut sanggup berupa pemahaman akan cara-cara penggunaanya dan keluhan akan infrastruktur yang diberikan secara gratis tersebut.
Dengan adanya konversi minyak tanah ke LPG, terjadi penghematan 1 liter minyak tanah sama dengan 0,57 kilogram setara energi. dengan demikian besarnya rata-rata penghematan penggunaan energi Rp. 16,420 per bulan. Besarnya penghematan yang terjadi dengan adanya aktivitas tersebut subsidi APBN P 2007 yaitu Rp. 391 milyar. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penghematan yang dilakukan oleh Pertamina sebesar Rp.277 milyar. Dengan demikian, pelaksanaan aktivitas tersebut banyak mengalami hambatan, penggunaan LPG terang mengurangi subsidi BBM. Namun demikian, aktivitas ini tetap layak untuk dilanjutkan dengan memperbaiki sosialisasi dan penyiapan infrastruktur ibarat peralatan tabung, kompor gas serta akomodasi untuk membeli dan mengisi ulang gas yang telah habis terpakai.
Mengingat beban subsidi yang semakin berat sebagai akhir tingginya harga minyak internasional yang telah melampaui US$ 80 per barel, maka sudah sepatutnya aktivitas penghematan melalui pengalihan penggunaan minyak tanah ke LPG perlu dikembangkan ke daerah-daerah lain di Indonesia. Merubah kebiasaan memakai kompor minyak tanah semenjak turun temurun bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi hal ini menyangkut kebutuhan pokok. Kemudian membeli minyak tanah dengan sistem eceran 1 atau 2 liter minyak tanah juga menjadi kendala bagi rumah tangga untuk beralih ke LPG 3 kilogram. Namun, dengan perbaikan sosialisasi dengan melibatkan semua unsur masyarakat ibarat Pemda, Instansi Pemerintah, Wakil Rakyat dan LSM. Sosialisasi tersebut perlu disampaikan kepada masyarakat bahwa memakai gas LPG mempunyai kelebihan dibandingkan minyak tanah. Disamping itu, minyak tanah mempunyai porsi terbesar dibandingkan premium dan solar. Hasil survei BKF, Depkeu sangat besar dalam APBN. Oleh alasannya yaitu itu, subsidi yang tidak sempurna sasaran sanggup dialihkan kepada subsidi yang tidak sempurna sasaran sanggup dialihkan kepada subsidi yang lebih bermanfaat ibarat ketahanan pangan, pendidikan dan kesehatan.
Hal yang tidak kalah penting yaitu sosialisasi kepada biro dan pangkalan minyak tanah yang selama ini mengandalkan usahanya dari penjualan minyak tanah. Mereka perlu diberikan bimbingan bagaimana untuk beralih kepada penjualan LPG. Mengingat perjuangan tersebut juga menghidupi banyak orang, maka insentif sanggup diberikan kepada distributor, biro atau pengecer gas LPG yang telah beralih dari bisnis minyak tanah. Program konversi bukanlah milik Pertamina, namun aktivitas bersama yang bermanfaat bagi APBN dan pembangunan masyarakat.
Keberhasilan aktivitas pemerintah mengenai konversi minyak tanah ke LPG dilanjutkan ke banyak sekali tempat di Indonesia. Walaupun saat ada beberapa faktor-faktor lain yang menghambat pelaksanaanya aktivitas tersebut yaitu peraturan pelaksanaan yang terlambat, tidak tertampungnaya anggaran pengadaan sarana ibarat kompor dan tabung, serta proses lelang yang tidak sanggup memenuhi Keppes 80 tahun 2003. Selain itu faktor lain yaitu mengubah suatu kebudayaan dalam penggunaan minyak tanah ke budaya memakai gas LPG. Kebudayaan tersebut dimana saat memakai minyak tanah memakai pentilasi udara yang sedikit sedangkan memakai materi bakar LPG harus mempunyai pentilasi udara yang banyak.
Pertamina Pemasaran Region I merencanakan menjalankan aktivitas pemerintah, dalam upaya penghematan energi melalui konversi minyak tanah ke LPG tahun 2009. Direncanakan aktivitas ini akan dilaksanakan di 4 provinsi.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut perihal sejauh manakah efektifitas sosialisasi konversi minyak tanah ke LPG kepada masyarakat dalam rangka mengubah keputusan penggunaan materi bakar di Kecamatan X.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka sanggup dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
"Sejauh manakah efektivitas sosialisasi aktivitas konversi minyak tanah ke LPG kepada ibu-ibu rumah tangga dalam rangka mengubah keputusan penggunaan materi bakar di Kecamatan X?"

1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga sanggup mengaburkan penelitian, maka peneliti memutuskan batasan persoalan yang lebih terang dan spesifik mengenai hal-hal yang diteliti.
Adapun pembatasan persoalan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Penelitian bersifat korelasional yang menjelaskan hubungan antara efektivitas sosialisasi konversi minyak tanah ke LPG terhadap perubahan keputusan penggunaan materi bakar.
b. Objek penelitian yaitu ibu rumah tangga peserta konversi minyak tanah ke LPG di Kecamatan X.
c. Penelitian sosialisasi dilakukan pada tahap pemebelajaran dan penerimaan keluhan dari ibu-ibu rumah tangga.
d. Penelitian dilakukan pada bulan November 2009.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui proses sosialisasi konversi minyak tanah ke LPG yang dilakukan oleh Pertamina.
b. Untuk mengetahui penerimaan isu konversi minyak tanah ke gas di Kecamatan X.
c. Untuk mengetahui efek sosialisasi konversi minyak tanah ke LPG terhadap perubahan keputusan penggunaan materi bakar
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Secara teoritis, penelitian ini dibutuhkan sanggup menguji pelbagai teori yang dipakai untuk mengukur efektivitas sosialisasi.
b. Secara akademis, penelitian ini dibutuhkan sanggup memperkaya khasanah penelitian serta menambah materi rujukan dan sumber bacaan di lingkungan FISIP Universitas X.
c. Secara praktis, penelitian ini dibutuhkan sanggup memberi bantuan kepada Pertamina dan pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.
Sumber http://gudangmakalah.blogspot.com


EmoticonEmoticon