Kamis, 02 Agustus 2018

Pengertian, Klasifikasi, Dan Karakteristik Anak Tunagrahita

a. Pengertian Tentang Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita mempunyai kelemahan dalam berfikir dan bernalar. Akibatnya dari kelemahan tersebut anak tunagrahita mempunyai kemampuan mencar ilmu dan menyesuaikan diri sosial berada dibawah rata-rata. Hal ini menyerupai yang diungkapkan oleh Munzayanah (2000: 14), yaitu: Anak cacat mental atau anak tunagrahita anak yang mengalami gangguan dalam perkembangan daya pikir serta seluruh kepribadiannya sehingga mereka tidak bisa hidup dengan kekuatan sendiri didalam masyarakat meskipun dengan cara hidup yang sederhana.




Menurut A. Salim Choiri dan Ravik Karsidi (1999: 47), ”Anak tunagrahita yaitu anak dimana perkembangan mental tidak berlangsung secara normal, sehingga sebagai risikonya terdapat ketidak mampuan dalam bidang intelektual, kemauan, rasa, pembiasaan sosial dan sebagainya”. Menurut Tjutju Sutjiati Somantri (1995: 159) menyatakan bahwa ”Anak tunagrahita atau ndeso mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami kendala sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal”.

Sedangkan berdasarkan Mohammad Amin (1995: 116) yaitu sebagai berikut: ”Anak tunagrahita yaitu mereka yang kecerdasannya terang berada dibawah rata-rata. Disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit dan berbelit-belit. Mereka kurang atau ndeso atau tidak berhasil bukan sehari dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya, lebih-lebih dalam pelajaran seperti: mengarang, menyimpulkan isi bacaan, hal-hal yang menggunakan simbol-simbol, berhitung dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang atau terhambat dalam pembiasaan diri dengan lingkungannya”.

Tuna grahita sebagai kelainan (1) yang mencakup fungsi intelektual umum dibawah rata-rata yaitu IQ 84 kebawah yang berdasar tes individual (2) muncul sebelum 16 tahun dan (3) memperlihatkan kendala dalam sikap adaptif. Tahun1961 American Association On Mental Deficiency (ADMD). Tuna grahita yaitu (1) anak yang fungsi intelektualnya lamban yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes intelegensi buku (2) kekurangan dalam sikap adaptif dan (3) terjadi pada masa perkembangan yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun (Japan League for The Mentally Retarded, 1992: 22). Pendidikan Luar Biasa Umum berdasarkan Mulyono Abdurrachman (1994: 76), tuna grahita yaitu istilah yang dipakai untuk menyebutkan anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Kaprikornus dari beberapa pendapat diatas sanggup disimpulkan bahwa anak tunagrahita yaitu kondisi anak dimana perkembangan kecerdasannya mengalami kendala sehingga mempunyai ketidakmampuan dalam bidang intelektual, kemauan, rasa, pembiasaan diri dengan lingkungan, kurang cakap dalam berpikir dalam hal-hal yang absurd sehingga mereka tidak bisa hidup dengan kekuatan sendiri didalam masyarakat meskipun dengan cara yang sederhana.

b. Klasifikasi Tunagrahita
Anak Tunagrahita mempunyai beberapa klasifikasi. Klasifikasi anak tuna grahita berdasarkan Mulyono Abdurrahman (1994: 24) sebagai berikut:

1) Klasifikasi Medis-Biologis
Menurut pandangan medis tunagrahita dipandang suatu akhir dari beberapa penyakit atau kondisi yang tidak sempurna. Menurut Grosmman Ettel yang dikutip Mulyono Abdurrahman (1994: 24) mempunyai daftar Etiologis penyakit sebagai berikut :
a. Akibat infeksi/intixikasi
b. Akibat ruda paksa/sebab fisik lain
c. Akibat gangguan metabolisme
d. Akibat penyakit otak yang nyata
e. Akibat penyakit prenatal yang tidak diketahui
f. Akibat kelainan kromosom
g. Gangguan waktu kehamilan
h. Pengaruh lingkungan
i. Akibat kondisi lain yang tidak tergolongkan.

2) Klasifikasi Sosial-Psikologis
Klasifikasi Sosial-Psikologis menggunakan kriteria psikomotorik dan sikap adaptif. Menurut Grossman Ettel dikutip oleh Kirk dan Galagher (dalam Mulyono Abdurahman, 1994: 25) ada empat retardasi mental berdasarkan skala intelegensi Wechsler yaitu:
a. Retardasi mental ringan IQ 55-69
b. Retardasi mental sedang IQ 40-54
c. Retardasi mental berat IQ 25-39
d. Retardasi mental sangat berat IQ 24 kebawah

Taraf retardasi mental berdasarkan sikap juga terdiri dari empat macam :
a. Ringan
b. Sedang
c. Berat
d. Sangat Berat

2) Klasifikasi untuk keperluan pembelajaran
Menurut Grosmman Ettel yang dikutip Mulyono Abdurrahman (1994: 24), ada empat kelompok perbedaan untuk keperluan pembelajaran yaitu:
a. Taraf pembatasan atau lamban mencar ilmu (The borderline or they slow learner)
b. Tunagrahita bisa didik (Educable mentally retarded)
c. Tuna grahita bisa latih (Trainable mentally retarded) IQ 30-50
d. Tunagrahita bisa rawat (idependent or profoundly mental retarded) IQ 30 ke bawah.


c. Penyebab Tunagrahita
Penyebab tunagrahita berdasarkan Mulyono Abdurrahman (1994: 30). Ada beberapa faktor penyebab antara lain:
1) Genetik
2) Sebab-sebab pada masa prenatal
3) Sebab-sebab pada natal
4) Sebab-sebab pada masa posnatal
5) Sosiokultural

Faktor-faktor tersebut di atas sanggup dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor Genetik
Penentuan dibidang biokimia dan genetik telah memperlihatkan klarifikasi wacana tunagrahita. Penyebab tunagrahita lantaran biokimia atau biochemical disoders dan kecacatan kromosom atau chromosomal absurd malities .
a. Kerusakan Biokimia
Menurut Waiman dan Gerritsen yang dikutip oleh Krik dan Galagher (dalam Mulyono Abdurahman (1994: 31) pada ketika ini ada lebih 90 penyakit yang sanggup mengakibatkan kelainan metabolisme semenjak kelahiran, hal tersebut sanggup diturunkan secara genetika dalam arti penurunan sifat.
b. Abnormalitas Kromosomal (Chromosomal Abnormalities)
Paling umum diketemukan sindroma down atau sindroma mongol lejeune. Geuter dan Turpin 1959 menemukan pada anak sindroma down mempunyai 47 kromosom lantaran pasangan kromosom ke 21 terdiri dari tiga kromosom. Kelainan tersebut terletak pada kromosom nomer 3 pada pasangan ke 21.

2. Penyebab Tunagrahita pada masa prenatal
a. Infeksi Rubella (Cacar)
Misalnya retardasi mental, gangguan penglihatan, tuli, penyakit hati dan mikrosefalli.
b. Faktor Rhisus (Rh)
Rh positif bersatu dalam satu aliran darah, maka akan terbentuk aglutinin yang mengakibatkan sel darah menggumpal dan menghabiskan sel-sel yang tidak dewasa.

3. Penyebab pada masa natal
Yaitu pada ketika kelahiran sesak nafas, luka pada ketika kelahiran prematuritas. Kerusakan otak sesak nafas lantaran kekurangan oksigen.

4. Penyebab pada masa postnatal
Penyakit akhir nanah dan problem nutrisi. Penyakit enchephalitis dan meningitis. Enchephalitis suatu pandangan sistem saraf sentra yang disebabkan oleh virus tertentu.
Menginitis suatu kondisi yang berasal dari nanah basil yang mengakibatkan peradangan pada selaput otak dan sanggup mengakibatkan pada sitem saraf pusat.

5. Penyebab tunagrahita sosiokultural
Manusia bisa mengaktualisasikan sifat-sifat kemanusiaannya hanya kalau ia berada dalam lingkungan manusia. Lingkungan sosial, budaya mempengaruhi perkembangan intelektual.

d. Karakteristik tunagrahita
Anak tunagrahita mempunyai beberapa karakteristik dan mendapat pelayanan pendidikan yang bervariasi diubahsuaikan dengan karakteristik yang dimiliki siswa.Karakteristik anak tunagrahita berdasarkan Mohammad Amin (1995: 37), yaitu sebagai berikut :

1)       Karakteristik tunagrahita ringan
Anak tunagrahita ringan banyak yang lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan katanya, mengalami kesukaran berfikir absurd tetapi masih bisa mengikuti acara akademik dalam batas-batas tertentu. Pada umur 16 tahun gres mencapai umur kecerdasan yang sama dengan umur 12 tahun.
2)       Karakteristik anak tunagrahita sedang
Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaranpelajaran akademik, mereka umumnya dilatih untuk merawat diri dan aktifitas sehari-hari. Pada umur cukup umur gres mencapai tingkat kecerdasan yang sam dengan anak umur 7 tahun. ]

3)       Karakteristik anak tunagrahita berat dan sangat berat
Anak tunagrahita berat dan sangat berat sepanjang hidupnya selalu tergantung pada pertolongan dan proteksi orang lain. Mereka tidak sanggup memelihara diri, tidak sanggup membedakan bahaya, kurang sanggup bercakap-cakap, kecerdasannya hanya sanggup berkembang paling tinggi menyerupai anak normal yang berusia 3-4 tahun. Karakteristik anak tuna grahita berdasarkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam proyek sentra pengembangan guru tertulis tahun 1995- 1996, ada 7 karakteristik, yaitu :
1.       Penampilan fisik yang tidak seimbang (kepala terlalu kecil atau besar, tipe mongoloid)
2        Selalu mengeluarkan air liur dan tampak bengong
3.       Tidak sanggup mengurus diri sesuai dengan usia
4.       Perkembangan bicara atau bahasa terlambat
5.       Tidak ada atau kurang sekali perhatian terhadap lingkungan
6.       Koordinasi gerakan kurang, gerakan tidak terkendali
7.       Perkembangan fungsi penglihatan, kemampuan berfikir lambat

e. Permasalahan Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita mempunyai bebarapa masalah. Masalah yang ada pada anak tunagrahita mencakup problem pendidikan dan kehidupan sosial di dalam keluarga maupun di masyarakat. Permasalahan anak tuna grahita berdasarkan Moh. Amin (1995: 4) dengan keterbatasan yang ada dan daya kemampuan yang dimiliki anak tunagrahita memunculkan banyak sekali masalah. Kemungkinan-kemungkinan problem yang dihadapi anak tunagrahita dalam konteks pendidikan diantaranya yaitu sebagai berikut:
1) Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
2) Masalah kesulitan belajar
3) Masalah pembiasaan diri
4) Masalah penyaluran ketempat kerja
5) Masalah gangguan kepribadian dan emosi
6) Masalah pemanfaatan waktu luang.

Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari,masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri dalam kehidupan sehari-hari. Melihat kondisi keterbatasan bawah umur dalam kehidupan sehari-hari mereka banyak mengalami kesulitan, apalagi yang termasuk kategori berat dan sangat berat, kehidupan sehari-harinya selalu memerlukan bimbingan. Masalah-masalah yang sering ditemui yaitu cara makan, menggosok gigi, menggunakan baju, memekai sepatu dan lain sebagainya.

Masalah kesulitan belajar, sanggup disadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan berfikir mereka, tidak sanggup dipungkiri lagi bahwa mereka sudah tentu mengalami kesulitan belajar, yang niscaya dalam bidang pengajaran akademik. Sedangkan untuk bidang studi non akademik mereka tidak banyak mengalami kesulitan belajar. Masalah-masalah yang sering dirasakan dalam kaitannya dengan proses mencar ilmu mengajar diantaranya kesulitan menangkap pelajaran, kesulitan dalam mencar ilmu yang baik, mencari metode yang tepat, kemampuan berfikir absurd yang terbatas, daya ingat yang lemah dan sebagainya.

Masalah pembiasaan diri, problem ini berkaitan dengan masalahmasalah atau kesulitan dalam hubungannya dengan kelompok maupun individu disekitarnya. Disadari bahwa kemampuan pembiasaan diri dengan lingkungan sangat dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan, lantaran tingkat kecerdasan anak tunagrahita jelas-jelas berada dibwah rata-rata normal, maka dalam kehidupan bersosialisasi mengalami hambatan.

Masalah penyaluran ketempat kerja, problem ini secara empirik sanggup dilihat bahwa kehidupan anak tunagrahita cenderung banyak yang masih menggantungkan diri kepada orang lain terutama kepada keluarga (orang tua) dan masih sedikit sekali yang sudah sanggup hidup mandiri. Walaupun ada masih terbatas pada anak tunagrahita ringan. Dengan demikian perlu disadari betapa pentingnya problem penyaluran tenaga kerja tunagrahita ini dan untuk itu perlu dipkirkan matang-matang dan secara ideal sanggup diwujudkan dengan penanganan yang serius. Oleh lantaran itu perlu ada imbangan dari pihak sekolah untuk lebih banyak meningkatkan acara non-akademik baik itu kerajinan tangan , ketrampilan dan sebagainya. Yang semuanya itu dibutuhkan sanggup membekali mereka untuk terjun ke masyarakat.

Masalah gangguan kepribadian dan emosi, dalam memahami akan kondisi karakteristik mentalnya, nampak terang bahwa anak tuna grahita kurang mempunyai kemampuan berfikir, keseimbangan pribadinya kurang konstan atau labil, adakala stabil dan adakala kacau. Kondisi yang demikian itu sanggup dilihat dalam penampilan tingkah lakunya sehari-hari, contohnya : berdiam diri berjam-jam lamanya, gerakan yang hiperaktif, gampang murka dan gampang tersinggung, suka mengganggu orang laindisekitarnya (bahkan tindakan merusak atau destruktif).


Masalah pemanfaatan waktu luang yaitu masuk akal bagi anak tunagrahita dalam tingkah lakunya sering menampilkan tingkah laris nakal. Dengan kata lain bahwa anak ini berpotensi untuk mengganggu ketenangan lingkungan, apakah terhadap benda-benda atau insan sekitarnya. Sebenarnya sebagian dari mereka cenderung suka berdiam diri dan menjauhkan diri dari keramaian, sehingga hal ini sanggup berakibat fatal bagi dirinya lantaran sanggup saja terjadi tindakan bunuh diri. Untuk mengimbangi kondisi ini sangat perlu adanya imbangan acara dalam waktu luang, sehingga mereka sanggup terjauhkan dari kondisi yang berbahaya, dan tidak pula hingga mengganggu ketenangan masyarakat maupun keluarga sendiri.



= Baca Juga =




Sumber http://forumgurunusantara.blogspot.com


EmoticonEmoticon