Sabtu, 04 Agustus 2018

Ternyata Nenek Moyang Orang Batak Sudah Mengenal Ilmu Astrologi (Zodiak) Semenjak Dulu

Ternyata Nenek Moyang Orang Batak Sudah Mengenal Ilmu Astrologi  Ternyata Nenek Moyang Orang Batak Sudah Mengenal Ilmu Astrologi (Zodiak) Sejak Dulu
Zodiak versi batak ini mungkin memperlihatkan gosip kepada kita bahwa Ilmu Astrologi bukan hanya berasal dari Yunani atau China, ternyata nenek moyang orang batak juga sudah mengenal asumsi waktu dan rasi bintang semenjak dulu.

Tentang zodiak batak ini sudah usang di bicarakan pada dunia maya, baru-baru ini orang Batak telah mengetahui asumsi waktu dan rasi bintang, sebagaimana halnya dengan bangsa Yunani dan bangsa Cina. Kelahiran seseorang dikatakan ’Masiboan Porda na do tu langgu ni sasabi, masiboan bagianna do tu si ulu balang ari’. Inilah hasil penelusuran Dr.Sudung Parlindungan Lumbantobing soal astrologi di Tanah Batak.

Ditemui METRO di Kantor Radio Suara Anugerah [Rasurah] milik Pemkab Tapteng di Pandan, Dr.Sudung Parlindungan Lumbantobing tampak masih segar dan energik. Padahal, usianya sudah 70-an tahun. Bincang-bincang soal astrologi di Tanah Batak, mantan Kepala Stasiun RRI di banyak sekali kota ini mengatakan, dirinya tidaklah piawai. ”Saya hanya menelusuri dan mencoba menjelajahi pemikiran orang Batak dulu, khususnya para Datu bidang astrologi Batak di sepanjang Pantai Barat, Pantai Timur, serta pedalaman Tanah Batak,” katanya dengan nada merendah.

Dari hasil penelusuran tokoh yang sering menggunakan nama samaran Mamak Sulto ini, ada strata ilmuwan Batak. Stratifikasi intelektual atau tingkatan cendekiawan dalam susunan masyarakat Batak dahulu terdiri dari Guru, kemudian Datu, dan terakhir Ompung atau Ompu. ”Predikat Keguruan seseorang diperoleh dari pengamatan dan penelitiannya, kemudian mengajarkan kepada para Datu. Seorang Datu dipercaya sebagai insan yang sarat dengan pengalaman, perguruan, maupun ide yang diperoleh. Sedang Ompu diakui otoritas dan kebenaran kata-katanya, pengaruhnya terutama kepada keturunan dan generasi di belakangnya,” kata Dr.Sudung. Jumlah Guru lebih sedikit, sedang jumlah Datu lebih banyak.

Beberapa Guru yang terkenal masa ke-16 di kalangan orang Batak antara lain:

  • Guru Tinandangan, 
  • Guru Hatia Bulan, 
  • Guru Ramiti, 
  • Guru Mangaloksa, 
  • Guru Manomba Bisa, 
  • Guru Patimpus, 
  • Guru Sananga Diaji, 
  • Guru Humundul, 
  • Guru Tatea Bulan, 
  • Guru Somalaing, dan beberapa lagi.

Sedangkan para Datu terdapat pada setiap induk marga, di antaranya:
  • Datu Pulungan, 
  • Datu Dalu, 
  • Datu Parmanuk Holing, 
  • Datu Mallatang Malliting, 
  • Datu Boru Sibaso Bolon, 
  • Datu Horbo Marpaung, 
  • Datu Jolma So Begu, 
  • Datu Parpansa Ginjang, dan lainnya. 

”Ada juga Datu yang dibangkitkan menjadi Guru, sehingga memperoleh kedua predikat kebolehan itu,” kata Dr.Sudung yang juga mantan wartawan ini.

Semua sumber ilmu pengetahuan guru dalam buku [pustaha] berawal dari Mulajadi Nabolon, yang mereka tulis sendiri dan ditambah hasil inovasi dan pengalaman baru. Ilmu itu diajarkan terbatas kepada para muridnya, terutama pada Datu. Juga ditulis dalam Buku Pustaha masing-masing guru. Salahsatu buku penting menyangkut ’Tingki’ [waktu], yang disebut parhalaan. ”Hampir semua guru memilikinya, dan juga digunakan para Datu setiap kerajaan. Terakhir, banyak para guru menyalinnya dan diberikan kepada para ’Datu’ untuk digunakan,” terang Dr.Sudung.

Mencermati banyak sekali sumber terutama dari belahan buku Pustaha, goresan pena orang-orang Eropah/laporan mereka serta keterangan para orang tua, kesadaran orang Batak ihwal Tingki [masa atau waktu] sudah sangat tinggi. ”Tingki atau waktu dalam satu hari pada awalnya terdiri dari 5 fase,”jelas Dr.Sudung. Yakni Sogot, kemudian menjadi Pangului, selanjutnya Hos, kemudian Guling, dan terakhir Bot. Setelah disadari pembagian itu hanya terjadi di siang hari, maka guru lainnya mencatat waktu malam, yakni samon, sampinodom, tonga, tahuak manuk, dan terakhir torang. Begitulah sirkulasi seterusnya kembali sogot, pangului, hos, guling, bot, samon, Sampinodom, tonga, tahuak manuk, dan torang.

Terakhir para Guru dan Datu Jenius mengadakan pertemuan dan menyepakati, satu hari yaitu 24 jam. Dan untuk siang hari, pembagian waktunya yakni:
  • Binsar mataniari pukul 6, 
  • Pangului pukul 7, 
  • Tarbakta pukul 8, 
  • Tarbakta Raja pukul 9, 
  • Sagang pukul 10, 
  • Humara Hos pukul 11, 
  • Hos Ari pukul 12, 
  • Guling pukul 13, 
  • Guling pukul 14, 
  • Dua Gala pukul 15, 
  • Sagala pukul 16, dan 
  • Bot Ari pukul 17.

Kemudian untuk malam hari dibagi sebagai berikut,
  • Sundut Mataniari pukul 18, 
  • Samon pukul pukul 19, 
  • Hatiha Mangan pukul 20, 
  • Tungkap Hudon pukul 21, 
  • Sampinodom pukul 22, 
  • Sampinodom na bagas pukul 23, 
  • Tonga Borngin pukul 24, 
  • Haroro ni Panangko pukul 1, 
  • Tahuak Manuk Sahali pukul 2, 
  • Tahuak Manuk Paduahon pukul 3, 
  • Buha-buha Ijuk pukul 4, 
  • Torang Ari pukul 5.

”Dari pengamatan berikutnya, perbedaan antara hari demi hari disebut dalam istilah asumsi 1 minggu, sebagaimana terdapat pada kalender Julian,” kata Dr.Sudung. Orang Batak menyebut atau menamai nama-nama hari sebagai berikut:
  • Hari Minggu disebut Artia. 
  • Hari Senin dinamai Suma, 
  • Hari Selasa dinamai Anggara, 
  • Hari Rabu disebut Muda, 
  • Hari Kamis dinamai Boraspati, 
  • Hari Jumat disebut Singkora, dan 
  • Hari Sabtu disebut Samisara.

Uniknya, kata Dr.Sudung lagi, kalau bangsa-bangsa lain memberi nama hari untuk setiap ahad itu sama, maka orang Batak, dari pengamatan dan pengalamannya, hari demi hari dalam setiap ahad ada perubahan. Karena itu, meski dasar-dasar hari itu sama, namun pada ahad kedua, nama hari berubah. Misalnya, hari Minggu pada ahad kedua dinamai Artia ini Aek, Senin disebut Suma Mangodap, Selasa dinamai Anggara Sampulu, dan seterusnya.

Yang istimewa, para Guru Batak zaman dulu menyadari bahwa setiap tanggal 15 pertengahan bulan yaitu Bulan Purnama. Sehingga setiap hari tanggal pertengahan bulan tetap nama harinya, yakni dinamakan Tula. ”Mereka telah menyadari, bahwa rata-rata setiap bulan terdiri dari 4 minggu, dengan setiap hari diberi nama dengan 30 nama hari, dan ada 12 bulan dalam setahun. Mereka juga menyadari adanya tahun kabisat,” jelasnya.

Pengalaman mereka, dari 30 tahun ada 19 kali menggunakan Parhalaan dengan asumsi hari 354 hari dalam setahun, dan 11 kali dalam 30 tahun menggunakan hari 355. Sehingga dalam penggunaan Parhalaan, digunakan adanya bulan 13 untuk penetapan hari/bulan/tahun. Dengan Parhalaan 2 jenis, yaitu satu yang bulannya 12 satu tahun, dan satu lagi untuk tahun kabisat dengan asumsi bulan ke-13 dari 30 tahun itu. Sedang rata-rata seluruh bulan tetap dihitung 30 hari.

Perhitungan tahun Batak atau permulaan Tahun Batak dimulai ketika terbenamnya Bintang Orion di ufuk Barat, atau ketika terbitnya Bintang Scorpio [Hala] di langit sebelah Timur. ”Dengan demikian, tergambar kekerabatan Bulan-Bintang-Bumi, dan Matahari dengan insan yang menghuni bumi,” jelasnya.

Para Guru dan Datu Batak juga menyadari perubahan trend kemarau dan trend penghujan serta trend pancaroba [peralihan]. Itulah yang menjadi dasar dan fatwa untuk melaksanakan penanaman padi, penangkapan ikan, perburuan, maupun peperangan, serta efek terhadap kesehatan dan penyakit.

Menurut Suku Batak, kelahiran seseorang dikatakan dengan 'Masiboan Pordana do tu langgu ni sasabi, masiboan bagianna do tu si ulu balang ari'. Dalam Ilmu Astrologi manusia, orang Batak menyebutnya dengan istilah Parmesana 12, yang dibaca Parmesana-Sampulu Dua. Zodiak Batak ini mempunyai kemiripan tanggal dengan zodiak bangsa Yunani yang selama ini kita tahu. Misalnya kepiting dalam astrologi Yunani yaitu yang lahir tanggal 21 Juni-21 Juli. Sementara dalam Parmesana-12, makara [kepiting] yaitu orang yang lahir tanggal 19 Juli-20 Agustus.

Nenek moyang orang Batak semenjak zaman dahulu kala telah mempunyai zodiak manusia, yang disebut dengan istilah Parmesana-12 [baca: parmesana-sampulu dua]. Inilah hasil penelusuran Dr.Sudung Parlindungan Lumbantobing, dari sejumlah Datu bidang astrologi Batak di sepanjang Pantai Barat, Pantai Timur, serta pedalaman Tanah Batak.

Dalam astrologi Yunani yang banyak dianut dunia internasional, zodiak lebih dikenal nama-nama Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricoren, Aquarious, dan Pisces. Sedangkan di tanah Batak, zodiak atau Parmesana-12 dikenal dengan nama-nama:
  • Marhumba Periuk [simbol hudon], 
  • Mena [simbol ikan], 
  • Gorda [simbol kambing], 
  • Marsoba [kupu-kupu], 
  • Nituna [cacing], 
  • Makara [kepiting], 
  • Babiat [singa], 
  • Hania [elang], 
  • Tola [pohon], 
  • Martiha [batu], 
  • Dano [air], dan 
  • Harahata [kodok].

Zodiak Yunani dan Parmesana-12 ada kemiripan dalam tanggal, tapi tetap berbeda meski tipis. Misalnya kepiting dalam astrologi Yunani yaitu yang lahir tanggal 21 Juni-21 Juli. Sementara dalam Parmesana-12, makara [kepiting] yaitu orang yang lahir tanggal 19 Juli-20 Agustus.

”Waktu atau partingkian bagi insan yang kurang menyadari, terasa lama. Tetapi sehabis dilalui, terasa singkat ketika tiba-tiba menyadari bahwa pagi telah berganti siang, dan gelap mulai menjelang malam, dan yang terjadi yaitu penyesalan. Menyadari hal itulah, maka orang Batak tempo dulu pergi marguru atau mangalualu [bertanya] kepada Datu,” terang Dr.Sudung Parlindungan.

Oleh Datu, ditiliklah rasi bintang kelahiran seseorang dan diperkirakan dengan futurologi masa dulu, apa dan bagaimana dia, sesuai kemampuan terbatas sang Guru atau Datu meramalkannya. ”Benar tidaknya, terserah kepada masing-masing orang Batak tempo dulu itu,” kata Dr.Sudung.
Ternyata Nenek Moyang Orang Batak Sudah Mengenal Ilmu Astrologi  Ternyata Nenek Moyang Orang Batak Sudah Mengenal Ilmu Astrologi (Zodiak) Sejak Dulu
Parmesana-12 orang Batak mempunyai dasar asumsi dan simbol zodiak sebagai berikut:
1. Marhumba [9 Februari - 10 Maret]
Orang yang lahir dari tanggal 9 Februari hingga dengan 10 Maret dilambangkan dengan simbol hudon yang dalam bahasa zodiak disebut dengan Marhumba. Marhumba mempunyai sifat sosial, biasanya mereka simpel beradaptasi dengan orang banyak. Gampang bergaul lah istilahnya.

Mereka juga punya banyak ide. Tapi kekurangannya, orang Marhumba sering pelupa, makanya sering dianggap ingkar janji. Pekerjaan yang cocok untuk Marhumba yaitu guru, datu, dan tabib.
2. Mena [11 Maret - 12 April] 
Mena yaitu simbol bagi orang yang lahir dari tanggal 11 Maret hingga dengan 12 April. Zodiak berlambang ikan ini mempunyai sifat suka mengalah, lincah, suka bergaul, rukun, tapi pelit. Mena sangat mendewakan perdamaian dan tidak suka keributan. Pekerjaan yang cocok untuk Mena yaitu seniman dan sopir.
3. Gorda [13 April - 14 Mei]
Orang yang lahir pada tanggal 13 April hingga dengan 14 Mei mempunyai simbol Gorda atau Kambing. Gorda itu sedikit cengeng, tapi suka mencoba tantangan-tantangan baru. Gorda juga mempunyai wawasan yang luas. Nggak simpel mengalah juga merupakan salah satu sifat positif Gorda. Nggak heran, kalau jadi pemimpin, Gorda bisa sangat sukses. Pekerjaan yang cocok yaitu pegawai, guru, datu, pengembara, wartawan, tentara.
4. Marsoba [15 Mei - 16 Juni]
Marsoba dilambangkan untuk orang yang lahir dari tanggal 15 Mei hingga dengan 16 Juni. Sifat Marsoba ini sabar, telaten, tapi lelet banget. Tapi semoga pun lelet, Marsoba ini punya sec appeal yang tinggi, lho.

Dia pandai berhemat, tapi ya itu kalau sudah ada yang lagi diinginkan, simpel boros. Jeleknya Marsoba ini kalau sudah marah, bisa sangat frustasi, hancur, rapuh. Makanya jangan pernah mengecewakan Marsoba ya? Pekerjaan yang cocok yaitu seniman, perawat, juru runding, pemasaran dan pengusaha.
5. Nituna [17 Juni - 18 Juli]
Nituna dilambangkan untuk orang yang lahir hari tanggal 17 Juni hingga dengan 18 Juli. Nituna punya sifat plin plan, suka berubah-ubah pendiriannya. Kerennya, beliau selalu suka mencoba hal-hal baru, itu makanya beliau punya wawasan yang luas. Nituna bisa sukses kalau beliau menjadi polisi, planner, pelaut, atau volunteer.

6. Makara [19 Juli - 20 Agustus]
Orang yang lahir pada tanggal 19 Juli hingga dengan 20 Agustus bernaung dalam zodiak Mara yang dilambangkan dengan kepiting. Perasaan Makara halus, sukanya menyendiri. Kalau sudah sayang ya bisa jadi nggak rela untuk meninggalkan. Penyayang hewan juga, sih. Hidupnya sederhana banget, nggak suka foya-foya. Cocok banget deh kalau jadiin pacar! Pekerjaan yang cocok, pendeta atau ustaz, petani, pedagang, dokter, atau tentara.
7. Babiat [21 Agustus - 22 September]
Kalau di Yunani ada Leo, di Parmesana 12 ada Babiat yang sama-sama dilambangkan dengan Singa. Babiat yaitu zodiak bagi kau yang lahir dari tanggal 21 Agustus hingga 22 September. Seperti Leo, Babiat orang yang pemberani, jujur, dan suka berterus terang. Ini juga jadi alasan kenapa banyak orang yang suka sama Babiat. Jeleknya sih, Babiat orangnya temperamen, tapi simpel redanya kok. Pekerjaan yang cocok yaitu menjadi guru, datu, atlet bela diri, hingga tentara.
8. Hania [23 September - 24 Oktober]
Seperti burung, orang yang lahir pada tanggal 23 September hingga dengan 24 Oktober ini punya sifat yang baik dan suci. Hania bisa jadi sangat kritis. Kalau ada yang menarik perhatiannya, niscaya akan dikejar hingga beliau benar-benar mengerti. Organized banget deh.

Tapi sukanya di diam-diam doang, nggak begitu suka jadi sentra perhatian. Jangan pernah main-main sama Hania ya? Instingnya berpengaruh banget, lho! Cocok banget kalau kerja sebagai distributor, pedagang, atau bekerja di laut.
9. Tola [25 Oktober - 26 Nopember]
Orang yang lahir dari tanggal 25 Oktober hingga dengan 26 November disebut Tola yang dilambangkan dengan Pohon Tola simpel tersinggung alasannya yaitu perasaannya yang halus banget. Suka plin plan, usang banget kalau ngambil keputusan. Nggak simpel bergaul dan cenderung tertutup. Tapi suka banget bergaya modis. Cocok jadi guru, petani, dokter, atau pengusaha.
10. Martiha [27 November - 28 Desember]
Martina yaitu zodiak bagi orang yang lahir pada tanggal 27 November hingga dengan 28 Desember. Seperti batu, Martiha orang yang keras, punya semangat yang kuat. Tapi tidak mengecewakan tertutup. Ulet, tapi nggak begitu suka bercanda. Kaku. Cocok jadi peneliti.
11. Dano [29 Desember - 30 Januari]
Orang yang lahir di tanggal 29 desember hingga dengan 30 Januari disebut Dano yang dilambangkan dengan air. Dano ini tipe orang yang berani mengambil risiko, cerdas, rajin, dan teliti. Jiwa sosialnya tinggi, tapi kadang suka menyombongkan dirinya. Cocok jadi guru, dokter, pendeta atau ustaz.
12. Harahata [31 Januari - 8 Pebruari]
Harahata yaitu zodiak terakhir dari Parmesana 12. Orang yang lahir di tanggal 31 Januari hingga 8 Februari dilambangkan dengan simbol kodok. Takut mengerjakan sesuatu dan nggak simpel menyerah. Sikapnya positif tapi jeleknya, saking positifnya jadi simpel percaya omongan orang lain. Cocok kalau kerjanya sebagai penyanyi, sastrawan, penulis, wartawan, budayawan.

”Itu hanya citra dasar dari Parmesana-12. Masih ada beberapa ciri khas masing-masing, selengkapnya ada di buku yang sedang saya susun, berjudul ’Menelusuri Astrologi di Tanah Batak’, yang dibutuhkan sanggup segera dicetak,” kata Dr.Sudung.

Dalam menyidik futurologi seseorang, terang Dr.Sudung lagi, Guru dan datu biasanya menkrosceknya dengan panggorda na-pitu atau na walu. ”Datu atau Guru yang mempunyai bakat di bidang itu akan membicarakan nasib peruntungan seseorang menurut pembicaraan roh melalui mulutnya, ihwal hari baik, hari buruk, yang sebetulnya bisa diterjembahkan secara logika masa kini. Karena bisa dipelajari lewat pustaha,” katanya.

Maniti ari! Mungkin orang Batak pada umumnya pernah mendengar istilah itu. Maksud maniti ari yaitu mencari hari dan bulan baik. Biasanya dilakukan untuk mencari tanggal baik untuk menggelar pesta perkawinan atau pesta-pesta besar lainnya. Maniti ari itu istilah kini menyerupai prakiraan cuaca, tetapi ala kalender Batak.

Menilik kalender Batak sebelum tetapkan tanggal pesta, barangkali umum terjadi di sejumlah keluarga Batak yang masih memegang tradisi. Bagi keluarga yang tak paham cara ’melihat’ kalender Batak atau tak punya kalender Batak, boleh berkonsultasi pada ’orang pintar’ untuk memilihkan hari baik dan bulan baik.

Hasil penelusuran Dr.Sudung Parlindungan Lumbantobing dari sejumlah Datu bidang astrologi Batak di sepanjang Pantai Barat, Pantai Timur, serta pedalaman Tanah Batak, dalam maniti ari, umumnya suhut atau yang empunya hajat pestalah yang pertama menentukan bulan berapa rencananya pesta akan digelar. Nah, berikutnya Datu yang dimintai jasa akan me-recek tanggal dan bulan dimaksud dalam parhalaan [kalender Batak].

Ada sistem perhitungan yang dimiliki oleh si Datu. Dalam Kalender Batak, nama-nama hari berbeda untuk 30 hari, meski dengan nama dasar yang sama. Misalnya, hari kedua ahad pertama disebut suma, hari kedua ahad kedua disebut suma ni mangadop, hari kedua ahad ketiga disebut suma ni holom, dan hari kedua ahad keempat disebut suma ni mate.

Jumlah bulan ada 12, yakni;
  • Sipaha Sada [April], 
  • Sipaha Dua [Mei], 
  • Sipaha Tolu [Juni], 
  • Sipaha Opat [Juli], 
  • Sipaha Lima [Agustus], 
  • Sipaha Onom [September], 
  • Sipaha Pitu [Oktober], 
  • Sipaha Walu [Nopember], 
  • Sipaha Sia [Desember], 
  • Sipaha Sampulu [Januari], 
  • Li [Pebruari], dan 
  • Hurung [Maret].
Dalam mencari tanggal dan bulan yang baik, Datu biasanya memadukan Parmesana-12 [sudah dijelaskan di goresan pena sebelumnya], Panggorda na-pitu atau walu [elang, ular, burung pipit, embun, singa, borang-borang, anjing, dan air], dikroscek dengan parhalaan [kalender].

”Penggunaan Panggorda Vs Parmesana-12 tidak selamanya dilakukan, apabila Datu telah yakin pilihannya akan hari. Apabila tidak yakin, barulah dilakukan rechecking dengan panggorda. Bila Parmesana-12 menang, maka tetap dianggap hari baik,” terang Dr.Sudung.

Adapun para astrologi dan Datu Batak zaman dahulu menerjemahkan arti parhalaan sebagai berikut:
Pada hari atau ahad di mana terdapat tanda kepala dan jepitan kalajengking, mengambarkan kerugian mengadakan pesta besra. Demikian juga bila ada tanda perut ataupun ekornya. ”Dan bila ada bulatan berisi titik besar, sebaiknya dihindari sebagai hari menikahkan anak perempuan/laki-laki,” kata Dr.Sudung.

Tanda kali dan bulatan [XO] diartikan sebagai ketika yang baik untuk mendapatkan uang dan menagih uang dari orang lain. Tanda H atau tanda satu disebut ’Simonggalonggal’. Pada hari di mana tanda itu ada, disarankan menghindari memasuki rumah untuk rumah yang gres selesai dibangun, atau akan ditempati penghuni baru.

Tanda X [kali] diartikan untuk memancing ikan, atau kalau mengadakan pesta disebut sebagai waktu yang baik untuk menyajikan pangupaon dengan ihan. Adapun dua bulatan mengambarkan buah atau disebut Ari Parbuea, dipercaya sebagai ketika yang sempurna untuk bertanam atau mengadakan pesta perkawinan.

Tanda 10 [angka satu dan angka kosong], yaitu tanda alang kepalang atau hari tanggung. Maksudnya, pekerjaan yang dilakukan pada hari itu tidak tuntas. ”Jadi hindari untuk menyelenggarakan negosiasi komersil,” kata mantan staf hebat Menteri Penerangan lagi.

Tanda kail berdiri bermata dua dan juga tanda V terbalik biasanya yaitu hari yang dihindari untuk melaksanakan kegiatan, alasannya yaitu dipercaya membawa kerugian. Begitu juga dengan tanda hala [kalajengking] sungsang dengan simbol belahan kepala hala membarat [hala sungsang] juga disebut kurang baik.

Tanda atau lambang hala ke utara yaitu hari matahari mati. Partilaha, artinya sering terjadi kematian. Tanda getar bunyi yaitu juga hari yang dihindari, alasannya yaitu tanda itu berarti banyak suara-suara sumbang yang pro dan kontra dan oposan.

Tanda bulatan kecil disebut disebut ari na walu, hari ke delapan. Dipercaya, seorang suami akan kehilangan istri atau sebaliknya, bila mengadakan pesta pada hari yang ada tanda dimaksud.

Tanda XI [sebelas Romawi], disebut ’ari pangugeuge’, hari yang kurang baik berpesta, tetapi sangat baik untuk berburu babi hutan. Tanda kotak hitam yaitu hari netral, tergantung baik buruknya pada niat dan impian manusia.

Dr.Sudung lebih lanjut menjelaskan, tidak banyak perbedaan peramalan antara Datu di pedalaman dengan Datu di pesisir Pantai Barat dan Timur. Hanya saja, susunan dan penetapan tanda parhalaan dan perhitungan setiap 30 tahun [tahun-tahun kabisat], menggeser pemakaian parhalaan, menimbulkan perbedaan penggunaan simbol/lambang pada parhalaan 13 dan parhalaan 12 bulanan.

Orang-orang Batak yang tinggal di Pantai Barat dan di Pantai Timur, selain menggunakan kalender Batak, juga dikaitkan dengan perkembangan bintang di langit untuk melaksanakan pelayaran.

Setelah mengetahui zodiak versi batak ini, dan untuk beberapa zodiak ada yang tidak sama dengan zodiak yang sudah umum kita kenal. Menurut Anda bila ditinjau dari keterangan zodiak dan simbol zodiak, zodiak yang paling pas untuk Anda versi yang mana?. Apakah zodiak versi batak ini atau versi yunani?.

Lihat video kemampuan guru Humbang Hasundutan bernyanyi yang diatas rata-rata;
Ternyata Nenek Moyang Orang Batak Sudah Mengenal Ilmu Astrologi  Ternyata Nenek Moyang Orang Batak Sudah Mengenal Ilmu Astrologi (Zodiak) Sejak Dulu


Sumber http://www.defantri.com


EmoticonEmoticon