Rabu, 21 November 2018

Bimbingan Konseling - Karakteristik Bimbingan Dan Konseling Sd



Keunikan kepribadian seorang anak membuat kita sebagai orang cukup umur harus benar-benar paham akan bagaimana cara untuk memahami seorang anak. Setiap anak berbeda baik dari segi kemampuan sampai kelemahan yang dimilikinya dan hal itu merupakan potensi yang harus dikembangkan untuk menjadi bekal hidupnya kelak. Berhubungan dengan anak sebagai pribadi yang unik, maka setiap pribadi niscaya mempunyai masalah, tidak terkecuali seorang anak.  Masalah-masalah tersebut yaitu yang bekerjasama dengan aspek belajar, sosial, maupun dirinya sendiri, baik di lingkungan keluarga dimana ia tumbuh dan berkembang maupun di lingkungan sekolah yang merupakan instansi ke dua bagi anak untuk menghabiskan waktunya sehari-hari.

Anak sebagai peserta didik merupakan pribadi-pribadi yang unik, sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan mempunyai banyak sekali macam kebutuhan dan dinamika dalam interaksinya dengan lingkungan sekitar. Pada diri anak senantiasa terjadi adanya perubahan tingkah laris sebagai hasil belajar. Hal tersebut merupakan aspek-aspek psikologis dalam pendidikan yang bersumber dari dalam diri anak sehingga menuntut adanya pendekatan psikologis untuk memfasilitasi perkembangan anak  tersebut.

Oleh alasannya itu, bimbingan konseling mempunyai andil yang sangat besar dalam membantu setiap peserta didik supaya sanggup berdikari dan sanggup berkembang secara optimal, dan dalam hal permasalahan dalam mencar ilmu siswa, bimbingan konseling turut berperan dalam membantu proses dan pencapaian tujuan pendidikan. Namun, masih sangat dirasakan bahwa menunjukkan layanan bimbingan dan konseling untuk anak agak sulit. Disamping melihat dari segi kematangannya, konselor juga harus ingat bahwa anak mempunyai karakteristik khusus maka dalam pemberian layanan pun harus disesuaikan.

Bimbingan dan konseling kelompok, merupakan wahana efektif yang bisa menjadi pilihan konselor untuk memberi layanan bimbingan konseling pada anak. Anak-anak sering berinteraksi dengan lingkungan, dan belum dewasa juga biasanya menghabiskan banyak waktu dengan saling berinteraksi dalam kelompok, maka diharapkan pengaturan ideal untuk menempatkan bimbingan sebagai media informasi atau bisa juga pencegahan dan konseling sebagai kiprah kuratifnya supaya anak sanggup berinteraksi dengan baik . (Campbell, 1993; Gumaer, 1984)dan menyesuaikan diri dengan baik pula dalam rangka menguasai kiprah perkembangannya. Hal-Hal paling fundamental yang mendasari prinsip berhadapan dengan belum dewasa dalam kelompok yaitu pada lingkungan alami masa kanak-kanak dan penyesuaian terhadap karakteristik dan masalah anak.

Di SD dan Sekolah menengah (di mana kebanyakan belum dewasa usianya di bawah 14 tahun), bimbingan kelompok dipakai untuk membantu belum dewasa tidak hanya mempelajari keterampilan gres tetapi juga mempunyai kesadaran akan nilai-nilai, prioritas, dan masyarakat. Kelompok kecil memberi anak untuk " menyelidiki dan membahas lingkungan sosial dan tantangan emosional dengan orang lain yang sedang mengalami perasaan yang sama" (Campbell& Bowman, 1993, p. 1;3). Sebagai Contoh, konseling kelompok diberikan kepada belum dewasa yang mempunyai life-event khusus yang bekerjasama menyerupai kerugian dari orangtua tanggapan perceraian (Gwynn dan Brantley, 1987; Yaumann, 1991) atau tidak berhasil dalam nilai/kelas (Boutwell& Myrick, 1992). Konseling kelompok juga untuk belum dewasa yang mempunyai permasalahan sikap " menyerupai perkelahian yang berlebihan, ketidak-mampuan untuk bergaul akrab, ledakan yang kejam, kelelahan yang kronis, ketiadaan pengawasan di rumah, dan melalaikan penampilan" (Corey, 1990, p. 9).

Dalam pelaksanaannya bimbingan konseling kelompok anak memang memerlukan keterampilan khusus, namun, yang lebih sering dipakai dan terkenal yaitu memakai konseling bermain, brain gym, atau teknik exercise-exercise ringan. Movement exercise menjadi pilihan penulis untuk menunjukkan bimbingan dan konseling kelompok pada anak, mengingat karakteristik anak yang aktif dan banyak bergerak, maka movement exercise ini dimungkinkan supaya anak menikmati dan berperan aktif dalam proses bimbingan dan konseling kelompok ini.

Karakterisik Bimbingan Konseling Terhadap Anak SD

A.       Karakteristik Konseling :
1.      Konseling yaitu korelasi dalam suasana mencar ilmu mengajar
2.      Hubungan antara konselor dan konseli yaitu korelasi tatap muka
3.      Konseling dilaksanakan untuk mengatasi masalah
4.      Konseling bertujuan untuk mengenali diri sendiri, mendapatkan diri secara realistis, dan menyebarkan tujuan, sanggup tetapkan plihan, dan menyusun rencana yang lebih bjaksana sehingga sanggup berkembang secara konstruktif dilingkungannnya.
5.      Konseling memberi tunjangan kepada individu untuk menyebarkan pengetahuan, kesehatan mental, serta perubahan sikap dan prilaku.

B.        Karakteristik Bimbingan di Sekolah Dasar

Pemerintah secara formal telah menunjukkan dasar contoh pelaksanaan bimbingan dan konselilng di sekolah dasar dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990, sbagai kelanjutan dan penyempurnaan aturan-aturan yang sebelumnya , sepeti kurikulum 1975 buku IIIC dan Pedoman Pelaksaan Bimbingan di SD Tahun 1987. Hal ini dilakukan alasannya pelaksaan bimbingan disekolah dasar pada kenyataannya berbeda dengan pelaksaan pada sekolah menengah,baik SLTP maupun SMU terutama yang berkaitan dengan fingsi guru sebagai pembimbing.

Beberapa factor penting yang membedakan bimbingan konseling disekolah dasar dengan skolah menengah, dikemukakan oleh Dinkmeyer dan Caldwell (Suherman AS, 200:21-23) yaitu :
1)      Bimbingan di sekolah dasar lebih menekankan akan peranan guru dalam fungsi bimbingan;
2)      Fokus bimbingan di sekolah dasar lebih menekan pada pengembangan pemahaman diri, pemecahan masalah, dankemampuan korelasi secara efektif dengan orang lain;
3)      Bimbingandi sekolahdasar lebih banyak melibatkan orang renta murid, mengingat pentingnya efek orang renta dalam kehidupan anak selama di sekolahdasar;
4)      Bimbingan di sekolah dasar hendaknya memahami kehidupan anak secara unik;
5)      Program Bimbingan di sekolah dasar hendaknya peduli pada kabutuhan dasar anak, menyerupai kebutuhan untuk matang dalam pemahaman dan penerimaan diri, serta mendapatkan kelebihan dan kekurangannya.

Program bimbingan di sekolah dasar meyakini bahwa usia sekolah dasar merupakan tahapan yang sangat penting  dalam tahapan perkembangan anak.

Melihat karakteristik bimbingan konseling di sekolah dasar muncul sebagai konsekuensi logis dari karakteristik dan masalah perkembangan murid sekolah dasar itu sendiri. Karena itu, memahami karakteristik di sekolah dasar itu sendiri. Karena itu, memahami karakteristik murid sekolah dasar merupakan hal yang sangat penting dalam menyebarkan dan meningkatkan kualitas dan layanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Begitu pula sentral layanan bimbingan dan konseling akan terpusat pada pemberdayaan kualitas fungsi guru sebagai pembimbingnya.

C.       Karakteristik Anak Berbakat

Sebagai makhluk social, anak berbakat mengalami pertunbuhan dan perkembangan yang sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat, pemikiran , sikap dan aktivitas. Ditinjau dari segi budaya anak berbakat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi tingkat kebudayaan yang mereka dalam  memperoleh pengalaman budaya.

Untuk mengenali karakteristik anak berbakat sanggup dilihat dari beberapa segi, diantaranya :
1)      Potensi
2)      Cara mengahadapi masalah
3)      Prestasi

Selain karakteristik anak berbakat juga sanggup dilihat dari tanda-tanda umum dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Anak berbakat cenderung mempunyai talenta istimewa yang sering kali mempunyai tahap perkembangan yang tidak serentak, alasannya ia sanggup hidup dalam banyak sekali usia perkembangan, contohnya anak usia 4 tahun sanggup bemain dengan anak seusianya tetapi dalam kegiatan akademis menyerupai anak usia yang jauh dari usia sebenarnya. Mengapa hal ini terjadi?, hal ini terjadi alasannya anak berbakat cenderung mempuyai cara pemikiran yang berbeda dari teman-teman seusianya.

D.       Kerja Kelompok Dengan Sasaran Anak-Anak

Penanganan kelompok anak memerlukan pengetahuan khusus perihal perkembangan insan khususnya anak dan teori kelompok (dinamika kelompok dan proses kelompok). Pemimpin kelompok dituntut bisa menyesuaikan diri dengan tingkatan social, emosional, fisikal dan intelektual anak serta mempunyai kemampuan memakai teknik mulut maupun non verbal.

Kelompok anak berfungsi mempromosikan kesiapan dan kemampuan anak untuk belajar, keterampilan – keterampilan khusus/ baru, keterampilan hidup dan mengoreksi kondisi-kondisi yang tidak sehat, pengembangan sumber data atau  potensi anak, mengembangaan kesadaran akan nilai, prioritas dan lingkungan ; mengeksplorasi dan menghadapi  tantangan sosial dan emosional serta memperoleh pengalaman mengelola perasaan, tunjangan terhadap permasalahan perilaku, kehidupan yang sehat serta pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Kelompok anak disebut sebagai bimbingan kelompok atau pendidikan-psikologis, konseling dan psikoterapi kelompok. Kelompok anak dilakukan dalam adegan sekolah dan di luar sekolah.

Tipe kelompok anak tergantung pada faktor perkembangan dan bukan perkembangan (Yussi,2003). Kelompok anak dibedakan atas tiga tipe. Pertama, kelompok yang dibentuk khusus untuk  pemberian informasi. Pemimpin kelompok berfungsi sebagi  guru dan bekerja sama secara pribadi dengan guru . Tipe ini efektif untuk membantu anak mempelajari sikap yang tidak sempurna , mempelajari cara gres yang lebih gampang untuk berinteraksi dan memperoleh timbal balik yang kondusif serta situasi praktis. Teknik yang dipakai yaitu diskusi dan bermain peran. Tipe ini lebih bersifat bimbingan kelompok dan pendidikan – psikologis.

Tipe kelompok yang kedua yaitu kelompok yang dibentuk dalam rangka peningkatan keterampilan dan kesadaran dalam lingkup personal dan interpersonal termasuk didalamnya nilai, sikap, keyakinan, kematangan social dan perkembangan karir. Tipe ini bersifat remediatif yang bekerjasama dengan konsep diri, keterampilan komunikasi, korelasi interpersonal, pemecahan masalah, keterampilan akademik, keterampilan komunikasi dan pengembangan nilai. Tipe ini bersifat konseling kelompok dan psikoterapi. Tipe yang ketiga merupakan aktifitas campuran dua tipe sebelumnya, yakni dengan perhatian terhadap banyak dimensi spesifik.

Tahapan bimbingan kelompok dilakukan dengan kependekan SIPA yaitu structuring (S), yakni konselor menjelaskan panduan kegiatan ; involvement (I), yakni anggota kelompok aktif berpartisipasi; processing (P), yakni banyak sekali ilham serta awareness (A), yaitu mengkonsolidasikan apa yang telah dipelajari.

Kegiatan bimbingan dan konseling berfungsi mempromosikan pemahaman diri dan orang lain. Program bimbingan di dalam kelas disebut acara DUSO-R (Developing understanding of self and other-revised. Teknik dalam bimbingan dan pendidikan-psikologis kelompok harus bervariasi dengan memperhatikan penggunaan fantasi, berfokus pada sikap yang harus dikembangakan/ ditingkatkan, membuat pandangan positif perihal diri serta bekerja dengan visualisasi.

Konseling kelompok dalam adegan sekolah secara esensial berfugsi menumbuhkan kesehatan mental. Konseling kelompok membantu anak mencar ilmu perihal diri dan orang lain dalam interaksi yang terstruktur. Tiga pendekatan dalam konseling kelompok sanggup dibedakan, yaitu: Pendekatan kelompok pusat krisis, yaitu kelompok dengan konflik diantara anggota kelompok; dalam hal ini individu ditantang untuk memahami situasi dan berpikir perihal solusi yang mungkin dilakukan.

Pendekatan yang kedua yaitu pendekatan kelompok pusat permasalahan, yaitu sebuah kelompok kecil yang memusatkan perhatian pada satu permasalahan. Teknik bermain kiprah dipakai pada tahapan ini. Kelompok yang sama yaitu kelompok persahabatan dengan focus sikap menyimpang, kekurangan keterampilan social dan penampilan persahabatan yang praktis.

Pendekatan yang ketiga yaitu kelompok pusat pertumbuhan yang berfokus pada perkembangan social dan pribadi siswa. Kelompok bertujuan untuk mengeksplorasi perasaan, perhatian dan sikap setiap hari.

E.        Konseling Untuk Perubahan Tingkah Laku

Seorang klien yang tiba dengan kondisi psikologis tidak stabil, cenderung bersifat destruktif. Kondisi psikologis yang jelek menimbulkan cara berpikirnya pun irasional. Selanjutnya, manifestasi dari pikiran irasional menimbulkan tingkah laris yang irasional pula. Maka, di sinilah seorang konselor berperan mengubah tingkah laris irasional menjadi rasional kembali.

Perubahan tingkah laris merupakan proses yang aktif dan bereaksi dalam semua situasi yang ada pada klien. Itu berarti bahwa proses perubahan tingkah laris diarahkan pada tujuan dan proses berbuat melalui situasi yang ada pada klien. Ada beberapa teori perubahan tingkah laris menurut pada aliran psikologi yang melandasinya, menyerupai berikut ini :

1.      Teori Perubahan Tingkah Laku Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan dalam memahami sikap individu. Behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam belajar. Teori perubahan tingkah laris behaviorisme ini merupakan proses perubahan tingkah laris sebagai tanggapan dari adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menimbulkan klien mempunyai pengalaman baru.

2.      Teori Perubahan Tingkah Laku Kognitif
Menurut Piaget, perubahan tingkah laris akan lebih berhasil apabila diadaptasi dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Konselor hendaknya banyak menunjukkan rangsangan kepada peserta didik supaya berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, serta mencari dan menemukan banyak sekali hal dari lingkungan.

3.      Teori Perubahan Tingkah Laku Gestalt
Transfer dalam perubahan tingkah laris yaitu pemindahan pola-pola sikap dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer perubahan tingkah laris terjadi dengan jalan melepaskan pengertian objek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat. Konselor hendaknya sanggup membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

4.      Teori Perubahan Tingkah Laku Konstruktivisme
Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, tanda-tanda baru, dan dilema yang harus ditanggapinya secara kognitif (mental). Untuk itulah insan harus menyebarkan bagan pikiran yang lebih umum atau rinci. Proses perkembangan tersebut mencakup beberapa hal berikut :
a.       Skema, yakni struktur kognitif yang dengannya seseorang menyesuaikan diri dan terus mengalami perkembangan mental dalam berinteraksi dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori untuk mengidentifikasi rangsangan yang akan tiba dan terus berkembang.
b.      Asimilasi, yakni proses kognitif dalam bentuk perubahan bagan yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.
c.       Akomodasi, yaitu proses pembentukan skema, atau alasannya konsep awal sudah tidak cocok lagi.
d.      Equilibrium, yaitu keseimbangan antara asimilasi dan fasilitas sehingga seseorang sanggup menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skema). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.

F.     Hubungan Konseling

Hubungan dalam konseling bukan korelasi biasa, melainkan sengaja diciptakan oleh konselor dengan maksud membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien. Hubungan yang bersifat membantu ini akan berhasil dengan baik apabila klien percaya sepenuh hati kepada konselor bahwa konselor yaitu orang yang sempurna bisa mengatasi masalahnya. Tanpa adanya kepercayaan dari klien terhadap konselor, jangan diharap adanya keterbukaan dari klien perihal permasalahannya kepada konselor.

Untuk membuat korelasi yang baik, seorang konselor perlu mempunyai pengetahuan dan keterampilan berkomunikasi yang baik. Ada beberapa keterampilan komunikasi yang mungkin bisa dikembangkan oleh seorang konselor, di antaranya yaitu sebagai berikut :
1.      Rapport, yaitu korelasi baik yang perlu diciptakan oleh konselor dalam keseluruhan proses konseling. Konselor perlu menjelaskan tujuan dan rambu-rambu konseling yang perlu disepakati bersama klien. Konselor perlu memahami impian klien dalam konseling, dan sebaliknya klien juga perlu memahami impian konselornya.

2.      Empati, konselor harus membuat kebersamaan dengan klien, berjalan bersama-sama, mengikutinya, mengarahkan, dan membimbingnya dalam menghadapi masalah. Konselor juga wajib bersifat hangat, terbuka, bersahabat, peduli dan jujur, serta objektif dalam memandang permasalahan klien.

3.      Acceptance, konselor senantiasa mendapatkan dan menghargai klien apa adanya dan tanpa syarat. Konselor mempunyai pandangan positif perihal klien bukan berarti bahwa konselor baiklah dan mendapatkan begitu saja nilai-nilai dan pandangan hidup klien. Tetapi, yang utama yaitu kemampuan konselor mendapatkan klien apa adanya, menghargainya sebagai pribadi, tidak menghakimi perilakunya, dan tidak mencoba mempengaruhi klien dengan pandangan dan nilai-nilai hidup konselor.

4.      Congruence, konselor harus bisa menjadi dirinya sendiri seutuhnya, mempunyai harmoni dalam keseluruhan aspek hidupnya, menyadari keterbatasan diri, tidak berpura-pura dalam bersikap, dan tidak mencoba menutupi kenyataan perihal dirinya. Bersikap jujur terhadap diri sendiri dan klien, serta konsisten antara kata dan perbuatan.

Konselor diharapkan pula sanggup memiliki sense of humor, self discipline, self responsibility, danpositive self concept. Selain itu, konselor harus mempunyai pengetahuan, wawasan, dan pemahaman perihal karakteristik perkembangan manusia, berpikir dan bersikap kreatif, dan bersikap aktif dalam menyebarkan komunikasi.

G.       Konseling Sebagai Bantuan

Tidak ada seorang insan pun yang tidak membutuhkan tunjangan dari orang lain. Menurut Lewis, alasan-alasan pokok seorang selalu membutuhkan konseling, yaitu :
1)      Seseorang mengalami semacam ketidakpuasan pribadi, dan tidak bisa mengatasi atau mengurangi ketidakpuasan tersebut.
2)      Seseorang memasuki dunia konseling dengan kecemasan, cemas memandang proses konseling itu bergotong-royong menyerupai apa, bagaimana, dan macam-macam dugaan.
3)      Seseorang yang membutuhkan konseling itu bergotong-royong tidak mempunyai citra yang terperinci perihal sesuatu yang mungkin terjadi.

Konseling sebagai sebuah proses pemberian tunjangan kepada individu dilaksanakan melalui banyak sekali macam layanan. Tujuannya yaitu tetap menunjukkan konseling dengan cara-cara yang lebih menarik, interaktif, dan tidak terbatas oleh tempat, tetapi juga tetap memperhatikan asas-asas dan aba-aba etik dalam bimbingan dan konseling. Konseling mengandung makna proses antar pribadi yang berlangsung melalui akses komunikasi mulut dan non-verbal.

Konseling berbeda dengan bimbingan, namun mempunyai tingkat kesesuaian yang tercakup dalam bimbingan konseling. Bimbingan yaitu korelasi yang bertujuan menolong individu dari ketidakpahaman dan ketidaktahuannya dalam menghadapi sebuah permasalahan. Sedangkan konseling bertujuan menuntaskan permasalahan setuntas-tuntasnya, supaya individu mendapatkan informasi dan orientasi dari langkah yang akan dilakukan dalam menghadapi permasalahannya baik itu masalah pribadi, sosial, pekerjaan, pendidikan, karier, dan masih banyak lagi lainnya. Kesamaannya terletak pada tujuan untuk semakin menyebarkan individu tersebut dalam setiap aspek-aspek kehidupannya.

Pelayanan BK di sekolah lebih menekankan pada cinta kasih, dengan cinta kasih, seorang konselor lebih tenggang rasa kepada kliennya. Relasi menjadi lebih baik, hangat, penuh penerimaan antara konselor dengan klien sehingga peserta didik gampang untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan sekolahnya. Memang, nilai BK tidak dicantumkan dalam rapor, tetapi hasil dari proses pelayanan BK di sekolah sanggup dilihat pada perubahan diri seseorang, baik sikap, perilaku, pikiran, dan perasaannya yang menjadi lebih baik.


REFERENSI :
1.      Ahman. (1998). Bimbingan Perkembangan Model Bimbingan di SD. Bandung : Disertasi PPS IKIP
2.      Bandung Depdikbud. (1994/1995). Petunjuk Bimbingan dan Penyulihan di SD. Jakarta : Dirjen Dikdasmen
3.      Juntina Nurihsan. (2005). Manajemen Bimbingan dan Koseling di SMA. Jakarta : Gramedia Sunaryo,
4.      Kartadinata. (1998/1999). Bimbingan di SD. Jakarta : DirjenDikti.
5.      BBM 1 Hakikat  Bimbingan konseling di SD
6.      BBM 2 Teknik Memahami Perlembangan Murid
7.      Nurihsan Juntika (2002). Pengantar BK Nas. Semarang Aneka Islam Bandung :
8.      Refika Utama Nurihsan Juntika dan Akun Indianto (2005). Manajemen BK di SD Kurikulum 2004. Jakarta :
9.      Gramedia Sumarno, H 7 Agung Hartono B (1994) Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas.


Sumber Lain :
giletules.blogspot.com/search?q=program-bimbingan-dan-konseling-untuk
giletules.blogspot.com/search?q=program-bimbingan-dan-konseling-untuk




Sumber http://ekonominator.blogspot.com


EmoticonEmoticon