Rabu, 19 Desember 2018

Induksi Versus Deduksi

Ucok: Mama, saya ingin punya sepeda !

(Sebelum ucok sempat menandakan apa-apa, mamanya terkejut)
Mama: “Untuk apa beli sepeda? Kamu belum memerlukannya. Kan, masih banyak yang harus dibeli, lebih baik beli buku saja.”

Kasus kedua.
Ucok: “Mama, Ucok setiap pulang sekolah selalu jalan kaki, Ucok lelah sekali sehingga untuk mencar ilmu di rumah sepulang sekolah jadi susah Ma.., boleh tidak Ucok dibelikan sepeda supaya ucok bisa lebih cepat pulang dan tidak kelelahan? Boleh ya Ma?”

Mama: 😊

Dari kedua masalah diatas, ada perbedaan cara meminta yang dilakukan Ucok.

Pada kasus pertama, itulah yang disebut dengan pendekatan deduksi, kita akan diberitahu lawan bicara kita wacana apa yang kita inginkan dari mereka secara langsung. Mengarahkan, meminta atau memaksa secara pribadi sebelum menawarkan klarifikasi kepada lawan bicara kita. Pendekatan ini bisa saya sederhanakan sebagai: meminta/ memerintah gres memberi alasan mengapa mereka harus melaksanakan hal itu.

Pada kasus kedua, tanggapan Mama sengaja dikosongkan dan diserahkan kepada pembaca seandainya Anda berada di posisi Mama Ucok. Pada masalah kedua ini disebut pendekatan dengan Induksi, kita menawarkan alasan terlebih dahulu sebelum meminta sesuatu dari lawan bicara kita. Lawan bicara mendengarkan klarifikasi terlebih dahulu yang dibentuk sedemikian rupa supaya ia mempercayai poin selesai pembicaraan. Dengan demikian, lawan bicara kita tidak bisa pribadi menolak.

Namun, ibarat seni-seni lainnya, cara ini begitu fleksibelnya sehingga Anda harus bisa melihat lawan bicara Anda sebelum sanggup menentukan metode pendekatan mana yang sempurna untuk digunakan.

Video pilihan khusus untuk Anda 😊 Matematika Dapat Mempengaruhi Karakter Kita;
 Kemampuan Untuk Menjadi Pendengar Yang Baik Induksi Versus Deduksi


Sumber http://www.defantri.com


EmoticonEmoticon