Sosiologi Pendidikan - Artikel ini menjelasakn secara lengkap mulai dari definisi berdasarkan para ahli, sejarah, hingga dengan tujuan dari sosiologi pendidikan. Sebagaimana yang kita ketahui begitu pentingnya pendidikan dalam kehidupan ini.
Dunia pendidikan yaitu sumber ilmu pengetahuan yang menjadi tolak ukur untuk masa depan. Sehingga pemahaman perihal sosiologi pendidikan harus benar.
Silahkan dibaca dengan secama goresan pena dibawah ini semoga bisa mendapat pemahaman yang benar perihal sosiologi pendidikan.
Definisi Sosiologi pendidikan secara umum
Ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.
Definisi Sosiologi pendidikan berdasarkan F.G. Robbins
Sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan kekerabatan kesemuanya dengantata sosial masyarakat.
Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian,dan kekerabatan kesemuanya dengan proses pendidikan.
Definisi Sosiologi pendidikan berdasarkan H.P. Fairchild
sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
Definisi Sosiologi pendidikan berdasarkan Prof. DR S. Nasution,M.A.
Ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk berbagi kepribadian individu semoga lebih baik
Definisi Sosiologi pendidikan berdasarkan Drs. Ary H. Gunawan
Ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
Manusia yaitu makhluk sosial, yang selalu berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain.
Kajian sosiologi pendidikan menekankan implikasi dan akhir sosial dari pendidikan dan memandang masalah-masalah pendidikan dari sudut totalitas lingkup sosial kebudayaan, politik dan ekonomisnya bagi masyarakat.
Apabila psikologi pendidikan memandang tanda-tanda pendidikan dari konteks sikap dan perkembangan pribadi, maka sosiologi pendidikan memandang tanda-tanda pendidikan sebagai kepingan dari struktur sosial masyarakat.
Dilihat dari objek penyelidikannya sosiologi pendidikan yaitu kepingan dari ilmu sosial terutama sosiologi dan ilmu pendidikan yang secara umum juga merupakan kepingan dari kelompok ilmu sosial.
Sedangkan yang termasuk dalam lingkup ilmu sosial antara lain: ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu pendidikan, psikologi, antropologi dan sosiologi. Dari sini terlihat terperinci kedudukan sosiologi dan ilmu pendidikan.
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan telah mempunyai lapangan penyelidikan, sudut pandang, metode dan susunan pengetahuan yang jelas. Objek penelitiannya yaitu tingkah laris insan dan kelompok.
Sudut pandangnya memandang hakikat masyarakat, kebudayaan dan individu secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuannya terdiri dari atas konsep-konsep dan prinsip-prinsip mengenai kehidupan kelompok sosial, kebudayaan dan perkembangan pribadi.
Dengan segala keunikan yang dimiliki oleh sosiologi pendidikan, kali ini kami selaku pemakalah akan membahas pengertian, ruang lingkup, sejarah, dan tujuan dan kegunaan sosiologi pendidikan.
Sejarah Sosiologi Pendidikan
Sejak insan dilahirkan di dunia ini, secara sadar maupun tidak, bekerjsama ia telah berguru dan berkenalan dengan hubungan-hubungan social yaitu kekerabatan antara insan dalam masyarakat.
Hubungan sosial dimulai dari kekerabatan antara anak dengan orang renta kemudian meluas hingga ketetangga.
Dalam kekerabatan sosial tersebut terjadilah proses pengenalan dan proses pengenalan tersebut meliputi banyak sekali budaya, nilai, norma dan tanggung jawab manusia, sehingga sanggup tercipta corak kehidupan masyarakat yang berbeda-beda dengan dilema yang berbeda pula.
Sosiologi ini dicetuskan oleh Aguste Comte maka dari itu beliau dikenal sebagai bapak sosiologi, ia lahir di Montpellier tahun 1798.
Dia merupakan seorang penulis kebanyakan konsep, prinsip dan metode yang kini digunakan dalam sosiologi berasal dari Comte.
Comte membagikan sosiologi atas statika social dan dinamika social dan sosiologi mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1. Bersifat empiris yaitu didsarkan pada observasi dan logika sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulatif.
2. Bersifat teoritis yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dan hasil observasi.
3. Bersifat kumulatif yaitu teori-teori sosiologi dibuat berdasarkan teori yang ada kemudian diperbaiki, diperluas dan diperhalus
4. Bersifat nenotis yaitu tidak mempersoalkan baik jelek suatu fakta tertentu tetapi untuk menjelaskan fakta tersebut.
Comte menyampaikan bahwa tiap-tiap cabang ilmu pengetahuan insan mesti melalui tiga tahapan perkembangan teori secara berturut-turut yaitu keagamaan atau khayalan, metafisika atau aneh dan saintifik atau positif.
Setelah selesai perang dunia II, kemajuan masyarakat berubah secara drastis dimana masyarakat dunia mengingnkan adanya perubahan dalam menyahuti perkembangan dan kebutuhan gres terhadap pembiasaan sikap forum pendidikan.
Maka dari itu disiplin sosiologi pendidikan yang sempat karam dimunculkan kembali sebagai kepingan dari ilmu-ilmu penting dilembaga pendidikan.
Menurut pendapat Drs. Ary H. Gunawan, bahwa sejarah sosiologi pendidikan terdiri dari 4 fase, yaitu:
a. fase pertama, dimana sosiologi sebagai kepingan dari pandangan perihal kehidupan bersama filsafat umum. Pada fase ini sosiologi merupakan cabang filsafat, maka namanya yaitu filsafat sosial.
b. Dalam fase kedua ini, timbul keinginan-keinginan untuk membangun susunan ilmu berdasarkan pengalaman-pengalaman dan peristiwa-peristiwa faktual (empiris). Kaprikornus pada fase ini mulai adanya impian memisahkan diri antara filsafat dengan sosial.
c. sosiologi pada fase ketiga ini, merupakan fase awal dari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Orang menyampaikan bahwa Comte yaitu “bapak sosiologi”, lantaran ialah yang pertama kali mempergunakan istilah sosiologi dalam pembahasan perihal masyarakat.
Sedangkan Saint Simon dianggap sebagai “perintis jalan” bagi sosiologi. Ia bermaksud membentuk ilmu yang disebut “Psycho-Politique”.
Dengan ilmu tersebut Saint Simon dan juga Comte mengambil rumusan dari Turgot (1726-1781) sebagai orang yang berjasa terhadap sosiologi, sehingga sosiologi menjadi tumbuh sendiri.
d. pada fase yang terakhir ini, ciri utamanya yaitu impian untuk gotong royong menawarkan batas yang tegas perihal obyek sosiologi, sekaligus menawarkan pengertian-pengertian dan metode-metode sosiologi yang khusus.
Pelopor sosiologi yang otonom dalam metodenya ini berada pada final kurun 18 dan awal 19 antara lain yaitu Fiche, Novalis, Adam Muller, Hegel, dan lain-lain.
D. Tujuan dan Kegunaan Sosiologi
Francis Broun mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan memperhatikan efek keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memproleh dan mengorganisasi pengalamannya.
Sedang S. Nasution menyampaikan bahwa sosiologi pendidikan yaitu Ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk memproleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik.
Dari kedua pengertian dan beberapa pengertian yang telah dikemukakan sanggup disebutkan beberapa konsep perihal tujuan sosiologi pendidikan, yaitu sebagai berikut:
Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Dalam hal ini harus diperhatiakan efek lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan langsung anak.
Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, sehabis dewasa/tua akan cendrung menjadi insan yang religius pula.
Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan sebagainya.
Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis perkembangan dan kemajuan social.
Banyak orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan menawarkan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, lantaran dengan mempunyai ijazah yang semakin tinggi akan lebih bisa menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan yang lebih banyak pula, guna menambah kesejahteraan social).
Disamping itu dengan pengetahuan dan keterampilan yang banyak sanggup berbagi kegiatan serta kreativitas social.
Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu forum pendidikan dalammasyarakat sering diubahsuaikan dengan tingkatan kawasan di mana forum pendidikan itu berada.
Misalnya, sekolah tinggi tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup ekspresi dominan mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.
Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan social.
Peranan/aktivitas warga yang berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan perihal maju dan berkembang kehidupan masyarakat.
Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan- segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan social, terutama dalam memajukan kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor pelopor dari peningkatan taraf hidup social.
Sosiologi pendidikan bertujuan membantu menentukan tujuan pendidikan. Sejumlah pakar beropini bahwa tujuan pendidikan nasional harus bertolak dan sanggup dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut.
Contohnya di Indonesia, Pancasila sebagai filsafat hidup dan kepribadian bangsa Indonesia harus menjadi dasar untuk menentukan tujuan pendidikan Nasional serta tujuan pendidikan lainnya.
Dinamika tujuan pendidikan nasional terletak pada keterkaitanya dengan GBHN, yang tiap 5 (lima) tahun sekali ditetapkan dalam Sidang Umum MPR, dan diubahsuaikan dengan era pembangunan yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat dan kebutuhan manusia.
Menurut E. G Payne, sosiologi pendidikan bertujuan utama memberi kepada guru- guru (termasuk para peneliti dan siapa pun yang terkait dalam bidang pendidikan.
Latihan – latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga sanggup menawarkan sumbangannya secara cepat dan sempurna kepada dilema pendidikan.
Menurut pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak hanya berkenaan dengan proses berguru dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi saja, tetapi juga segala sesuatu dalam bidang pendidikan yang sanggup dianalis sosiologi.
Seperti sosiologi yang digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain peranan (role playing) dan sebagainya.dengan demikian sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para pendidik.
Selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk memahami kekerabatan antara insan di sekolah serta struktur masyarakat.
Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari dilema – dilema sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, menyerupai tujuan pendidikan, materi kurikulum, seni administrasi belajar, sarana belajar, dan sebagainya.
Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola- teladan sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan.
Jika dilihat zaman peradaban yunani pada masa Plato (427-327 BC), pendidikannya lebih mengutamakan penciptaan insan sebagai pemikir, kemudian sebagai ksatria dan penguasa.
Pada zaman Romawi, menyerupai masa kehidupan Cicero (106-43 BC), pendidikan mengutamakan penciptaan insan yang hmanistis.
Pada kurun pertengahan, pendidikan mengutamakan menjadikan insan sebagai pengabdi Khalik (baik versi Islam maupun versi Kristiani).
Pada kurun pertengahan (1600-an-1800-an), melahirkan teori Nativisme (Rousseau, 1712-1778), Empirisme oleh Locke (1632-1704) dan konvergensi oleh Stern (1871-1939).
Semuanya cendrung kepada nilai individu anak sebagai insan yang mempunyai karakteristik yang unik.
Menurut Nasution ada beberapa konsep perihal tujuan Sosiologi Pendidikan, antara lain sebagai berikut:
- Analisis proses sosiologi
- Analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat
- Analisis intraksi social di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat
- Alat kemajuan dan perkembangan social
- Dasar untuk menentukan tujuan pendidikan
- Sosiologi terapan
- Latihan bagi petugas pendidikan.
Konsep perihal tujuan sosiologi pendidikan di atas memperlihatkan bahwa kegiatan masyarakat dalam pendidikan merupakan sebuah proses sehingga pendidikan sanggup dijadikan instrument oleh individu untuk sanggup berintraksi secara sempurna di komunitas dan masyarakatnya.
Pada sisi yang lain, sosiologi pendidikan akan menawarkan klarifikasi yang relevan dengan kondisi kekinian masyarakat, sehingga setiap individu sebagai anggota masyarakat sanggup mengikuti keadaan dengan pertumbuhan dan perkembangan banyak sekali fenomena yang muncul dalam masyarakatnya.
Tujuan sosiologi pendidikan intinya untuk mempercepat dan meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan keluar darim upaya-upaya semoga pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai berdasarkan pendidikan itu sendiri. Secara universalm tujuan dan fungsi pendidikan itu yaitu memanusiakan insan oleh insan yang telah memanusia.
Itulah sebabnya system pendidikan nasional berdasarkan UUSPN No. 2 Tahun 1989 pasal 3 yaitu “ untuk berbagi kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat insan Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujaun nasional”.
Menurut fungsi tersebut terperinci sekali bahwa pendidikan diselenggarakan adalan:
- Untuk berbagi kemampuan insan Indonesia
- Meningkatkan mutu kehidupan insan Indonesiam
- Meningkatkanmartabat insan Indonesia
- Mewujudkantujuan nasional melalui manusia-masusia Indonesia.
Maka dari itu pendidikan diselenggarakan untuk insan Indonesia sehingga insan Indonesia tersebut mempunyai kemampuan berbagi diri, meningkatkan mutu kehidupan, meninggikan martabat dalam ragka mencapai tujuan nasional.
Kegunaan atau manfaat sosiologi untuk kehidupan sehari-hari, yaitu:
1. Untuk pekerjaan sosial, sosiologi menawarkan gambaran/pengertian perihal banyak sekali problem sosial, sehingga sanggup dicari solusinya secara sempurna dan akurat.
2. Untuk pembangunan pada umumnya, sosiologi menawarkan pengertian perihal masyarkat secara luas, sehingga dengan citra tersebut para perencana dan pelaksana pembangunan sanggup mencari teladan pembangunan yang paling sesuai semoga berhasil.
Perkembangan sosiologi dari kurun ke abad
Perkembangan pada kurun pencerahan Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, menyerupai Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa insan terbentuk begitu saja.
Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran.
Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di kurun pertengahan, menyerupai Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka beropini bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, insan tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya.
Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah perihal perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini.
Berkembangnya ilmu pengetahuan di kurun pencerahan (sekitar kurun ke-17 M), turut kuat terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak di kurun ini.
Berkembangnya ilmu pengetahuan di kurun pencerahan (sekitar kurun ke-17 M), turut kuat terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak di kurun ini.
Para jago di zaman itu beropini bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada logika budi manusia.
Pengaruh perubahan yang terjadi di kurun pencerahan
Perubahan-perubahan besar di kurun pencerahan, terus berkembang secara revolusioner sapanjang kurun ke-18 M.
Dengan cepat struktur masyarakat usang berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan terperinci terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis.
Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat.
Gejolak kurun revolusi
Perubahan yang terjadi akhir revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangasawan dan kaum Rohaniwan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata.
Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.
Revolusi Perancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas.
Gejolak kurun revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus sanggup dianalisis.
Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan.
Bencana itu sanggup dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini.
Perubahan drastis yang terjadi semasa kurun revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya klarifikasi rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :
Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan sanggup diketahui penyebab dan akibatnya.
Harus dicari metode ilmiah yang terperinci semoga sanggup menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.
Dengan metode ilmiah yang sempurna (penelitian berulang kali, klarifikasi yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah sanggup diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah sanggup dicegah.
Kelahiran sosiologi modern
Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).
Pada permulaan kurun ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara.
Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar masyarakat pun tak terelakkan.
Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk hingga pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi usang ala Eropa tidak relevan lagi.
Mereka berupaya menemukan pendekatan gres yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada dikala itu. Maka lahirlah sosiologi modern.
Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris).
Artinya, perubahan masyarakat sanggup dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu sanggup ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh.
Sejak dikala itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.
Untuk memudahkan para audiens dalam memahami makalah kami ini, berikut kami akan merangkum sejumlah isi makalah kami secara ringkas dan padat, yaitu:
Untuk memudahkan para audiens dalam memahami makalah kami ini, berikut kami akan merangkum sejumlah isi makalah kami secara ringkas dan padat, yaitu:
1. Sosiologi ialah pengetahuan yang mempelajari kekerabatan sosial antara sesama insan (individu dan individu), antara individu dengan kelompok, serta sifat perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga dan ide-ide sosial.
2. Latar belakang timbulnya sosiologi pendidikan ialah disebabkan lantaran masyarakat mengalami perubahan sosial yang cepat. Perubahan sosial itu menjadikan cultural lag. Cultural lag ini merupakan sumber dilema sosial dalam masyarakat.
Masalah sosial itu di alami oleh dunia pendidikan. Lembaga pendidikan tidak bisa mengatasinya kemudian jago sosiologi menyumbangkan pemikiran-pemikirannya untuk memecahkan dilema itu, maka lahirlah sosiologi pendidikan.
3. Tujuan sosiologi pendidikan intinya untuk mempercepat dan meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Oleh lantaran itu sosiologi pendidikan tidak akan keluar darim uapaya-upaya semoga pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai berdasarkan pendidikan itu sendiri.
Setelah membaca klarifikasi perihal sosiolgi pendidikan diatas, semoga bisa menjadi gosip yang bermanfaat dan terimakasih
Sumber http://sumbermaterikuliah.blogspot.com
EmoticonEmoticon