Kumpulan Puisi Galau Rindu Karena Cinta yang diakibatkan problema dalam tiap korelasi Remaja, acap kali menuai perasaan gundah gulana. namun apa mau dikata, sosok dewasa memang taakn pernah lepas dari sebegitu rumitnya DILEMA CINTA. Ada kalanya juga mereka konon mencurahkan isi hati yang terluka dalam tulisan-tulisan yang samar namun niscaya ,itu semua lantaran cinta. Puisi memang menjadi daerah pelampiasan seseorang yang sukar untuk mengekspresikannya (Curhat) kepada orang lain atau teman dekatnya.
![]() |
| Kumpulan Puisi Galau Rindu Karena Cinta |
Beberapa Koleksi Puisi-Puisi Cinta bernada sedih, romantis ditengah-tengah suasana Galau akan saya tebarkan untuk kalian semua. Selamat Membaca dan Ber-ekspresilah diri kalian
MATA AIR DAN AIR MATAAku ingin membasuh air matamuBiar luka itu keringDan kamu bisa melukis pelangi di birunya mata airTanpa air mata lagiDan saya ingin menghirup mata airmuBiar kehausan rindu ini tergenangiTANPA JUDULDi sini…Masih bisa kucium harum tubuhmu yg terjerat lelahDi sini…Masih kucoba meraba palung hatimu yg memadamkan perapianDi sini…Masih kubingkai bayangmu yg hilang dibalik bayang riuh tawa kemarinmalamDi sini…Aku terbius wajahmu yg terbaring manja di peraduanDi sini…Aku mengundang semilir angin pd doa yg kubaca utk tidurmuBAHAGIA DI SATU DEBUTak pernah bosan saya berharapMenggantungkan rindu ini pada ribuan kata yg selalu hadirSaat saya bisa mencium harum tubuhmu pd deretan senja hari iniKemarin, esok, atau lusa…Satu tatap yg terciptaMemaksaku untuk diam di pelukan cintaLuruh tak tertahanMengelopak pada bunga pagiSegar semerbak mewangikan rumah hatimuBolehkah saya menengoknya sejenak?Andai kamu ijinkan, saya ingin meraih bahagiaMeski hanya di satu debuTAK PERNAH BISAAku tak pernah bisa mencampakkan cinta yg tak pernah kamu milikiAku mencintaimu, tapi kamu belum mempunyai cintakuApa yg mesti saya campakkan sementara saya tak punya apa-apa lagiSelain keinginan satu-satunyaHarapan biar kamu mendapatkan cintakuDI MANA ALAMAT RUMAH HATIMU?Ke mana hujan pergi hari ini?Sejenak menarik hati bumi pada siang yang gerahLalu hilang ketika malam tengadahKe mana saya harus pergiSaat kusadar tak ada lagi yang saya bela dari perjalanan iniSelain menapaki jejak lemah menuju rumah hatimuTak hilang dilalap lelahTak jera diremas gelisahSekali saya coba lari dan mengingkariSeribu kali saya kembali lagi, padamu…Mengumpulkan semua rindu dan cinta untuk berdiri lagiDalam barisan doa-doaLalu rebah pasrah menunggu hadirmuTanpa ragu dan tanya lagiDi mana kamu alamatkan rumah hatimu?Agar saya tak salah berlariDATANG MENJELANGSeperti kemarau yang menanti hujanKutunggu kabarmu yang masih diamApakah engkau baik-baik saja?Seperti tanah tandus yang tersenyum lantaran deras merebasAku hanya bisa mengucap salam dengan doaAgar kamu tak pernah kurangSelalu tersenyum lantaran senang menjelang, untukmu…YANG TAK TERLUPAYang tak pernah terlupa sedikitpunSaat ruang kosong menyekat di kepalaBayangmu mematuk seketikaMerama rama tak hilangMelebur kasatmata dalam bilur rindu yang terpeliharaEntah di mana adamu…Aku hanya tahu kamu selalu menghadirkan getar-getar indahYang kuiba menjadi bahagiaDi setiap tarian abu dan derai gerimis yg jatuhSAMAR TERJAGAKe mana dunia berpijak di senja ini?Tak ada kabar yang kuterimaSelain bisikmu yang kutemui pd sisa mimpi tadi malamKujaga apapun tentangmu tanpa tanyaMeski tanda cintamu masih samar terkurung gulungan misteriApalagi yg bisa kamu tawarkan untukkuSelain gelisah dan rindu yg tak pernah matiMenyulut cinta untuk terus menanti tanpa henti
DI UJUNG KATA-KATALengkaplah sudah sepi ini mengurung sendirikuTerkulai dikunyah nelangsa yang berapi-apiMenyusuri jalanan lengangBersimbah angan tanpa tujuanDalam derap gerimis yang pongah menghujamTerbuai wajahmu menyusup bertubi-tubiMembawa sebaris kata senang yg menenggelamkan nuraniDi atas pengharapan tak berkesudahanTentang rindu kusamTentang cinta terbuangMengutip satu namamu di antara keluh kesahGundah gelisah, air mata, dan laraMasihkah ada sedikit senyum darimuDi batas penantianku yang sekarang makin terbataJika masih ada ruang di hatimuUntukku, sedikit saja, tolong bicaralahPada tanah membentangPada pohon-pohon rindangDan angin yang mengusik keangkuhanSetidaknya biar ada tanda yg bisa kubaca dan kurabaJanganlah sepi yang hadirJanganlah semu yang membekuKarena saya selalu berjalan menujumuHANYA PADAMUMataku terpejam tak mauAnganku berontak tak lesuMerekat pada ruang kamarBerkutat pada riuh gaduh angin malamMeronta lagi getar iniMengais lagi rindu bertaliUntukmu kuasah lukaPadamu kuasuh bahagiaPadamu cinta ingin kuakhirkanKupercayakan tanpa alasannya yaitu yg harus diperdebatkanHanya padamu, itu saja..KATA-KATA MATIKata-kata mati mengepungkuTerlalu banyak definisi yg hinggap sampai lidahku keluKata-kata menjadi sedemikian langkaSeolah saya tak bisa membahasakan cintaku padamuSemua telah terkurung di ruang pengharapankuBerisi namamu serta berjuta kenangan yg hadir & kumaknai kedalamannyaAku tak ingin membongkarnya,Meski kata-kata mati telah menusukkan kesedihan di sentra jantungkuAKHIR TANPA PENGHABISANInilah akhirnya…Aku mengakhiri jejak yg gres kutapakiBukan salahmu…Ini semua hanya lantaran aku…Yang tak bisa menyemai benih rindu di ladangmuApa dayaku kalau cintaku tak lagi hadir untukmuSia-sia kucoba membangun fondasi cinta iniSementara di atas segalanya,Aku terus mengasah kesedihan penantian yang kuibaTak mau lepas sampai menafikan adamuMaafkan untuk satu pilihan yg pahit iniTapi setidaknya, lebih baik semua terbuka sedari awalSebelum kebohongan terkuak di penghabisanAku menentukan pergi lantaran tak mau menyakitimuAku menentukan menyayangi satu nama meski hanya semu
YANG TERINDAH, YANG TERDALAMSegalanya telah tertebas waktuAku masih terhisap sepi yang membisuDi ujung sapaku yang tertatih menujumu,Kucoba teduh dalam satu doa:Semoga kamu tetap menjadi yang terbaik dan terindahYang kutemui dalam perjalanan hidupkuTETAPLAH BERSAMATetaplah bersamaku, TuhanTetaplah bersamaku, kasihJika kasih tak bersamakuTetaplah bersamaku, TuhanJika kasihku pergiTetaplah bersamaku, TuhanKalau Tuhan tak bersamakuKe mana lagi kan kucari kasihkuKABAR HUJANApa kata hujan hari ini?Dia masih menangis sedihKarena bumi yg diguyurnya masih menyisakan kemarauPohon-pohon belum juga menghijauDaunnya meranggasRantingnya kurus pucatHanya akarnya yang tegar menghujamSetia menanti hujan tiba lagi di keesokan harinyaSeperti inikah jejak yang harus kutapaki?AKU PERGISetelah melintasi waktu bersimbah pesonamuKini semua terasa tiadaMakna yang terendap lamaDan mendekam dalam formasi matahariTak lagi bisa kurabaSemua menyerupai kembali kosongHarapanku akanmu,Seperti menemui titik penghabisannyaApa gerangan yg terjadi?Tiba-tiba saya enggan mengumbar rindukuTiba-tiba saya ingin berhenti mencintaimuMungkinkah lantaran sikapmu yg makin usang tak lagi membiuskuPerlahan menghilang di balik dustaAuramu yg makin pudar oleh perilaku tak pasti

EmoticonEmoticon