Apa yang akan kita lakukan jikalau kita salah dan disalahkan orang lain? Marah, sedih, diam, menerima? Kebanyakan dari kita niscaya membela diri. Meski itu memang salah kita.
Ini terjadi sebab pada dasarnya, insan itu memang suka membela dirinya sendiri. Begitu pula saya. Saya niscaya akan membela habis-habisan apa yang berdasarkan saya benar. Manusia tidak mau dirinya terpojok dalam kesalahan. Mereka akan memberontak dan berusaha keluar.
Nah, duduk kasus yang muncul dalam hal perdebatan menyerupai ini ialah pembenaran siapa yang paling logis, bukan siapa yang benar. Jadi, insan cenderung subjektif dalam menentukan sudut pandang dari suatu permasalahan.
Ini pulalah yang terjadi di Indonesia. Kebanyakan orang-orang negeri ini tetep kekeh dengan apa yang mereka anggap benar. Dengan kata lain, mereka membela pikirannya sendiri tanpa mau membukanya dan memutar sedikit sudut pandangnya.
Padahal esensi dalam perbedaan yang sebetulnya ialah menjunjung tinggi kebenaran, bukan siapa yang paling terlihat benar. Kalau toh memang di antara pihak-pihak tersebut memang benar-benar tidak ada yang benar, paling tidak seharusnya kita sanggup mengambil yang mendekati kebenaran dari semua sudut pandang, bukan dari salah satu sudut pandang.
Analoginya menyerupai ini. Ada beberapa petani cabai, mereka mengeluh harga cabe turun sebab banyak sekali alasan. Namun, bukankah ini justru hal yang postif bagi para konsumen. Mereka beramai-ramai memborong cabai? Pun sebaliknya. Contohnya saat harga angkot naik, niscaya kebanyakan penumpang yang hanya menilai dari sudut pandang mereka sendiri akan marah-marah, nggrundel panjang lebar ihwal kenaikan harga angkot ini. Sebaliknya, para sopir angkot justru senang sebab ada pendapatan lebih.
Manusia sering memandang duduk kasus dari sudut pandang diri mereka sendiri. Termasuk saya. Termasuk pula saat kita ramai menyalahkan pemerintah ihwal duduk kasus ini dan itu tanpa ada saran dan solusi yang sanggup kita berikan. Kita juga hanya sanggup cenderung menyalahkan tanpa bukti yang valid.
Nah, salah satu alternatif solusi yang sanggup dilakukan jikalau kita belum sanggup menjunjung tinggi kebenaran, maka berlapang dada atas perbedaan yang ada itu lebih baik. Rela atas hal yang tidak sesuai dengan diri kita itu lebih menenangkan. Kalau ingin memberikan ketidaksetujuannya, ya pelan-pelan disampaikan. Susah memang, namun ini sanggup menjaga kerukunan dan mencegah adanya ketersinggungan perasaan satu sama lain.
Pernah sakit hati, kan? Kalau begitu, jangan buat orang lain sakit hati. Kalau kita yang disakiti, ikhlaskan saja. Itu lebih baik.
Marilah, kita sama-sama membela kebenaran bukan pembenaran. Seperti ksatria baja hitam yang selalu membela kebenaran, hehe.
Ditulis oleh: Fadil - simfoninegeri.com
Apa yang benar ialah benar, apa yang salah ialah salah, jangan hanya sebab ego mu, hal yang salah kamu upayakan semoga seakan-akan terlihat benar. Karena orang yang andal bukan yang tak pernah salah, tetapi ia yang mau mengakui kesalahannya.
By synergy human development
Sumber http://consisteria.blogspot.com
EmoticonEmoticon