Rabu, 17 Januari 2018

Pengertian Anatomi Lensa

Lensa merupakan suatu struktur transparan berbentuk bikonveks yang mempunyai dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan lensa pada penggalan posterior lebih cembung daripada permukaan anterior, dimana radius kurvatura posterior 6 mm dan radius kurvatura anterior 10 mm (Lang, 2000).
Pada ketika gres lahir, jarak ekuator lensa sekitar 6,4 mm dan jarak anteroposterior 3,5 mm dan beratnya sekitar 90 mg. Pada lensa dewasa, jarak ekuator sekitar 9 mm dan jarak anteroposterior 5 mm dan beratnya sekitar 255 mg (American Academy of Ophthalmology, 2008).
Lensa terletak di antara permukaan posterior iris dan tubuh vitreus pada lengkungan berbentuk cawan tubuh vitreus yang disebut fossa hyaloid. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal yang memisahkan bilik anterior dan posterior mata. Lensa ditahan pada posisinya oleh serat zonula yang berada di antara lensa dan tubuh siliar (Lang, 2000).
Lensa bersifat avaskular dan tidak mempunyai persarafan sehingga nutrisi lensa hanya didapat dari aqueous humor. Metabolisme lensa terutama bersifat anaerob akhir rendahnya kadar oksigen terlarut di dalam aqueous (Vaughan & Asbury, 2000).

HISTOLOGI LENSA
Secara histologi, lensa tersusun atas kapsul lensa, epitel subkapsular, dan serat lensa. Kapsul lensa merupakan suatu membran basal yang sangat tebal dan terutama terdiri atas kolagen tipe IV dan glikoprotein. Di bawah kapsul lensa terdapat epitel yang terdiri atas selapis sel epitel kuboid yang hanya terdapat pada permukaan anterior lensa. Epitel subkapsular yang berbentuk kuboid akan bermetamorfosis kolumnar di penggalan ekuator (Junqueira & Carneiro, 2007).
Epitel lensa tersebut akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga menimbulkan memadatnya serat lensa di penggalan sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibuat atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa sanggup dibedakan nukleus embrional, fetal, dan dewasa. Di penggalan luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan yang terletak di belakang disebut korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda (Ilyas, 2011).

Di penggalan perifer kapsul lensa terdapat sekelompok serat yang tersusun radial, yakni zonula, yang satu sisinya tertanam pada kapsul lensa dan sisi lainnya pada tubuh siliar. Serat zonula serupa dengan mikrofibril serat elastin. Sistem ini penting untuk proses yang dikenal sebagai akomodasi, yang sanggup memfokuskan objek akrab dan jauh dengan mengubah kecembungan lensa. Bila mata sedang istirahat atau memandang objek yang jauh, lensa tetap diregangkan oleh zonula pada bidang yang tegak lurus terhadap sumbu optik. Bila melihat dekat, muskulus siliaris akan berkontraksi dan koroid beserta tubuh siliar akan tertarik ke depan. Ketegangan yang dihasilkan zonula akan berkurang dan lensa menebal sehingga fokus objek sanggup dipertahankan (Junqueira & Carneiro, 2007).

BIOKIMIA LENSA
Komposisi Lensa
Lensa insan secara normal terdiri atas air sebanyak 66% dan protein sebanyak 33%. Kandungan protein pada lensa dua kali lebih banyak dibandingkan jaringan lainnya. Protein lensa dibagi menjadi dua menurut kelarutannya dalam air, yaitu protein larut dalam air dan protein tidak larut dalam air. Fraksi protein larut dalam air sebesar 80% dari seluruh protein lensa dan utamanya terdiri atas protein yang disebut dengan kristalin. Kristalin merupakan protein intraselular yang terdapat pada epithelium dan membran plasma dari sel serat lensa. Kristalin tebagi menjadi tiga grup, yaitu alpha, beta, dan gamma.
Kristalin alpha merepresentasikan 32% dari protein lensa. Kristalin alpha merupakan protein terbesar dengan besar molekul berkisar 600-4000 kiloDaltons (kD), bergantung pada kecenderungan subunitnya untuk beragregasi. Kristalin alpha bukan merupakan suatu protein tersendiri, melainkan adonan dari 4 subunit mayor dan 9 subunit minor. Setiap polipeptida subunit mempunyai berat molekul 20 kD dan rantai ikatannya merupakan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik. Kristalin alpha turut berperan dalam transformasi sel epitel menjadi serat lensa. Laju sintesis kristalin alpha tujuh kali lebih cepat di sel epitel daripada di serat kortikal, mengindikasikan penurunan laju sintesis sehabis transformasi.

Kristalin beta dan gamma mempunyai rangkaian asam amino homolog dan struktur yang sama sehingga sanggup dipertimbangkan sebagai satu famili protein dan sering disebut sebagai kristalin betagamma. Kristalin beta berkontribusi sebesar 55% dari protein larut air pada protein lensa. Kristalin gamma merupakan kristalin yang terkecil, dengan berat molekul sekitar 20 kD.

Protein lensa yang tidak larut dalam air sanggup dibagi menjadi dua, yaitu protein yang larut dalam urea dan yang tidak larut dalam urea. Fraksi yang larut dalam urea mengandung protein sitoskeletal yang berfungsi sebagai rangka struktural sel lensa dan fraksi yang tidak larut urea mengandung membran plasma serat lensa yang ibarat membran plasma eritrosit dalam aneka macam hal.

Hampir 50% protein membran disusun oleh suatu protein yang dikenal dengan Major Intrinsic Protein (MIP). MIP pertama sekali muncul di lensa ketika serat lensa mulai memanjang dan sanggup dijumpai di membran di sepanjang lensa. MIP tidak dijumpai di sel epitel, namun tampaknya bekerjasama dengan diferensiasi sel epitel menjadi serat lensa.

Suatu hipotesis menyatakan bahwa seiring dengan bertambahnya usia, protein lensa menjadi tidak larut dalam air dan beragregasi membentuk partikel yang sangat besar yang mengaburkan cahaya, hasilnya lensa menjadi tidak tembus cahaya. Selain itu, pertambahan usia, khususnya pada katarak brunesen juga menimbulkan meningkatnya protein nukleus yang tidak larut dalam urea.

Metabolisme Lensa
Pada lensa, produksi energi sangat bergantung pada metabolisme glukosa. Glukosa memasuki lensa dari aqueous humor melalui dua cara, yaitu difusi sederhana dan difusi terfasilitasi. Kebanyakan glukosa yang memasuki lensa difosforilasi menjadi glukosa-6-fosfat (G6P) oleh enzim heksokinase.

Heksokinase akan tersaturasi oleh kadar glukosa normal pada lensa sehingga apabila kadar glukosa normal telah dicapai, maka reaksi ini akan terhenti. Glukosa-6-fosfat yang terbentuk ini akan dipakai di dua jalur metabolik, yaitu glikolisis anaerob dan jalur pentose fosfat atau yang dikenal dengan hexose monophosphate (HMP) shunt.

Di antara kedua jalur ini, yang paling banyak menghasilkan energi yaitu glikolisis anaerob dikarenakan lensa tidak dilalui pembuluh darah sehingga kadar oksigen lensa sangat rendah. Glikolisis anaerob kurang efektif apabila dibandingkan dengan glikolisis aerob alasannya yaitu hanya dihasilkan dua molekul ATP per molekul glukosa, sedangkan pada glikolisis aerob bisa dihasilkan sebanyak 36 molekul ATP.
Kadar oksigen pada lensa sangat sedikit sehingga hanya sekitar 3% dari glukosa lensa yang melalui siklus Krebs untuk menghasilkan ATP, namun siklus ini bisa menghasilkan 25% dari seluruh ATP yang dibuat di lensa.

Jalur lain yang memetabolisme glukosa-6-fosfat yaitu jalur pentose fosfat. Kira-kira 5% dari seluruh glukosa lensa dimetabolisme oleh jalur ini dan sanggup distimulasi oleh peningkatan kadar glukosa. Aktivitas jalur pentose fosfat di lensa lebih tinggi dibandingkan di jaringan lain untuk menghasilkan banyak NADPH yang berfungsi untuk mereduksi glutation.

Enzim yang berperan penting pada metabolisme glukosa di lensa yaitu enzim aldosa reduktase. Aldosa reduktase dipakai pada jalur lain dalam metabolisme glukosa di lensa, yakni jalur sorbitol, dimana enzim ini akan mengubah glukosa menjadi sorbitol. Ketika kadar glukosa meningkat, mirip pada keadaan hiperglikemik, jalur sorbitol akan lebih aktif daripada jalur glikolisis sehingga sorbitol akan terakumulasi. Kemudian sorbitol akan dimetabolisme menjadi fruktosa oleh enzim poliol dehidrogenase. Enzim ini mempunyai afinitas yang rendah, yang berarti sorbitol akan terakumulasi sebelum sanggup dimetabolisme, sehingga mengakibatkan retensi sorbitol di lensa. Selanjutnya sorbitol dan fruktosa mengakibatkan tekanan osmotik lensa meningkat dan akan menarik air sehingga lensa akan menggembung, sitoskeletal mengalami kerusakan, dan lensa menjadi keruh (American Academy of Ophthalmology, 2008).

Sumber http://belajarilmukomputerdaninternet.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)