Sabtu, 26 Mei 2018

Berbagi Ilmu Meski Mempunyai Keterbatasan

Berbagi Ilmu Meski Memiliki Keterbatasan Berbagi Ilmu Meski Memiliki KeterbatasanNie Ing Han: Berbagi Ilmu Meski Memiliki Keterbatasan, ibarat itulah tertulis judulnya goresan pena Karina Ayu Budiman yang dilengkapi dengan foto keren dari Dionesia Ika pada majalah Sriwijaya Magazine. Sriwijaya Magazine katanya yaitu satu-satunya in-flight magazine yang diakui secara resmi oleh Sriwijaya Air dan diperkenankan untuk hadir di bangku penerbangan Sriwijaya Air.

Karena goresan pena pada majalah Sriwijaya Magazine ini sangat baik dibaca dan diketahui banyak orang sehingga kita ceritakan kembali. Semoga bisa menyemangati diri kita dalam menjalani kehidupan kita dan agar juga bisa menginspirasi terkhusus kepada guru-guru di Indonesia.

Nie Ing Han tidak mengenal kata tidak bisa. Prinsip hidup napoleon bonaparte yang ia pembiasaan untuk dirinya ini memberinya semangat untuk menyebarkan ilmu dengan menjadi guru meski ia mempunyai keterbatasan penglihatan.

Berbagi Ilmu Meski Memiliki Keterbatasan Berbagi Ilmu Meski Memiliki Keterbatasan

Nie Ing Han atau dekat disapa Ing Han dikenal sebagai seorang guru privat matematika dan fisika yang mempunyai keterbatasan penglihatan atau tunanetra. Kedua bidang ilmu tersebut ia kuasai bukan tanpa alasan, alasannya ia yaitu seorang Sarjana Teknik Elektro ITB. Memulai perkuliahan di tahun 1964, sosok INg HAn yang sekarang berusia 70 tahun ini tampak lugas menjelaskan banyak sekali istilah-istilah matematika ketika ditemui oleh Sriwijaya Magazine.

Mengajar sudah menjadi hal yang tak terpisahkan dari Ing Han. "Ilmu kalau tidak dipelihara akan Hilang". Makara saya mengajar untuk memeliharanya," ujar Ing Han.

Berbagi ilmu sudah menjadi kebiasaanya semenjak masa sekolah. Ia selalu diandalkan teman-temannya untuk membantu menjawab perkara matematika yang sulit. Ing Han yang populer pandai di kalangan teman-temannya bahkan meraih predikat siswa terbaik dari tiga Sekolah Menengan Atas ternama di Salatiga kala itu.
Berbagi Ilmu Meski Memiliki Keterbatasan Berbagi Ilmu Meski Memiliki Keterbatasan

Meski usianya tak lagi terbilang muda memorinya masih sangat baik ketika ditanya perihal murid-murindya. Murid pertama yang ia bimbing telah sukses menamatkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dan sekarang tengah melanjutkan pendidikan seorang hebat di Universitas Indonesia. Ada pula murid-muridnya yang telah sukses mendapat pekerjaan di Amsterdam, Kanada, Amerika, Singapura, dan Australia. Tak hanya itu, ia juga sempat bercerita perihal muridnya yang juga seorang tunanetra, berjulukan David Franky, yang sekarang melanjutkan jejak INg Han menjadi guru privat matematika.

Profesi seorang guru bukan hal gres bagi Ing Han, alasannya kedua orang tuanya juga berprofesi sebagai guru. Didasari keinginannya untuk membantu kedua orang bau tanah mencari biaya untuk kuliah, ia pun menjalankan profesi sebagai seorang guru privat untuk murid-murid Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengan Atas di sela-sela kesibukannya berkuliah. Usai menamatkan kuliah, ia kembali ke kampung halaman di Salatiga yang mengajar di Universitas Nasrani Satya Wacana. Pada tahun 1977 ia merantau ke Jakarta dan bekerja di salah satu perusahaan swasta sambil meneruskan profesinya sebagai pengajar di Unversitas Nasrani Indonesia.
Berbagi Ilmu Meski Memiliki Keterbatasan Berbagi Ilmu Meski Memiliki Keterbatasan

Pada tahun 1987, ketika Ing Han berusia 41 tahun dan tengah menanjak karirnya, ia justru mengalami sakit yang alhasil menciptakan dirinya mengalami kebutaan hanya dalam waktu kurang dari satu bulan. Divonis mengalami kebutaan sempat menciptakan hatinya berontak selama kurun waktu dua tahun. Namun seiring waktu berlalu, ia terus bercermin pada diri sendiri dan meyakini dirinya untuk bertindak dan tidak berlarut-larut mempertanyakan hal yang menimpa dirinya. 'I have to do something. I have to do a reak thing' hal itupun terlintas di benaknya. Ing Han alhasil memutuskan menjadi guru privat bagi murid-murid Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengan Atas semenjak tahun 1991 yang ia lakukan di rumahnya berlokasi di Bukit Permai, Cibubur.

MENGAJAR DI TENGAH KETERBATASAN

Keterbatasan penglihatan yang dimiliki Ing Han Tidak membatasinya dalam mengajar. Ia memakai banyak sekali materi yang sama yang dipakai oleh guru-guru lain pada umumnya. "Saya bisa menuliskan materi di papan tulis. Namun alasannya saya tidak bisa membacanya, siswa yang biasanya membacakan dan memberi instruksi ke mana saya melanjutkan menulis," terang Ing Han.

Ia juga dengan rapi menyusun buku-buku pelajaran koleksinya yang dominan yaitu buku yang ia gunakan ketika bersekolah dan kuliah. Hingga sekarang ia masih ingat dengan terang setiap judul dari buku-buku tersebut. Beberapa halaman pentingpun masih dengan terang ia ingat dan bisa dengan sempurna menyebutkan poin-poin penting yang ada di dalamnya.
Berbagi Ilmu Meski Memiliki Keterbatasan Berbagi Ilmu Meski Memiliki Keterbatasan
Ing Han juga memakai alat bantu lembara-lembaran kertas besar yang dilaminating berisi banyak sekali rumus dan materi pelajaran. Lembaran-lembaran ini ia urutkan secara kelaompok sesuai topik pengajaran. Dibantu oleh istrinya, Ing Han tahu betul apa yang perlu dituliskan di lembaran-lembaran tersebut dengan pinjaman materi dari buku-buku koleksinya.

Ing Han yaitu sosok guru yang cenderung mengarahkan murid-muridnya untuk menemukan sendiri motivasi untuuk belajar. "Jika ingin sukses harus pintar, bila ingin pandai maka harus belajar, dan bila ingin berguru harus rajin membaca", pesan Ing Han bagi murid-muridnya yang ingin sukses.

Seperti apa Masa Depan itu, mari kita lihat ilustrasi sederhana wacana mas Depan;
Berbagi Ilmu Meski Memiliki Keterbatasan Berbagi Ilmu Meski Memiliki Keterbatasan


Sumber http://www.defantri.com


EmoticonEmoticon