Minggu, 06 Mei 2018

Ekologi Perairan

A.    PENDAHULUAN

Pengertian ekologi
Istilah ekologi pertama kali dipakai oleh Erneast Haeckel pada pertengahan tahun 1860-an. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah, ekologi yaitu ilmu yang mempelajari mahkluk hidup dalam rumahnya. Atau sanggup diartikan ilmu yang mempelajari rumah makhluk hidup.
Ekologi merupakan pendekatan holistic terhadap pemahaman akan organism hidup dalam konteks relasinya baik dengan lingkungan fisik (abiotik) maupun dengan satu sama lain (biotic). Interaksi-interaksi organism hiduplah yang merupakan materi mentah bagi pengkajian-pengkajian ekologis.
Unit ekologis yaitu ekosistem, yang merupakan sebuah kelompok yang terdiri atas bermacam-macam populasi yang berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Daerah (habitat) tersebut bisa jadi sebesar kolam local. Beberapa pengertian yang biasanya tercakup dalam wilayah kerja ekologi:
1)    Individu
Individu yaitu suatu satuan struktur yang membangun satu kehidupan dalam bentuk makhluk.
2)    Populasi
Populasi yaitu kumpulan individu dari jenis yang sama dan berada di suatu tempat dan waktu tertentu.
3)    Komunitas
Komunitas yaitu kumpulan populasi yang berinteraksi satu sama lain, yang hidup bersama dalam suatu tempat.
4)    Ekosistem
Ekosistem yaitu tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas. Pada ekosistem terdapat korelasi timbale balik antara makhluk hidup dan lingkungan abiotiknya, yang membentuk suatu system yang sanggup diketahui anutan energy dan siklus materinya.
Dilihat dari unsure penyusunnya, ekosistem sanggup dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
a.    Bahan tak hidup atau abiotiik, yang berupa komponen fisik dan kimia.
b.    Produsen yaitu organism autotrofik
c.    Konsumen, yaitu organism heterotrofik
d.    Pengurai, perombak atau decomposer
5)    Biosfer
Biosfer yaitu organisasi biologi terbesar yang meliputi semua kehidupan di bumi dan adanya interaksi antara lingkungan fisik secara keseluruhan.

Permukaan planet kita sebagian besar terdiri atas air. Sekitar 70 persen permukaan planet merupakan ligkungan laut. Baik lingkungan perairan tawar maupun maritim mempunyai rangkaian yang kaya akan kehidupan komunitas dan mempengaruhi secara siginifikan aspek-aspek masyarakat manusia.

Berbagai factor lingkungan terpenting yang bekerja dalam ekosistem perairan. Factor-faktor tersebut adalah:
1.    Gas terlarut
2.    Salinitas
3.    Kepekatan
4.    Warna dan kebeningan
5.    Suhu
6.    Cahaya
7.    Arus air

B.    EKOLOGI PERAIRAN TAWAR

Hanya 3% air di permukaan bumi ini yaitu air tawar. Sebagian besar sanggup membeku dalam glasier dan es atau terbenam dalam akuifer. Sisanya terdapat dalam danau, kolam, sungai, dan aliran.
Perairan tawar kebanyakan berupa perairan pedalaman. Susunan dan kadar garam terlarutnya relative rendah atau sanggup diabaikan. Ekosistem perairan tawar sanggup dibagi menjadi dua jenis, yaitu air tawar mengalir (lotik) dan ait tawar membisu (lentik). Air tawar mengalir terdiri dari air bergerak yang mengalir terus-menerus kea rah tertentu, termasuk semua sungai dan anutan dengan segala ukuran. Sedangkan periaran tawar lentik terdediri dari air tergenang, menyerupai danau, kolam, dan rawa.

Perairan Lotik
Perairan mengalir mempunyai corak tertentu yangsecara terang membedakannya dengan perairan tergenang. Sejumlah tanaman terdapat terbatas pada air yang mengalir. Tumbuhan tersebut meliputi spesies ganggang merah dan paku air. Ada juga tanaman  bunga yang khas pada air mengalir, yang secara tertaur berkembang biak dengan biji. Hewan air mengalir meliputi siput air tawar, hydroid, lintah, dan larva lalat hitam.
Beberapa corak pentingpada habitat air mengalir atau tepian air, sanggup dijelaskan dalam suatu perbandingan dengan keadaan air tergenang.
1.    Pada air mengalir, alirannya sering bergolak-galik, tetapi dalam air tergenag alirannya, kalau ada, sangat lamban.
2.    Dalam air mengalir pelapisan sangat jarang terjadi.
3.    Hubungan antara kepekatan air dan suhu tak bersangkut paut lantaran arus yang bergolak.
4.    Pada air mengalir jarang terjadi deoksigenasi. Tetapi pada air tergenang yaitu laziim terjadi.
5.    Penumpukan gas menyerupai karbondioksida dan hidrogensulfida pada air mengalir sangat kecil atau minimum.
6.    Tumbuhan mengakar tak banyak ditemukan di dalam air mengalir lantaran terganggu oleh penghanyutan.
7.    Plankton tak sanggup berkembang subur dalam air mengalir. Plankton yang lazim ditemukan yaitu diatom dan rotifer.

Perairan lentik
Tubuh air tawar tergenag yang besar tidak terpengaruh oleh perubahan besar dalam suhu. Air tawar tergenang terdiri dari tiga jenis menurut keadaan haranya, yaitu oligotrofik, yang miskin hara dan humus. Distrofik, yang miskin hara tetapi kaya humus; dan eutrofik, yang airnya kaya hara dan humus.

Komponen biotik dalam ekosistem perairan tawar
Tumbuhan air tawar sanggup dibagi menjadi empat, yaitu:
1.    Jenis tanaman merapung. Mencakup ganggung apung renik Lemna, Wolfia, Salvinia, tanaman selada air, dan eceng gondok.
2.    Jenis daun merapung. Tumbuhan ini berakar tetapi tangkai daunnya memanjang hingga ke permukaan air. Contohnya menyerupai teratai.
3.    Jenis timbul. Tumbuhan ini berakar, sebagian batang mencuat ke atas air. Misalnya, Thypa dan Phragmites.
4.    Jenis terendam. Jenis ini merupakan yang paling khas, menyerupai Cerathopyllum demersum, Myriophyllum, maupun spesies Chara.


C.    EKOLOGI ESTUARINE
Ekologi estuarin merupakan daerah atau lingkungan yang merupakan adonan antara air sungai dan air laut, sehingga menimbulkan daerah estuarin ini mempunyai air yang bersalinitas lebih rendah daripada lautan terbuka. Sebagian besar jenis tanaman dan fauna yang hidup didaerah estuarin tersebut yaitu organisme yang telah menyesuaikan diri dengan kondisi yang terbatas didaerah tersebut. Oleh lantaran itu, umumnya daerah ini dikatakan bahwa estuarin relative hanya sanggup dihuni oleh bebrapa spesies saja. Pada daerah estuarin ini selain dari turun naiknya salinitas yang disebabkan oleh air pasang, juga terjadi penurusan salinitas yang sedikit demi sedikit ketika air dari verbal estuarin (muara sungai) bergerak ke arah sumber mata air ( hulu sungai) sehingga terdapat wilayah dari tanaman dan fauna yang hidup di daerah ini.
Estuari berasal dari kata aetus yang artinya pasang-surut. Estuari didefinisikan sebagai tubuh air di wilayah pantai yang setengah tertutup, yang bekerjasama dengan maritim bebas. Oleh lantaran itu ekosistem ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan air maritim bercampur dengan air darat yang mengakibatkan salinitasnya lebih rendah daripada air laut. Muara sungai, rawa pasang-surut, teluk di pantai dan tubuh air di belakang pantai pasir temasuk estuari. Selain itu estuarin juga merupakan bentuk teluk dipantai yang sebagian tertutup, dimana air maritim dan air tawar bertemu dan bercampur.
Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya yaitu percampuran antara yang hidup endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari maritim dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial, ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan asuhan. Kepiting (Scylia serrata), tiram (Crassostrea cucullata) dan banyak ikan komersial merupakan binatang estuari. Udang niaga yang memijah di maritim lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber makanan.
Daerah muara sungai yang terlindung dan kaya akan sumberdaya hayati menjadi referensi hidup para nelayan, sehingga tidak sanggup dihindari terjadinya pemukiman di pinggiran muara sungai. Tidak hanya itu, lantaran muara sungai ini juga menjadi penghubung daratan dan lautan yang sangat praktis, maka insan menggunakannya sebagai media perhubungan. Daerah yang terlindung juga menjadi tempat berlabuh dan berlindung kapal, terutama di ketika saat maritim berombak besar. Perkembangan industri pantai menambah padatnya wilayah estuari ini oleh acara insan lantaran daratan estuari merupakan saluran yang anggun buat acara industri itu, khususnya tersedianya air yang melimpah, baik itu untuk pendingin generator maupun untuk pembersihan alat alat tertentu dan tidak sanggup dihindari nafsu untuk membuang limbah ke lingkungan akuatik.
Sifat fisik ekosistem estuarin
Sifat fisik estuarin yang mempunyai variasi yang besar dalam banyak parameter yang sering kali membuat suatu lingkungan yang sangat menekan bagi organisme. Mungkin inilah yang mengakibatkan mengapa jumlah spesies yang hidup didaerah estuarin lebih sedikit dibanding dengan di habitat maritim lainnya.
Faktor fisik menyerupai salinitas, suhu, agresi ombak dan arus, kekeruhan, oksigen. Yang pertama yaitu salinitas dimana salinitas merupakan faktor dominan. Secara definitif, sutu gradient salinitas akan tampak pada suatu ketika tertentu. Tetapi pola gradient bervariasi bergantung pada musim, topografi estuaria, pasang surut dan jumlah air tawar. Tetapi ada juga faktor lain yang berperan dalam mengubah pola salinitas. Pasang surut merupakan salah satu kekuatan. Tempat perbedaan pasang surut cukup besar, pasang naik mendorong air maritim lebih jauh ke hulu estuaria, mengesre isohaline ke hulu dan pasang surut sebaliknya mengesre isohaline kehilir. Akibatnya da daerah estuaria yang rezim salinitasnya berubah sesuai dengan keadaan pasang surut. Juga bias diakibatkan rotasi bumi yang besar lengan berkuasa terhadap membeloknya anutan air, dibelahan bumi utara kekuatan ini membelokan air tawar yang mengalir keluar kesebelah kanan dan kebalikan untuk daerah disebelah selatan. Perubahan salinitas musiman didaerah estuaria diakibatkan lantaran perubahan penguapan atau perubahan anutan air tawar musiman. Didaerah dimana debit air tawar atau kering dalam setengah waktu dalam setahun salinitas tinggi akan bergeser ke hulu. Dengan mulainya kenaikan air tawar gradient salinitas bergeser kehilir ke arah verbal estuaria. Oleh lantaran itu, pada aneka macam animo suatu titik tertentu diestuaria sanggup mengalami salinitas yang berbeda-beda.
Suhu air yang ada diestuaria lebih bervariasi dari pada di perairan pantai didekatnya. Hal ini sebagian lantaran biasanya diestuaria volume air lebih kecil sedangkan luas permukaan lebih besar, dengan demikian pada kondisi atmosfer yang ada air estuaria ini gampang cepat panas dan lebih cepat dingin. Selain itu juga masukan air tawar. Air tawar di sungai atau dikali lebih dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman dari pada air laut. Sungai di daerah beriklim sedang suhunya lebih rendah dimusim cuek dan lebih tinggi dimusim panas dari pada suhu ar maritim didekatnya. Ketika air tawar masuk ke estuaria dan bercampur dengan air laut, maka akan terjadi perubahan suhu. Akibatnya suhu perairan estuaria lebih rendah pada animo cuek dan lebih tinggi pada animo panas daripada perairan pantai disekitarnya. Karena air tawar memperlihatkan kisaran suhu yang yang terbesar, maka apabila seseorang bergerak kehulu estuaria, kisaran suhu tahuananmenjadi lebih besar. Begitu pula kisaran suhu paling kecil dimana percampuran air twar minimal. Suhu yang bervariasi secara vertical. Perairan permukaan mempunyai kisaran yang terbesar, dan perairan lebih dalam kisaran suhunya lebih kecil. Pada estuaria baji garam, perbeaan suhu vertical ini juga memperlihatkan kenyataan bahwa perairan permukaan didominasi air tawar, sedangkan perairan yang lebih dalam didominasi atau seluruhnya terdiri dari air laut.
Aksi ombak dan arus, pada lingungan estuaria dikelilingi daratan pada tiga sisi. Ini berarti bahwa luas perairan yang ada diatasnya angina sanggup bertiup untuk membuat ombak yaitu minimal. Paling tidak kalau disbanding dengan lautan. Karena ombak bergantung pada luas perairan terbuka yang diatasnya angina sanggup bertiup, berarti pada daerah perairan yang sempit menghasilkan ombak yang kecil. Arus estuaria dipengaruhi oleh acara pasang surut dan anutan sungai. Untuk daerah hulu terjadi masukan air tawar yang terus menerus. Sebagian akan bercampur dengan air laut. Pada akhirnya sebagian besar juga mengalir keluar estuaria. Atau menguap untuk mengimbangi air berikutnya yang masuk kebagian hulu. Selain itu juga kekeruhan dimana jumlah partikel tersuspensi dalam perairan estuaria setidak-tidaknya pada waktu tertentu dalam setahun air menjadi sangat keruh. Kekerhan terjadi pada ketika anutan sungai maksimum . kekeruhan suatu estuaria mendekati konsentrasi plankton dan atau kecepatan angin. Pengaruh ekologi utama kekeruhan yaitu penurunan penetrasi cahaya secara mencolok. Hal ini menimbulkan menurunkan fotosintesis fitoplankton dan tanaman bentik yang menimbulkan turunya produktivitas. Untuk jumlah oksigen yang masuk kedalam estuaria gotong royong dengan kedangkalannya, pengadukannya, dan pencampuran oleh angin biasanya berarti cukupnya persediaan oksigen. Karena kelarutan oksigen dalam air berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas jumlah oksigen dalam air akan bervariasi sesuai dengan variasi parameter.
Hewan yang bisa hidup
Daerah estuarin merupakan tempat hidup yang baik bagi populasi ikan kalau dibandingkan dengan jenis ikan lainnya. Daerah ini merupakan tempat untuk berpijah dan membesarkan anak-anaknya bagi beberapa spesies ikan. Adapun faktor yang mengakibatkan daerah ini mempunyai nilai produktivitas tinggi yaitu, disana terdapat suatu penambahan bahan- materi organik secara terus menerus yang berasala dari daerah anutan sungai, perairan estuarin yaitu dangkal, sehingga cukup mendapatkan matahari untuk membantu kehidupan tumbuh-tumbuhan yang sangat banyak, daerah estuarin merupak tempat yang relative kecil mendapatkan agresi gelombang hasilnya detritus sanggup menumpuk didalamnya, agresi pasang selalu mengaduk-aduk materi organic yang berada disekitar tumbuh-tumbuhan.
Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya yaitu percampuran antara yang hidup endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari maritim dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial, ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan asuhan. Kepiting (Scylia serrata), tiram (Crassostrea cucullata) dan banyak ikan komersial merupakan binatang estuari. Udang niaga yang memijah di maritim lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber makanan.
Terdapat juga binatang yang sanggup kita golongkan kedalam kompenen peralihan, kedalam kompenen ini termasuk dalam organisme menyerupai ikan yang melaksanakan migrasi yang melewati estuaria dalam perjalananya kedaerah pemijahan baik diair tawar maupun air laut, pola umum yaitu ikan salem (Salmo, Oncorbyncus) dan Belut maritim (Anguilla). Sedangkan untuk fauna peralihan juga termasuk binatang yang ada di estuaria hanya untuk mencari makan dan termasuk aneka macam burung dan ikan. Organisme estuarin berasal dari binatang maritim dan bukan dari air tawar, lantaran binatang maritim bisa mentolerir penurunan sanilitas yang besar daripada spesies air tawar menghadapi kenaikan salinitas.

D.    EKOLOGI LAUT

Kehidupan biota laut, dimana pun, selalu dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan. Factor-faktor tersebut sanggup berperan gotong royong atau satu factor lebih menonjol pengaruhnya dari yang lain.
Lingkungan maritim selalu berubah dan dinamik. Perubahan tersebut akan mengubah intensitas factor-faktor lingkungan. Factor-faktor lingkungan yang banyak besar lengan berkuasa terhadap terhadap kehidupan di maritim adalah:
1.    Gerakan air
2.    Suhu dan densitas air
3.    Salinitas
4.    Cahaya
Air maritim selalu dalam keadaan bergerak, yang disebabkan oleh angin yang berhembus di atas permukaannya, pengadukan yang terjadi akhir perbedaan suhu air di dua lapisan, perbedaan tinggi permukaan laut, pasang-surut dan lain-lain. Gerakan air maritim ini dikenal sebagai arus, gelombang, permukaan massa air (upwelling), tenggelaman massa air (downwelling) dan sebagainya.
Salinitas air maritim berasal dari dalam dasar maritim melalui proses outgassing, yaitu rembesan dari kulit bumi dari dasar maritim yang berbentuk gas ke permukaan dasar laut. Kadar garam ini tetap tidak berubah sepanjang massa.
Zat-zat terlarut yang membentuk garam, yang kadarnya diukur dengan istilah salinitas sanggup dibagi menjadi empat, yaitu:
a.    Konstituen utama : Cl, Na, SO4, dan Mg.
b.    Gas terlarut        : CO2, N2, dan O2.
c.    Unsure hara        : Si, N, dan P.
d.    Unsur runut        : I, Fe, Mn, Pb, dan Hg
Suhu alami maritim berkisar antara suhu di bawah 0 C hingga 33 C. di permukaan laut, air maritim membeku pada suhu -1,9 C. uumumnya ada korelasi tak langsungg antara suhu dan densitas, lantaran ada gangguan atom-atom dalam molekul air. Kenaikan suhu menurunkan densitas air maritim dan menambah daya larut air laut.
Caahaya bagi binatang maritim mempunyai efek terbesar secara tidak langsung, yakni sebagai sumber energy untuk proses fotosintesis tanaman yang menjadi referensi hidupnya. Cahaya juga merupakan factor penting dalam hubungannya dengan perpindahan populasi binatang laut.

Zonasi perairan laut
Dari perspektif ekologis, lautan sanggup dibagi menjadi daerah neritik di atas paparan benua (continental shelf) dan kedalaman oseanik yang terletak sehabis paparan benua yang relative dangkal. Bagian neritik yang terletak di lepas pantai disebut zona litoral. Karena arusnya dan penetrasi sinar matahari penuh akhir kedangkalannya, zona litoral sangat kaya akan binatang dan tumbuhan. Lebih bersahabat lagi dengan pantai dari pada zona litoral disebut zona antarpasang (intertidale zone, zona pasang surut), yang secara periodic tertutup oleh air ketika pasang naik dan terbuka ketika pasang surut. Kedalaman-kedalaman maritim dibagi menjadi zona pelagic yang kaya plankton dan zona abisal yang lebih dalam lagi.

Tentang zonasi maritim Kimball (1991), menjelaskan bahwa lautan sanggup digambarkan dalam istilah zona, dan banyak persamaan di antara keduanya. Pinggiran maritim disebut zona intertidal. Daerah ini terdiri atas pasir pantai, karang, muara, dan dii daerah tropic dan subtropik, ada rawa mangrove dan gosong karang.
Lautan yang relative dangkal dan meluas ke pinggiran selat benua dinamakan zona neritik. Zona oseanik terdapat di atas lembah lautan.

Kehidupan di Laut
Meskipun dilaut terdapat kehidupan yang beraneka ragam, tetapi lazimnya biota maritim hanya dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama, yakni palankton, nekton, dan bentos. Plankton hidup di zona pelagic dan meengapung, menghanyut, atau berenang sangat lemah. Plankton terdiri dari fito plankton dan zooplankton. Nekton yaitu biota yang berenang-renang, yang hanya terdiri dari hewan. Sedangkan benthos yaitu biota yang hidup di atas atau di dalam dasar laut, baik itu tanaman ataua hewan.
Di maritim tanaman merupakan produsen yang sesungguhnya. Dari keempat divisi tumbuhan, hanya ada dua divisi yang sanggup ditemukan di laut, yaitu Thallophyta dan Spermatophyta. Kelas Thallophyta yaitu Myxophyceae (alga hijau-biru), Chlorophyceae (alga hijau), Phaephyceae (alga coklat), Rhodophyceae (alga merah).

E.    PENGELOLAAN EKOSISTEM PERAIRAN

River continuum concept
Pengelolaan pesisir
Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu menghendaki adanya keberlanjutan (sustainability) dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir. Sebagai daerah yang dimanfaatkan untuk aneka macam sektor pembangunan, wilayah pesisir mempunyai kompleksitas isu, permasalahan, peluang dan tantangan.
Terdapat beberapa dasar aturan pengelolaan wilayah pesisir yaitu:
1) UU No. 5 tahun 1990, ihwal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya.
2) UU No. 24 tahun 1992, ihwal Penataan Ruang.
3) UU No. 23 tahun 1997, ihwal Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4) UU No. 22 tahun 1999, ihwal Pemerintahan Daerah.
5) PP No. 69 tahun 1996, ihwal Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang.
6) Keputusan Presiden RI No. 32 tahun 1990, ihwal Pengelolaan Kawasan Lindung.
7) Permendagri No. 8 tahun 1998, ihwal Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah.
8) Berbagai perda yang relevan.
Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan maritim yang tidak memenuhi kaidah-kaidah pembangunan yang berkelanjutan secara signifikan mempengaruhi ekosistemnya. Kegiatan pembangunan yang ada di daerah ini akan sanggup mempengaruhi produktivitas sumberdaya akhir proses produksi dan residu, dimana pemanfaatan yang berbeda dari sumberdaya pesisir kerap menimbulkan konflik yang sanggup berdampak timbal balik. Oleh lantaran itu pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk tujuan pembangunan nasional akan sanggup berhasil kalau dikelola secara terpadu (Integrated Coastal Zone Management, ICZM). Pengalaman menunjukan bahwa pengelolaan atau pemanfaatan daerah pesisir secara sektoral tidaklah efektif (Dahuri et. al 1996; Brown 1997; Cicin-Sain and Knecht 1998; Kay and Alder 1999).

Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu yaitu suatu proses iteratif dan evolusioner untuk mewujudkan pembangunan daerah pesisir secara optimal dan berkelanjutan. Tujuan tamat dari ICZM bukan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi (economic growth) jangka pendek, melainkan juga menjamin pertumbuhan ekonomi yang sanggup dinikmati secara adil dan proporsional oleh segenap pihak yang terlibat (stakeholders), dan memelihara daya dukung serta kualitas lingkungan pesisir, sehingga pembangunan sanggup berlangsung secara lestari. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka unsur esensial dari ICZM yaitu keterpaduan (integration) dan koordinasi. Setiap kebijakan dan taktik dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir harus menurut kepada : (1) pemahaman yang baik ihwal proses-proses alamiah (eko-hidrologis) yang berlangsung di daerah pesisir yang sedang dikelola; (2) kondisi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat; dan (3) kebutuhan ketika ini dan yang akan tiba terhadap barang dan (produk) dan jasa lingkungan pesisir.
Di dalam proses pengelolaan dilakukan identifikasi dan analisis mengenai aneka macam gosip pengelolaan atau pemanfaatan yang ada maupun yang diperkirakan akan muncul dan kemudian menyusun serta melaksanakan kebijakan dan agenda agresi untuk mengatasi gosip yang berkembang. Proses pengelolaan daerah pesisir secara terpadu dan berkelanjutan ini paling kurang mempunyai empat tahapan utama : (1) penataan dan perencanaan, (2) formulasi, (3) implementasi, dan (4) penilaian (Cicin-Sain and Knecht 1998). Pada tahap perencanaan dilakukan pengumpulan dan analisis data guna mengidentifikasi hambatan dan permasalahan, potensi dan peluang pembangunan dan tantangan. Atas dasar ini, kemudian ditetapkan tujuan dan sasaran pengelolaan atau pemanfaatan dan kebijakan serta taktik dan pemilihan struktur implementasi untuk mencapai tujuan tersebut.
Oleh lantaran tujuan ICZM yaitu mewujudkan pembangunan daerah pesisir secara berkelanjutan maka keterpaduan dalam perencanaan dan pengelolaan daerah pesisir dan maritim meliputi empat aspek, yaitu : (a) keterpaduan wilayah/ekologis; (b) keterpaduan sektor; (c) keterpaduan disiplin ilmu; dan (d) keterpaduan stakeholder. Dengan kata lain, penetapan komposisi dan laju/tingkat acara pembangunan pesisir yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang sanggup dirasakan oleh segenap stakeholders secara adil dan berkelanjutan. Pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu intinya merupakan suatu proses yang bersifat siklikal. Dengan demikian terlihat bahwa pendekatan keterpaduan pengelolaan/pemanfaatan daerah pesisir dan maritim menjadi sangat penting, sehingga dibutuhkan sanggup terwujud one plan dan one management serta tercapai pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Secara skematik kerangka konsep studi disajikan pada Gambar 1.


F.    PENCEMARAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Aspek fisika pencemaran perairan
Aspek kimia pencemaran perairan
Aspek biologi pencemaran lingkungan



DAFTAR PUSTAKA

Ewusie, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: Penerbit ITB.
Deshmukh, Ian. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kimball, Jhon W. 1991. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Romimohtarto, Kasijan. 2007. Biologi laut: Ilmu pengetahuan ihwal Biota Laut. Jakarta: Djambatan.
Yudha, Indra Gumay. 2008. Ekosistem Perairan Tawar.
Sumber http://makalahtugasmu.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)