Selasa, 15 Mei 2018

Proses Pembentukan Minyak Bumi

Minyak bumi terbentuk dari penguraian senyawa-senyawa organik dari jasad mikroorganisme jutaan tahun yang kemudian di dasar bahari atau di darat. Sisa-sisa tumbuhan dan binatang tersebut tertimbun oleh endapan pasir, lumpur, dan zat-zat lain selama jutaan tahun dan mendapat tekanan serta geothermal secara alami. Bersamaan dengan proses tersebut, kuman pengurai merombak senyawa-senyawa kompleks dalam jasad organik menjadi senyawa-senyawa hidrokarbon. Proses penguraian ini berlangsung sangat lamban sehingga untuk membentuk minyak bumi diharapkan waktu yang sangat lama. Itulah sebabnya minyak bumi termasuk sumber daya alam yang tidak sanggup diperbarui, sehingga diharapkan kebijaksanaan dalam eksplorasi dan pemakaiannya.

Hasil peruraian yang berbentuk cair akan menjadi minyak bumi dan yang berwujud gas menjadi gas alam. Untuk mendapat minyak bumi ini sanggup dilakukan dengan pengeboran. Beberapa cuilan jasad renik mengandung minyak dan lilin. Minyak dan lilin ini sanggup bertahan usang di dalam perut bumi. Bagian-bagian tersebut akan membentuk bintik-bintik, warnanya pun berkembang menjadi cokelat tua. Bintink-bintik itu akan tersimpan di dalam lumpur dan mengeras lantaran terkena tekanan bumi. Lumpur tersebut berkembang menjadi batuan dan terkubur semakin dalam di dalam perut bumi. Tekanan dan geothermal secara alami akan mengenai batuan lumpur sehingga mengakibatkan batuan lumpur menjadi panas dan bintin-bintik di dalam batuan mulai mengeluarkan minyak kental yang pekat. Semakin dalam batuan terkabur di perut bumi, minyak yang dihasilkan akan semakin banyak. Pada ketika batuan lumpur mendidih, minyak yang dikeluarkan berupa minyak cair yang bersifat encer, dan ketika suhunya sangat tinggi akan dihasilkan gas alam. Gas alam ini sebagian besar berupa metana.
Baca Juga : Makalah Minyak Bumi dan Teori Proses Pembentukan Minyak Bumi
Sementara itu, ketika lempeng kulit bumi bergerak, minyak yang terbentuk di banyak sekali tempat akan bergerak. Minyak bumi yang terbentuk akan terkumpul dalam pori-pori kerikil pasir atau kerikil kapur. Oleh lantaran adanya gaya kapiler dan tekanan di perut bumi lebih besar dibandingkan dengan tekanan di permukaan bumi, minyak bumi akan bergerak ke atas. Apabila gerak ke atas minyak bumi ini terhalang oleh batuan yang kedap cairan atau batuan tidak berpori, minyak akan terperangkap dalam batuan tersebut. Oleh lantaran itu, minyak bumi juga disebut petroleum. Petroleum berasal dari bahasa Latin, petrus artinya kerikil dan oleum yang artinya minyak.

Daerah di dalam lapisan tanah yang kedap air tempat terkumpulnya minyak bumi disebut cekungan atau antiklinal. Lapisan paling bawah dari cekungan ini berupa air tawar atau air asin, sedangkan lapisan di atasnya berupa minyak bumi bercampur gas alam. Gas alam berada di lapisan atas minyak bumi lantaran massa jenisnya lebih ringan daripada massa jenis minyak bumi. Apabila akumulasi minyak bumi di suatu cekungan cukup banyak dan secara komersial menguntungkan, minyak bumi tersebut diambil dengan cara pengeboran. Minyak bumi diambil dari sumur minyak yang ada di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi-lokasi sumur-sumur minyak diperoleh sesudah melalui proses studi geologi analisis sedimen abjad dan struktur sumber.
Baca Juga : Sejarah Lairnya Hukum di Indonesia
Berikut yakni langkah-langkah proses pembentukan minyak bumi beserta gamar ilustrasi:

1. Ganggang hidup di danau tawar (juga di laut). Mengumpulkan energi dari matahari dengan fotosintesis.
2. Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka akan terendapkan di dasar cekungan sedimen dan membentuk batuan induk (source rock). Batuan induk yakni batuan yang mengandung karbon (High Total Organic Carbon). Batuan ini sanggup batuan hasil pengendapan di danau, di delta, maupun di dasar laut. Proses pembentukan karbon dari ganggang menjadi batuan induk ini sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan sedimen akan mengandung minyak atau gas bumi. Jika karbon ini teroksidasi maka akan terurai dan bahkan menjadi rantai karbon yang mustahil dimasak.


3. Batuan induk akan terkubur di bawah batuan-batuan lainnya yang berlangsung selama jutaan tahun. Proses pengendapan ini berlangsung terus menerus. Salah satu batuan yang menimbun batuan induk yakni batuan reservoir atau batuan sarang. Batuan sarang yakni kerikil pasir, kerikil gamping, atau batuan vulkanik yang tertimbun dan terdapat ruang berpori-pori di dalamnya. Jika tempat ini terus karam dan terus ditumpuki oleh batuan-batuan lain di atasnya, maka batuan yang mengandung karbon ini akan terpanaskan. Semakin kedalam atau masuk amblas ke bumi, maka suhunya akan bertambah. Minyak terbentuk pada suhu antara 50 hingga 180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai jikalau suhunya mencapat 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah lantaran cekungan itu semakin turun dalam yang juga diikuti penambahan batuan penimbun, maka suhu tinggi ini akan memasak karbon yang ada menjadi gas.
Baca Juga : Konsep Ilmu Ekonomi dan Permasalahannya
4. Karbon terkena panas dan bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrokarbon. Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang telah matang ini berupa minyak mentah. Walaupun berupa cairan, ciri fisik minyak bumi mentah berbeda dengan air. Salah satunya yang terpenting yakni berat jenis dan kekentalan. Kekentalan minyak bumi mentah lebih tinggi dari air, namun berat jenis minyak bumi mentah lebih kecil dari air. Minyak bumi yang mempunyai berat jenis lebih rendah dari air cenderung akan pergi ke atas. Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang ibarat mangkok terbalik, maka minyak ini akan tertangkap dan siap ditambang.


ARTIKEL LAINNYA :

Sumber http://pendidikansrg.blogspot.com


EmoticonEmoticon