Kamis, 28 Juni 2018

Cerita Inspiratif: Anakku Yang Ranking Ke-23 Dari 25 Anak

 dengan panjang lebar hingga ratusan kata bahkan hingga ribuan kata hanya dalam hitungan  Cerita Inspiratif: Anakku yang Ranking ke-23 dari 25 AnakCukup dengan menawarkan hastag #StatusCopas kita sudah sanggup mengisi "apa yang Anda pikirkan" dengan panjang lebar hingga ratusan kata bahkan hingga ribuan kata hanya dalam hitungan 5 hingga 10 detik. Status copy paste yang akan kita bagikan atau simpan disini juga yaitu status dari apa yang dipikirkan oleh teman-teman di facebook. Kita simpan dengan baik sebagai catatan bagi para manusia pendidik dan terkhusus bagi orangtua.

Sebelumnya catatan yang sangat baik dan sangat bekerjasama dengan catatan berikut ini, yaitu ihwal Hasil Belajar Anak: Nilai Raport Atau Ranking Bukanlah Hal Yang Utama.

Catatan yang kita sharing-kan disini ihwal bagaimana seorang ibu yang menceritakan anak perempuannya yang selalu menerima ranking ke-23 dari 25 anak. Memang di kelas tersebut masih ada ranking 24 dan ranking 25 tetapi alasannya ranking 23 selalu jatuh pada anak wanita mereka setiap kenaikan kelas sehingga lambat laun ia dijuluki dengan panggilan nomor ini.

Sebagai orangtua, siapapun niscaya tidak bahagia atau tidak suka bila anak mereka dipanggil dengan pangilan yang kurang lezat didengar. Tetapi meskipun dipanggil menyerupai itu si anak tidak merasa keberatan dengan panggilan itu. Jadi, bila teman-teman di sekolahnya akan memanggil beliau dengan panggilan itu, beliau tidak akan keberatan, tetap membalaa pangilan temannya dengan baik dan sopan.

Pada suatu ketika pada sebuah program keluarga besar, kami berkumpul bersama di sebuah restoran. Topik pembicaraan semua orang menyerupai umumnya keluarga besar berkumpul yaitu ihwal pendekar mereka masing-masing. Disini pendekar keluarga yaitu anak-anak. Anak-anak ditanya apa impian mereka kalau sudah besar? Ada yang menjawab jadi dokter, pilot, arsitek, polisi bahkan presiden. Semua orangpun bertepuk tangan. Anak wanita kami terlihat sangat sibuk membantu anak kecil lainnya makan. Semua orang tiba-tba teringa kalau kalau hanya anak perempuanku saja yang belum mengutarakan cita-citanya.

Karena semua menanaykan dan didesak oleh orang banyak, kesudahannya beliau menjawab:
"Saat saya dewasa, cita-citaku yang pertama yaitu menjadi seorang guru Taman Kanak-kanak (Taman Kanak-kanak), memandu bawah umur menyanyi, menari kemudian bermain-main".

Hanya alasannya subuah kesopanan, keluarga dan semua orang tetap menawarkan tepuk tangan dan pujian, kemudian menanyakan apa cita-citanya yang kedua. Diapun menjawab :
“Saya ingin menjadi seorang ibu bagi bawah umur saya nantinya, mengenakan kain celemek bergambar Doraemon dan memasak di dapur, kemudian membacakan dongeng untuk anak-anakku dan membawa mereka ke teras rumah untuk melihat bintang”.

Kami semua keluarga besar saling pandang tanpa tahu harus berkata apa. Raut muka suamiku menjadi canggung sekali. Sepulangnya kami kembali ke rumah, suamiku mengeluhkan ke padaku, apakah saya akan membiarkan anak wanita kami kelak hanya menjadi seorang guru TK?
Anak kami sangat gampang diatur dan penurut, kini beliau tidak lagi membaca komik, tidak lagi menciptakan origami, tidak lagi banyak bermain.

Bagaikan seekor burung kecil yang kelelahan, beliau ikut les berguru sore dan les berguru malam hari sambung menyambung, buku pelajaran dan buku latihan dikerjakan terus tanpa henti. Sampai datang waktunya dimana badan kecilnya tidak sanggup bertahan lagi, beliau terjangkit flu berat dan radang paru-paru. Meskipunusaha yang dilakukan tampaknya sudah maksimal tetapi hasil ujian semesternya menciptakan kami tidak tahu mau tertawa atau menangis, tetap saja rangking 23. Kami sama menyerupai orangtua lainnya yang sangat sayang pada anak, namun kami sungguh tidak tahu lagi bagaimana memahami akan nilai sekolahnya.

Pada suatu ahad kami ikut program dari kantor, teman-teman sekantor mengajak pergi rekreasi bersama. Semua orang membawa serta bawah umur dan keluarga mereka. Sepanjang perjalanan penuh dengan canda dan tawa, ada anak yang bernyanyi, ada juga yang memperagakan kebolehannya. Karena anak kami tidak punya keahlian khusus menyerupai bawah umur lainnya jadi hanya terus bertepuk tangan dengan sangat gembira. Dia sering kali lari ke belakang untuk mengawasi materi makanan.

Merapikan kembali kotak kuliner yang terlihat sedikit miring, mengetatkan tutup botol yang longgar atau mengelap wadah sayuran yang meluap ke luar. Dia sibuk sekali tapi tampaknya juga senang, bagaikan seorang pengurus rumah tangga cilik. Ketika makan, ada satu insiden tak terduga. Dua orang anak lelaki sahabat kami, satunya si jenius matematika, satunya lagi mahir bahasa Inggris berebut sebuah kue. Mereka berdua ngotot dan tidak ada yang mau melepaskannya, juga tidak mau saling membaginya. Para orang renta membujuk mereka, namun tak berhasil. Terakhir anak kamilah yang berhasil melerainya dengan merayu mereka untuk berdamai.

Ketika pulang, jalanan macet. Anak-anak mulai terlihat gelisah. Anakku justru berani menciptakan guyonan dan terus menciptakan orang-orang semobil tertawa tanpa henti. Tangan kecilnya juga tidak pernah berhenti selalu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kecil, beliau mengguntingkan banyak sekali bentuk binatang kecil dari kotak bekas kawasan makanan. Pada ketika ditujuan selesai bus untuk pulang kerumah masing-masing, ketika turun dari kendaraan beroda empat bus, setiap orang mendapatkan guntingan kertas binatang shio-nya masing-masing. Mereka terlihat begitu gembira.

Selepas ujian semester, saya mendapatkan telpon dari guru wali kelas anakku. Pertama kali kabar yang saya sanggup yaitu kabar kalau rangking sekolah anakku tetap 23. Tetapi guru wali kelasnya menyampaikan bahwa ada satu hal absurd yang terjadi. Hal yang pertama kali ditemukannya selama lebih dari 30 tahun menjadi guru dan mengajar. Dalam ujian bahasa ada sebuah soal tambahan, yaitu SIAPA TEMAN SEKELAS YANG PALING KAMU KAGUMI dan APA ALASANNYA.

Semua sahabat sekelasnya menuliskan nama : ANAKKU!

Teman-teman anakku satu kelasnya menyampaikan anakku sangat bahagia membantu orang, selalu memberi semangat, selalu menghibur, selalu lezat diajak berteman, dan banyak lagi. Ibu guru wali kelas memberi pujian: “Anak ibu ini kalau bertingkah laris terhadap orang, benar-benar nomor satu”.

Saya bercanda pada anakku, “Suatu ketika kau akan jadi pahlawan”
Anakku yang sedang merajut selendang leher dengan sigap menjawab : “Bu guru pernah menyampaikan sebuah pepatah, ketika pahlawan lewat, harus ada orang yang bertepuk tangan di tepi jalan.”

*“IBU... AKU TIDAK MAU JADI PAHLAWAN... AKU MAU JADI ORANG YANG BERTEPUK TANGAN DI TEPI JALAN”*
Aku terkejut mendengarnya. Dalam hatiku pun terasa hangat seketika. Seketika hatiku tergugah oleh anak perempuanku.

Di dunia ini banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi seorang pahlawan. Namun Anakku menentukan untuk menjadi orang yang tidak terlihat. Seperti akar sebuah tanaman, tidak terlihat, tapi ialah yang mengokohkan.

Jika ia sanggup Sehat, bila ia sanggup hidup dengan Bahagia, bila tidak ada rasa bersalah dalam hatinya, MENGAPA ANAK-ANAK KITA TIDAK BOLEH MENJADI SEORANG BIASA YANG BERHATI BAIK dan JUJUR

Mari sayangi anak kita dan kisah ini untuk guru dan orang renta yang menyayangi Anaknya dan berusaha menciptakan hidup mereka lebih baik tetapi tidak memaksakan apa yang mereka inginkan pada bawah umur mereka.

Catatan orang renta ini juga menjadi catatan yang baik kepada kita Bapak/ibu guru semoga kita juga sanggup melihat hal-hal konkret dari bawah umur yang kita didik di sekolah. Hal-hal baik yang sanggup kita lihat bukan semata hanya alasannya bawah umur yang kita ajari sanggup mendapatkan teorema-teoram ayng kita ajarkan dari bidang mata pelajaran yang kita ajarkan.

Oh iya... hingga ketika ini saya juga masih mencari orangtua yang menuliskan kisah ini pertama kali dan mempublikasikan goresan pena ini pada media umum atau mungkin blog pribadi. Saya mau ucapkan terima kasih untuk goresan pena inspiratifnya dan menciptakan di bawah ini nama penulisnya. Jika Anda mengetahuinya mohon infokan kepada saya, Terima Kasih.

Mari membuatkan hal-hal baik 💗 semoga semakin banyak hal baik di lingkungan kita.

Video pilihan khusus untuk Anda 💗 Pesan Bapak Anies Baswedan ketika menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sangat menginspirasi untuk para guru;

 dengan panjang lebar hingga ratusan kata bahkan hingga ribuan kata hanya dalam hitungan  Cerita Inspiratif: Anakku yang Ranking ke-23 dari 25 Anak




Sumber http://www.defantri.com


EmoticonEmoticon