Sabtu, 15 Desember 2018

Bagaimana Mengatasi Anak Yang Sulit Makan

Bagaimana Mengatasi Anak Yang Sulit Makan Bagaimana Mengatasi Anak Yang Sulit MakanSenangnya hati setiap orang bau tanah kala melihat bayinya yang masih berusia 5-7 bulan menyantap bubur susu maupun bubur saringnya dengan lahap. Begitu juga dikala si kecil sudah mulai diperkenalkan dengan nasi tim yang diblender. "Pintar anak Bunda. Makannya hebat, pahlawan deh," begitu puji si ibu setiap kali bayinya yang berusia 9-10 bulan menyantap higienis isi mangkuk berupa tim lengkap dengan lauk ayam, kacang hijau, wortel dan bayam atau kangkung.

Namun begitu menginjak usia 11-12 bulan dan seterusnya hingga usia 3 tahunan, kebahagiaan semacam itu ada yang tinggal kenangan. Si kecil yang tadinya lahap makan sekarang mendadak susah makan. "Wah, jangan tanya deh /gimana/ susahnya /nyuapin/ anak seumur ini. Bisa masuk lima suap saja, sudah hebat!" Nada bicara semacam ini bukan dicari-cari lo, melainkan "ungkapan tulus" secara umum dikuasai orang tua. Sesabar apa pun orang bau tanah atau pengasuh menyuapinya, program makan seakan menjadi ajang "pertengkaran". Ada saja ulahnya. Dari yang selalu menolak makan dengan menutup rapat mulutnya, hingga menyembur-nyemburkan atau melepeh kembali kuliner yang sudah berhasil masuk ke mulutnya.

Hal ini tentu saja menciptakan orang bau tanah waswas. Terlebih sebagai balasannya berat tubuh si kecil susah sekali naik. Padahal di usia ini anak justru perlu menerima asupan gizi lebih banyak dibanding dikala bayi. Pasalnya, daya jelajah anak semakin luas mengingat ia sudah sanggup berjalan. Otaknya pun "lapar" untuk mendapatkan aneka macam masukan mengenai hal-hal gres melalui aneka macam stimulasi.

Akan tetapi, papar dr. Nuraini Irma Susanti Sp.A., keadaan menyerupai ini seakan diputarbalikkan oleh aneka mitos yang banyak diyakini masyarakat. Seperti, "Kalau anak mau jalan, biasanya memang susah makan. Wajar /aja/ kalau badannya jadi kurus." Atau, "Enggak usah cemas, itu tandanya anak mau pintar."

ALASAN MENOLAK MAKANAN
Biasanya, kata dokter yang berpraktek di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan ini, anak mulai menerima kuliner tambahan dan susu pendamping ASI di usia 6-7 bulan. Semakin bertambah usianya, menyerupai dikala memasuki usia 9 bulan, maka porsi makannya harus lebih besar dibanding ASI. Biasanya, anak menerima tiga jenis kuliner dalam satu hari, adalah kuliner padat, susu tambahan pendamping ASI, maupun ASI itu sendiri. Dalam menjalani kebiasaan gres ini, sanggup saja anak mengalami hal-hal yang membuatnya enggan menyantap makanan. Inilah alasannya:

Baca juga: Bagaimana Menjadi Orang Tua Yang Merupakan Guru Terbaik Bagi Anak-anak

PENYEBAB SI KECIL MULAI SULIT MAKAN

1. Tak pernah benar-benar lapar
Tak heran jikalau kuliner yang terdiri atas tiga kali kuliner utama dan dua kali kuliner selingan membuatnya kenyang. Makara ketika waktu makan yang berikutnya tiba, ia belum benar-benar lapar. Ditambah lagi rutinitas makan dan minum susu yang sanggup menciptakan anak bosan. Hal menyerupai ini akan terbawa terus hingga masa batita awal. Namun orang bau tanah sering lupa dan menganggap sikap menolak atau melepehkan kuliner sebagai dilema besar.

2. Mulai punya selera terhadap rasa
Yang juga kerap terlupakan, di usia batita ini rasa ingin tahu anak sudah semakin besar. Ia sudah punya selera tersendiri terhadap makanan. Itulah kenapa kuliner anak usia ini dihentikan disamakan dengan kuliner bayi yang tawar. Tidak ada salahnya memperlihatkan rasa-rasa tertentu yang ia sukai ke dalam makanannya, menyerupai garam dan gula. Apa citarasa yang disukai anak, kiprah orang tualah untuk menemukannya.

3. Bosan tekstur yang halus dan campur aduk
Rasa bosan sanggup juga muncul dari tekstur. Bukan tidak mungkin anak bosan atau sudah merasa mual dengan kuliner lunak dan campur aduk menyerupai makanannya semasa bayi. Dengan demikian orang bau tanah mesti cerdik dalam menyiasati olahan dan penyajian makanan. Variasikan sedemikian rupa biar anak tetap suka makan, contohnya dengan memisah-misahkan lauknya dan memblender berasnya saja lebih dulu sebelum diolah.

4. Munculnya sikap negativistik
Sikap negativistik yang menjadi ciri usia batita antara lain ditandai dengan sikap penolakan terhadap rutinitas yang selama ini wajib dijalani anak. Namun, karena khawatir kecukupan gizi anak tidak terpenuhi, orang bau tanah biasanya makin keras memaksa anaknya makan. Padahal cara ini justru harus dihindari.

Asal tahu saja, semakin dipaksa anak usia ini justru akan makin /ngotot/ melaksanakan perlawanan sebagai wujud negativistiknya. Realisasinya apalagi kalau bukan penolakan terhadap makanan. Bisa dimaklumi kalau ada orang yang hingga pandai balig cukup akal emoh makan nasi atau sama sekali tak menyentuh daging. Bisa jadi sewaktu masih kecil yang bersangkutan sempat mengalami trauma akhir perlakuan orang tuanya yang selalu memberinya makan secara paksa.

5. Mulai cari perhatian
Cari perhatian biasanya ditunjukkan dengan mudahnya anak melahap makanannya dikala disuapi pengasuh sementara selagi disuapi orang tuanya malah jual mahal.

6. Mulai eksplorasi ke mana-mana
Ketika sudah mahir berjalan, anak akan lebih mengutamakan acara eksplorasi ketimbang program makan. Lihat saja cara bermainnya yang disertai gerakan berjalan, memanjat, atau berlari seolah tidak pernah lelah. Tak heran jikalau program makan dianggapnya sebagai acara buang-buang waktu, apalagi kalau diminta duduk diam.

7. Sedang sakit
Tidak mau makan yang disebabkan alasan medis biasanya disertai ciri-ciri tubuh lemas, sering demam, bolak-balik diare, berat badannya tak bergerak naik atau malah mengalami penurunan, dan adanya perubahan tingkah laku. Kalau semula anak terlihat aktif, riang dan "cerewet", maka di kala sakit ia lebih suka membisu dan terlihat malas-malasan.

Kalau anak memperlihatkan tanda-tanda menyerupai itu, tentu harus segera diperiksakan ke dokter. Sebab dilihat dari indikasinya, besar kemungkinan problema sulit makan ini disebabkan radang tenggorok, lambung terganggu, atau malah kena vlek paru-paru, bahkan TBC.

8. Kebanyakan diberi kuliner ringan cantik dan gurih
Bisa juga anak tampak lemas tapi tidak memperlihatkan tanda-tanda sakit. Yang menyerupai ini, berdasarkan Nuraini, boleh jadi akhir tidak tercukupinya asupan kalori dari kuliner padat. Anak yang sulit makan menyerupai ini biasanya punya kebiasaan makan yang salah. Semisal, belum apa-apa anak sudah dijejali susu, permen, cokelat, atau /snack/ yang mengandung MSG. "Sekalipun mengenyangkan, kuliner menyerupai ini jelas-jelas tidak sanggup memenuhi angka kecukupan gizi si kecil. Karena sudah merasa kenyang, jangan salahkan bila ia cenderung menolak kuliner padat."

Baca juga: Kebiasaan-kebiasaan Buruk Orangtua Yang Merugikan Anak

KIAT KREATIF MENGATASINYA

Nuraini mengakui bahwa mengatasi batita yang susah makan memang bukan dilema gampang. "Makanya saya selalu mengingatkan orang bau tanah pasien untuk senantiasa bersabar dan kreatif." Mencoba bersabar memang tidak mudah karena umumnya orang bau tanah lebih mudah kesal dan frustasi menghadapi si kecil yang tidak lagi kooperatif. Beberapa tips berikut sanggup dicoba untuk diterapkan di rumah:
  • Sebelum memberi makan, cicipi dulu kuliner tersebut. Kalau berdasarkan kita tidak enak, ya jangan paksa anak menikmatinya.
  • Kombinasikan rasa asin dan gurih dari lauk pauk secara pas dengan rasa asam dan cantik dari buah-buahan. Ini semata-mata supaya kuliner tersebut lezat untuk dicecap, harum ketika dicium, dan menggugah selera.
  • Variasikan hidangan setiap kali makan, baik dari pilihan materi makanannya maupun penyajiannya.
  • Begitu juga pilihan peralatan makan. Manfaatkan bentuk, gambar dan warna-warna menarik kesukaan anak. Sementara penyajiannya sanggup diakali dengan tampilan yang lucu dan menarik menyerupai hiasan dari tomat, wortel, sayur atau irisan telur di atasnya.
  • Soal lauk pauknya, berikan menyerupai apa yang dimakan anggota keluarga lainnya. Jangan membatasi dengan hanya memberinya olahan hati ayam, wortel dan bayam. Kacang merah yang ditumbuk, sup kacang hijau atau kacang polong sah-sah saja dicampur dengan ikan, daging sapi atau ayam maupun telur. Yang harus diberikan secara terbatas dan hati-hati sebetulnya hanyalah jenis lauk pauk yang mengundang alergi menyerupai ikan laut, udang, dan telur.
  • Bangun pula suasana makan yang menyenangkan. Bila perlu libatkan anak. Kalau anak suka makan sambil diiringi musik, /why not? /Kalau anak sanggup lahap sambil main mobil-mobilan, ya tidak apa-apa. "Asalkan lambut laun seiring dengan bertambahnya usia, anak harus digiring untuk tahu bahwa di sini dan begini, lo, cara makan yang baik itu."
  • Yang juga sering terjadi, gara-gara tidak mau makan, orang bau tanah lantas "menggenjot" anaknya dengan asupan susu lebih banyak. Padahal teladan menyerupai ini justru hanya akan membunuh nafsu makannya. Bagaimana pun, kuliner padat penting bagi anak. Terutama sebagai latihan dan pembelajaran mengunyah hingga menelan kuliner tanpa tersedak. "Tidak mungkin hingga pandai balig cukup akal ia hanya mengandalkan susu sebagai makanannya." Malahan, sumbangan susu sebaiknya dikurangi secara bertahap.
  • Hindari atau setidaknya kurangi sumbangan kuliner "alternatif" yang mengenyangkan menyerupai cokelat, dan sejenisnya. Kalau asupan karbohidratnya memang dianggap kurang, contohnya karena si anak tak suka nasi, berikanlah kuliner alternatif yang kandungan zat gizinya setara. Bisa roti, makaroni, jagung, dan lain-lain.
  • Berikan tambahan vitamin atau embel-embel kuliner yang sanggup menutupi kekurangan zat gizi tertentu akhir ia sulit makan. Jangan lupa, konsultasikan dulu dengan dokter yang sanggup menilai kebutuhan anak. Harus diingat bahwa vitamin/zat gizi yang terdapat dalam sumber nabati maupun hewani yang /fresh/ jauh lebih baik dari vitamin/zat gizi sejenis yang didapat dari suplemen.

PERKEMBANGAN OTAK DAN FISIK

Nuraini menyangkal pendapat yang menyampaikan perkembangan anak usia ini secara fisik memang sedang surut, sementara perkembangan otaknya meningkat pesat. "Yang benar, perkembangan otak dan fisik berjalan seiring. Untuk mendapatkan stimulasi, anak perlu eksplorasi dan biar sanggup bereksplorasi ia memerlukan kuliner berenerji yang sanggup diandalkan untuk menghasilkan tenaga. Jadi, tipis kemungkinan anak sanggup semakin pandai kalau fisiknya loyo."

KENALKAN RAGAM RASA AGAR TAK SULIT MAKAN

Manfaatnya bukan hanya si kecil jadi kenal aneka macam rasa, tapi juga terbiasa mencoba hal-hal baru. Praktek memang tak semudah teori. Banyak upaya variasi bentuk dan rasa kuliner sudah dikenalkan, tapi anak tetap susah makan atau hanya mau makan yang itu-itu saja. Singkatnya, anak sulit diperkenalkan dengan rasa baru. Menurut Ratih Adjayani, Psi., dari Lembaga Psikologi Terapan, Universitas Indonesia, orang bau tanah yang biasa mencekoki anaknya dikala mereka bayi biasanya akan menerima dilema sesudah anaknya memasuki usia batita. Penjelasannya, semakin besar anak, ia pun semakin sanggup memperlihatkan seleranya. Jadilah anak sangat pilih-pilih terhadap makanan; enggak mau yang kasarlah, enggak mau sayur, maunya kuliner yang digoreng saja, dan sebagainya.

Namun, orang bau tanah bukan satu-satunya sumber penyebab, kok. Anak yang suka pilih-pilih biasanya memang mempunyai abjad yang sulit. "Pada bawah umur yang berpikiran sempit, bila diperhatikan, pilihan kuliner mereka pun tidak beragam. Namun, bukan berarti anak yang mau makan segala macam tidak ada yang sulit, lo."

Baca juga: Gaya Mendidik Anak Yang Perlu Dihindari

Terlepas dari itu, Ratih mengingatkan sebesar apa pun penolakan anak, ragam rasa harus tetap diperkenalkan. Orang bau tanah jangan hingga pasrah dan tidak berbuat apa-apa. "Boleh-boleh saja anak punya kuliner favorit, tapi ia juga perlu disadarkan bahwa banyak kuliner lain yang perlu dicoba. "Jika orang bau tanah setiap hari hanya memberi sajian soto karena anak hanya ingin makan itu, tanpa sadar orang bau tanah membantu membangun sempitnya wawasan anak terhadap makanan."

Sebaliknya, keanekaragaman rasa yang diperkenalkan orang bau tanah akan membantu anak untuk lebih terbuka dan mempunyai wawasan yang lebih luas. "Semakin bermacam-macam kuliner yang diperkenalkan kepada anak, secara psikologis sebetulnya orang bau tanah juga mengajarkan anak untuk menjadi terbuka dan mau mencoba hal-hal baru."

LANGKAH MEMBUJUK SI KECIL

Sebagai awal perkenalan pada sajian dengan cita rasa baru, ciptakan suatu peraturan biar anak mau "menjauh" dari sajian favoritnya.
Contohnya, anak boleh saja menikmati mi instan kesukaannya tapi hanya satu kali dalam seminggu. Biarkan ia yang memilih harinya. Awalnya mungkin anak rewel, tapi usang kelamaan sikap itu akan hilang seiring dengan sikap konsisten yang orang bau tanah berikan.
  • Tawarkan kuliner pengganti. "Bagaimana kalau Mama bikin makaroni?" "Enggak mau!" "Cicipi saja dulu sedikit." Apa pun reaksi yang diberikan anak, bujuklah dan jangan sekali-kali menyebutnya sebagai anak nakal. Tak mau makan atau pilih-pilih kuliner bukanlah suatu kenakalan tapi kesukaan. Bukankah orang pandai balig cukup akal pun mempunyai kesukaan dalam hal makanan?. "Anak batita memang tengah berguru menyebarkan diri menjadi anak yang lebih besar dengan melaksanakan pilihan. Enggak heran kalau mereka sanggup sangat menjengkelkan dan menyebalkan sehingga menciptakan orang bau tanah /gregetan/. Tapi itu, kan, enggak perlu ditunjukkan atau dikatakan kepada anak."
  • Biarkan ia merasakan dulu. "Oke, Adek enggak senang spageti karena pedas. /Gimana/ kalau spagetinya enggak usah diberi saus?" Kalau ia sama sekali tak mau mencoba, ya, enggak apa-apa. Tidak usah dipaksa. Setidaknya ia sudah merasakan rasanya. Saat itu dijadikannya sebagai media petualangan dan belajar.
  • Kalaupun takut kuliner terbuang percuma, sanggup disiasati dengan memberinya seporsi kecil. Jangan lupa porsi anak memang tidak sebanyak porsi orang dewasa. "Kalau takut anak tidak kenyang setiap mencoba kuliner baru, orang bau tanah sanggup melengkapinya dengan susu atau camilan. Yang kalau dihitung-hitung kalori dan komposisi gizinya bahu-membahu sudah cukup untuk hari itu."

MANFAATKAN RESTORAN

Dalam memperkenalkan ragam rasa dan makanan, Ratih tak lupa mengusulkan biar orang bau tanah memanfaatkan kemudahan res- toran, tentu saja restoran yang nyaman dan menunya sanggup dinik- mati anak, tidak serbapedas atau terlalu keras misalnya. "Dari usia satu tahun anak sudah sanggup diajak ke restoran. Kalau mereka berlarian ke sana kemari tak apa-apa. Memang sifat anak masih begitu. Lama-lama anak akan berguru bagaimana harusnya bersikap, kok."

Saat di restoran inilah anak sanggup ditawarkan sajian baru. "Anak saya sendiri akhirnya mau makan bubur dengan kuah ikan sesudah merasakan di restoran. Lama-lama, kan, kita sanggup menciptakan bubur ikan sendiri di rumah," ujar ibu dua putra ini. "Dengan bersantap di restoran, setidaknya anak juga sanggup melihat orang bau tanah dan orang di sekitarnya menikmati aneka macam macam makanan."
Nah, dengan kenal aneka macam rasa dan makanan, anak tak akan rewel ketika harus pergi ke suatu daerah yang makanannya tak sama dengan kuliner di tanah airnya. Disaimping itu, tentu saja pemenuhan gizinya sanggup terpenuhi dengan baik.

DEFINISI "JANGAN DIPAKSA"

Kalimat, "Anak jangan dipaksa," berdasarkan Ratih, sanggup mempunyai makna ganda. Yang terperinci memang bukan berarti pemaksaan yang memakai kekerasan. Tapi juga bukan berarti orang bau tanah kemudian tidak berupaya sama sekali.

Bagaimanapun, jikalau orang bau tanah mempunyai suatu sasaran yang harus dicapai anak, ya sah-sah saja menggiringnya ke arah situ. Hanya saja, pengkondisiannya tidak dengan kekerasan dan ancaman, tapi dengan keceriaan. Ketika kita berkata, "Ayo, dong coba. Sedikit saja!" ini juga bahu-membahu sudah pemaksaan tapi secara halus.

Yang perlu dipahami, pengkondisian ini menciptakan orang bau tanah capek minta ampun. Namun, toh, hasil yang didapat pun besar. Ketika anak sudah mulai masuk sekolah dasar, ia akan terbiasa dengan aneka macam macam rasa kuliner dan tahu bahwa ada bermacam-macam masakan.

Baca juga: Kenali dan Pahami Gambaran Anak Usia Prasekolah

DIMULAI SEJAK BAYI

Idealnya, ungkap Ratih, anak sudah dikenalkan bermacam rasa semenjak ia mulai mengenal kuliner pendamping ASI. Tepatnya sesudah usia 6 bulan. Menginjak usia 1 tahun pencernaan anak sudah makin siap mendapatkan aneka macam macam makanan. Agar lidahnya terbiasa mengecap aneka macam rasa, variasikan sajian makanan. Tak perlu harus yang mahal atau yang susah diolah. Yang mudah tapi murah dan bergizi pun banyak. Yang penting orang bau tanah kreatif dan sering menggonta-ganti menu. Untul sajian sarapan, misalnya, jangan terbatas pada bubur beras saja, tapi diganti bubur sereal, olahan roti, kentang, mi, dan sebagainya.

Nasi sebagai kuliner pokok pun sanggup disulap menjadi aneka macam olahan, dari nasi goreng targehingga nasi keju. Begitu pun dengan jagung: sanggup direbus, dibakar, atau dilelehi margarin. Berbagai jus buah sanggup disajikan sendirisendiri atau dicampur. Misalnya, jus jeruk pada hari senin. Jus wortel di hari Selasa, dan jus wortel campur jeruk untuk hari Rabu. "Kebanyakan orang bau tanah karena tahu manfaat wortel jadi menyuguhi anak dengan wortel terus menerus. Akhirnya ya, anak jadi bosan. Padahal sanggup divariasikan."

Variasi kuliner juga sanggup berdasarkan tema. Seperti kuliner bertema merah. Lauknya sanggup berupa sup daging cincang dengan wortel dan tomat yang dipotong kecil-kecil. Lalu, buahnya semangka merah yang dibuat menyerupai bintang. "Mungkin anak hanya senang melihatnya tapi enggak mau memakannya dan hanya mengaduk-aduk. Ya, enggak apa-apa namanya juga sedang belajar."

SELAMAT MENCOBA! [kompas.com]

Video pilihan khusus untuk Anda 😊 Coba berikan permainan tangram pada anak-anak, Berikut hasil kreativitas dari permainan tangram;
Bagaimana Mengatasi Anak Yang Sulit Makan Bagaimana Mengatasi Anak Yang Sulit Makan


Sumber http://www.defantri.com


EmoticonEmoticon