Kamis, 02 Maret 2017

Perkembangan Teori Gravitasi

Gravitasi merupakan gaya interaksi mendasar yang ada di alam. Para perencana agenda ruang angkasa secara terus menerus menyelidiki gaya ini. Sebab, dalam sistem tata surya dan penerbangan ruang angkasa, gaya gravitasi merupakan gaya yang memegang peranan penting. Ilmu yang mendalami dinamika untuk benda-benda dalam ruang angkasa disebut mekanika celestial. Sekarang, pengetahuan ihwal mekanika celestial memungkinkan untuk menentukan bagaimana menempatkan suatu satelit dalam orbitnya mengelilingi
bumi atau untuk menentukan lintasan yang tepat dalam pengiriman pesawat ruang angkasa ke planet lain.
Sejak zaman Yunani Kuno, orang sudah berusaha menjelaskan ihwal kinematika sistem tata surya. Oleh lantaran itu, sebelum membahas aturan gravitasi Newton, ada baiknya apabila Anda juga memahami pedoman sebelum Newton menemukan aturan gravitasi.
Plato (427 – 347 SM) ilmuwan yunani mengemukakan bahwa bintang dan bulan bergerak mengelilingi bumi membentuk lintasan bulat sempurna. Claudius Ptolemaus pada periode ke-2 M juga menunjukkan pendapat yang serupa yang disebut teori geosentris. Teori ini menyatakan bumi sebagai sentra tata surya, sedangkan planet lain, bulan dan matahari berputar mengelilingi bumi. Namun, pendapat dari kedua tokoh tersebut tidak sanggup menjelaskan gerakan yang rumit dari planet-planet.
Nicolaus Copernicus, ilmuwan asal Polandia, mencoba mencari tanggapan yang lebih sederhana dari kelemahan pendapat Plato dan Ptolemaus. Ia mengemukakan bahwa matahari sebagai sentra sistem planet dan planet planet lain termasuk bumi mengitari matahari. Anggapan Copernicus menunjukkan dasar yang besar lengan berkuasa untuk menyebarkan pandangan mengenai tata surya. Namun, kontradiksi pendapat di kalangan ilmuwan masih tetap ada. Hal ini mendorong para ilmuwan untuk mendapat data pengamatan yang lebih teliti dan konkret.
Tyco Brahe (1546–1601) berhasil menyusun data mengenai gerak planet secara teliti. Data yang Tyco susun lalu dipelajari oleh Johannes Keppler (1571–1630). Keppler menemukan keteraturan-keteraturan gerak planet. Ia mengungkapkan tiga kaidah mengenai gerak planet, yang kini dikenal sebagai aturan I, II, dan III Kepler. Hukum-hukum Kepler tersebut menyatakan:
1. Semua planet bergerak di dalam lintasan elips yang berpusat di satu titik sentra (matahari).
2. Garis yang menghubungkan sebuah planet ke matahari akan menunjukkan luas sapuan yang sama dalam waktu yang sama.
3. Kuadrat dari periode tiap planet yang mengelilingi matahari sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-rata planet ke matahari.
Pendapat Copernicus dan aturan Keppler mempunyai kesamaan bahwa gaya sebagai penyebab keteraturan gerak planet dalam tata surya. Pada tahun 1687, Isaac Newton menunjukan dalam bukunya yang berjudul “Principia” bahwa gerakan bulan mengelilingi bumi disebabkan oleh efek suatu gaya. Tanpa gaya ini bulan akan bergerak lurus dengan kecepatan tetap. (Sesuai dengan inersia), gaya ini dinamakan gaya gravitasi.
Gaya gravitasi memengaruhi gerakan planet-planet dan benda-benda angkasa lainnya. Selain itu, gaya gravitasi juga penyebab mengapa semua benda jatuh menuju permukaan bumi. Pemikiran Newton merupakan buah karya luar biasa lantaran sanggup menyatukan teori mekanika benda di bumi dan mekanika benda di langit. Hal ini sanggup dilihat dari klarifikasi mengenai gerak jatuh bebas dan gerak planet dalam tata surya.

Sumber http://fisika-indonesia.blogspot.com


EmoticonEmoticon