Jumat, 16 Maret 2018

Kusimpan Dalam Mimpi



Ini cerpen yang gue tulis waktu gue liburan di Bandung, waktu bulan Maret lalu. Udah usang banget ya? Ini cerpen yang di buku tulis itu, lho, hehhe… Makasih banget buat Yulia Damayanti  yang udah mau ngetikin cerpen ini. Kalau nggak dibantu, nggak akan selesai. Kan gue ini termasuk orang yang nggak mau kerja dua kali, hehehe…  Makasih banyak lho, Dek.

Seperti biasa, gue tulis wacana Rio Ify. Ini RiFy lagi. Oh iya, untuk cerbung gue Sebel-Sebel Juga Cinta sama Lovely Maid sedang proses pengetikan. Gue lagi berjuang ngetik. Nanti, cerbung gue sama cerpen yang lain, di post waktu post besar-besaran(?) J.

Tertarik untuk baca?? Silakan kok. Happy Reading aja!!!!


Kusimpan dalam Mimpi

Aku bukan tak mengenalnya, bukan pula tidak mengetahuinya. Kau boleh bertanya padaku wacana dia. Pasti saya bisa menjawabnya dengan lengkap dan lugas. Kau juga boleh bertanya padaku aneka macam macam lisan yg ia punya. Kau boleh! Berani taruhan, bila saya nggak bisa menawarkan jawaban, kau bisa meminta apa saja padaku. Aku berjanji! Dan kau boleh pegang janjiku!
Pasti kau bertanya-tanya. Kau galau dan heran tentunya. Kenapa saya bisa mengetahui secara lengkap wacana dia. Kau niscaya bertanya-tanya. Kau ingin tau bukan? Sungguh, alasannya sangat simple dan klasik. Dan kau niscaya tahu jawabannya. Ya kau benar. Aku mencintainya. Mempunyai rasa yang Istimewa untuk dirinya. Dan ini ialah benar.
Apa?? Kau biang saya secret admirer-nya?? No… no… tidak!!! Aku memperhatikannya secara terang-terangan, terang di depan amtanya secar langsung. Tetapi, ibarat yang kau ketahui, beliau tampaknya tidka menyadari atau berpura-pura untuk tidak mengetahui atau yang lebih parahnya lagi, beliau memang sengaja berusaha dan tega untuk tidak perduli padaku. Entahlah, saya tidak tahu….
Tetapi satu hal, saya tidak berjauhan dengannya. Tidak pula tidak mengenalnya. Ia mengenalku dan saya mengenalnya. Namun, tampaknya perasaanu hanya sanggup kusimpan dalam mimpi. Ya, tampaknya benar. Haya di dalam mimpi.

*****************

"Ya ampun Rio!!!! Lo!" tunjuk seorang gadis manis sempurna di depan hidung seorang siswa dengan wajah yang ga bisa dibilang standar dan dikenal dengan nama Rio, "berani beraninya lo ngelempar kiprah gue ke dalam ring! Lo pikir kiprah PKn gue bola basket!" lanjut gadis itu. Wajahnya memerah ibarat menahan amarah, tetapi cowok itu hanya menampilkan cengiran khasnya.
"Hehe kiprah lo ya, Py? Gue kira bola basket habis ada bulatnya sih," balas Rio dengan wajah polosnya sembari menunjukkan suatu gesekan pena di buku yang ia lempar tadi.
Ify benar-benar tidak tahan. Bagaimana bisa cowok menjengkelkan kolam iblis titisan Roro Kidul binti Genderuwo itu berwajah malaikat super ganteng ?? Bagaimana bisa ?? Apalagi dengan tampang sok tidak merasa bersalah padahal sumber masalah, menunjukkan nilai telur angsa dibuku kiprah Ify!!
"Rioo..!! Lo ngeselin bgt sih, gue kan belum buat nama makannya nilainya bulet gitu. Sekarang gue gres mau ngumpul ulang, lha?? Tugasnya malah elo lempar lempar gimana sih ??!!" ujar Ify keki dengan bibir manyun ala bimoli,bibir monyong lima senti. Sialan kan tuh Rio, ngeselin!!
Rio membulatkan bibirnya memberntuk aksara "o". "Ohh…," ucap Rio beroh-oh ria, "Gue kira elo bego banget hingga PKn aja dapet jendol" tambah Rio sadis.
Mencibir.Itulah satusatunya yang dilakukan Ify. "Mana mungkin sih PKn gue dapet nol, ulang gue aja dapet Sembilan," Ify menunjukkan kesembilan jari tangannya, "lagian kan gue generasi muda penerus bangsa yang berbakti pada negara, hormat pada orang tua, guru, bendera, dan setiap upacara selalu ngikutin dengan............."
"Dengan ngerepotin orang. Pasti tiap upacara elo selalu pingsan. Demen banget sih lo pingsan," potong Rio dan menutup buku kiprah Ify.
Tiba-tiba lagu soundtrack film Naruto terdengar, Ify mengangkat alisnya, ia kenal sekali lagu ini. Gadis itu melihat lawan di hadapannya ini, kini telah asyik berkutat dengan blackberry putih milik cowok itu dan seluas senyum menawan penuh pesona Rio perlihatkan secara gratis dan live di depan mata Ify.
"Nih buku lo," ucap Rio sambil menawarkan buku tulis bersampul coklat bergambar winnie the pooh kepada Ify, dengan cepat Ify mengambil buku itu sebelum Rio kumat lagi dan mengambil kembali bukunya
"Lain kali buat nama, Fy! Biar tuh nilai nggak bulet, yummy kalo lo yang bulet, kan berisi tuh, lah ini ??!"
Ify cemberut. Ia kesal . Dasar gila!! Batin Ify
"Gue duluan, Fy," pamit Rio santai ibarat tidak terjadi apa-apa, Ia pergi begitu saja meninggalkan Ify yang menatapnya terbengong-bengong.
Ada apa dengan Rio?!! Biasanya cowok itu belum berhenti sebelum Ify benar benar merengek-rengek, lebaynya hingga Ify berguling guling. Namun sayangnya, Ify berani jamin itu hanya terjadi di dalam mimpi Rio!!
Saat sosok Rio benar-benar menghilang, Ify bergumam “Dia aneh.”

****************

Suasana sore ini benar-benar menyejukkan. Angin bertipu sepoi-sepoi dan pepohonan di pinggiran jalan seakan melambai lambai indah seolah hendak mengajak untuk berkenalan, jalan raya juga tak mau kalah, jalanan itu tak pernah sepi. Terlihat dari banyaknya kendaraan beroda empat dan motor yang berderet rapi alasannya ialah macet.
Namun, gadis manis ini terlihat biasa saja dan menikmati perjalanan sorenya hari ini. Gadis itu masih lengkap dengan seragam SMA-nya rok diatas lutut berwarna biru muda kotak kotak, kemeja putih dan dasi silang yang bertengger di lehernya, tak lupa juga blazernya, namun blazernya tak digunakan hanya dilipat dua dan disampirkan di tangan kirinya.
Tap....tap....tap...­. Bunyi sepatu gadis itu menepaki jalan. Ia benar-benar menikmati perjalanan sorenya hari ini. Berjalan kaki dari sekolah hingga rumah. Lelah ? Pasti! Tetapi ia tak menyesal, senyum ceria terukir diwajah manisnya tanda ia sedang bahagia.
Bahagia??

Ify P.O.V

Aku benar benar senang hari ini, walaupun harus kena semprotan ala Ibu Uci mengenai kiprah PKn yang saya kumpul ulang. Ibu muda binti cakep bin gahoel itu menceramahiku wacana pentinganya menuliskan nama di buku maupun ditempat lainnya. Masih terekam dengan terang olehku wacana hikmah Ibu Uci.
"Di mana-mana, nama itu penting Ify. Apalagi tugas, masa kau yang anggun ini mau dibilang kera ??  Nggak mau kan? Bila perlu kau tempel lebel nama kau di dahi lebarmu itu."
Begitulah  yang dibilang Ibu Uci dan masih terekam terang dibenakku, asyik tuh dibilang anggun tapi jleb banget waktu dibilang dahi lebar kan dahiku nggak lebar. Dasar ibu sok tau, sebel!!  Untung si Kutu Kumpret itu a.k.a Rio tidak mendengar sebutan baruku dari Ibu Uci, bila iyaa?? Bisa-bisa Rio menambah daftar panggilan khusus untukku. Dulu behel, cungkring, nenek sihir, bawel, ratu pingsan, cerewet, banyak kan ??
Masa mau ditambahin jidat lebar?!! Yang bener aja dong, ogah!! Ngga mau!! Ngomong ngomong wacana Rio saya jadi keinget beliau , hari ini laki laki ganteng itu masih ibarat biasa. Tetep nyebelin, ngeselin, ny­akitin hati dan......ehem.......­menarik.
Hari ini saja penampilannya luar biasa dan tidak bisa dipungkiri bila beliau memang tampan. Tampannya itu dari samudra antartika menuju kutub utara menyebrangi samudra atlantik tersedot segitiga bermuda muncul disamudra hindia dan terdampar dimanado serta terukir dihatiku......tssahh­....jadi malu.
Kan sudah saya bilang dulu bila saya menyukai Rio dan sering memperhatikan cowok itu secara langsung. Hari ini beliau tetap mempesona dan saya masih saja berada dalam jeratan pesonanya.
Oh iya, lisan wajah Rio hari ini banyak sekali yang kulihat ia senyum -itu biasa- ketawa -masih biasa- wajah polos kolam kucing maling ikan tapi akal-akalan enggak -udah terlalu sering-, namun yang terakhir tadi , ia tiba-tiba menasehatiku. Ia ibarat kakek-kakek bijaksana, dan kau tau ?? Kharisma dan perilaku laki lakinya benar-benar terlihat tidak ibarat biasanya Rio terlihat pecicilan.
Duh...duhh....Rio....Rio.. semakin hari kau semakin ngebuat saya jatuh cinta. Tau gak sih?!! Kita temen berantem, yang lo tau gue benci sama lo, tapi lo gatau yang sebenernya kan ?!
Aku jadi semakin yakin kalo kau dan impian wacana kau hanya bisa kusimpan dalam mimpi, senyum kamu, Yo, hanya bisa terekam dalam ingatanku dan saya hanya bisa berdoa biar saya nggak lupa akan ingatanku. Terkadang disaat saya murung dan saya mengingat senyummu, tanpa saya ketahui alasannya, murung itu menghilang.
Satu lagi, Yo, tatapan kau kalo lagi ngeliat saya itu... menciptakan saya jadi berangan-angan, kapan tatapan itu hanya sepenuhnya menjadi milikku? Tidak kau bagi dengan yang lain, termasuk dia, kapan Ya ?? Atau nantinya tatapan itu hanya jadi milik dia, Yo? Milik Zahra-kah ? Huft...
......you are making my eyes blinking.......my heart shining.....drrt....­.drrt....
kurasa ku jatuh cinta........My eyes blinkin......my heart...drrt...drtt...
Yaa ampun handphone-ku bunyi…
"Ify!! Kamu di mana, Nak?" tanya bunyi bunda di seberang sana.
"Ify lagi dijalan ini, Bunn," jawab Ify
"Cepetan pulang!! Udah jam enem sore kau mau ketemu Tante Kunti?!"
"Tante Kunti?! Huaah........ Iya, Bun. Ify lari sekarang," ucapku cepat dan mematikan handphone kemudian berlari secepatnya menuju rumah.

*********

Lapangan olahraga sekaligus lapan yang rutin dijadikan kawasan upacara tampak ramai. Siang ini jadwal anak kelas XI IPA 3 yang memakai lapangan tersebut dan  artinya kelas XI IPA 3 sedang mengikuti pelajaran olahraga.
Gluk....gluk...gluk....
"Semangat amat minumnya, Fy!" ucap Zahra dan mengambil posisi duduk sebelah Ify.
"Mau minum juga, Ra?" tawar Ify sesudah ia minum.
Zahra menggeleng lemah. "Lo kenapa sih, Fy? Dua hari yang kemudian lo baik-baik aja. Kemaren sama hari ini lo jadi nggak baik. Aneh,” ucap Zahra dan memperhatikan Ify dengan secama matanya memperhatikan Ify dari ujung kaki hingga ujung rambut. Tampaknya belum puas, kemudian Zahra mengubah sudut pandang cara ia melihat Ify. Dari posisi menunduk, duduk, dan jongkok sudah Zahra lakonin hanya untuk meneliti keadaan sohibnya ini.
"Ra!!! Apa-apaansih! Gue kan nggak kenapa-kenapa. Huh!" Rutuk Ify gemes
"Habis lo jadi diem. Kemana Ify yang dulu?? Ify yang bawel, cerewet, tengil, hhmmpp@##$$%%!!!!" Ify eksklusif membekep Zahra sebelum sahabatnya itu membuka lebih lanjut wacana dirinya atau membuka aibnya.
"Hmmpptt..... Phy.... Phy...."
"Aww..!" Jerit Ify kesakitan ia eksklusif menarik tangannya.  "Zahra Damariva!!! Sakit taahu!!!!" dumel Ify.
Zahra nyengir "Hehe abis elo ngebekep gue. Sesek tau," ucap Zahra membela diri.
Ify menghela nafas sejenak. "Ya..ya...ya.... Nona Zahraa," ujar Ify.
"Nah gitu kan manis.. Bagus Ify!!"
"LO PIKIR GUE DOGGY???!!" Jerit Ify kesel.
Zahra bener-bener deh masa memperlakukan zahra ibarat itu! Yang bener saja dong ya! Huh!
"Ini gres Ify Alyssa Saufika Umari sahabatnya Zahra Damariva," ucap Zahra ceria dan memeluk Ify penuh sayang.
"Hehe… lo perhatian banget sih."
"Sekarang lo dongeng ada apa sama lo?" Ucap Zahra dengan tampang seriusnya. "Terus kenapa gaada lagi bunyi berantem ala RiFy?" Tambah Zahra dengan mata menyipit mencoba mencari balasan dari raut wajah sahabatnya itu. Bukannya menjawab Ify malah membelokan matanya .
"Apaa? RiFy?"
"Heh RiFy itukan Rio Ify, berarti lo sama partner berantem lo itu kan?"
"RiFy ya? Oh…" respon Ify biasa aja malah beliau tidak begitu perduli dengan hal ibarat itu.
"Kok biasa aja sih, Fy? Biasanya elo meledak-ledak tuh,” tanya Zahra heran tidak biasanya Ify datar-datar saja ibarat ini. Tidak biasanya. Bahkan Zahra pernah mendnegar ketika Rio dan Ify asyik beraguman tidak penting.
Zahra memperhatikan Ify yang memandang tajam ke suatu tempat. Zahra mengulas senyum ketika menyadari bila Ify menghela napas.
“Gue tahu… gue tahu… elo jealous sama itu kan, Fy?” bisik Zahra pelan dan menunjuk arah pandang Ify tadi. Terlihatlah dua sosok, yaitu wanita dan pria yang sedang asyik bercanda dan er… terliat akrab.
Kalau kedua sosok itu bukan Rio dan Sivia, Zahra ebrani yakin bila Ify tidak akan jadi ibarat ini. Tidak akan. Sebenarnya ia sudah usang menyadari hal ini. Terlihat dari tatapan sahabatnya sendiri ketika bersama dengan Rio, dalam keadaan tenang ataupun tidak sama sekali alias dalam keadaan angkat senjata perang. Terkadang ia mendapati mata Ify yang melihat Rio dalam radius keterpurukan alasannya ialah cowok itu sedang bersama Sivia, gadis yang selalu dekat dengan Rio dalam istilah ‘dekat sangat dekat’.
            “Hmm…”
            “Yeah… ternyata gue bener bila lo suka sama Rio.”
            “Nggak usah ember, Ra. Please deh!” ucap Ify keki.
            “Oke… oke… jadi lo benci bila Sivia dekat sama Rio dan lo ibarat dilupakan?”
            Ify menggeleng. “Gue nggak punya alasan untuk membenci Via, Ra. Nggak ada. DIa baik, manis, dan tidak pernah nyelakain gue,” Ify menghirup oksigen dan perlahan-lahan mengembuskannya, “dia nggak salah, bila Rio suka sama beliau dan beliau juga suka sama Rio. Dan perasaan gue… itu juga nggak salah. Cuma waktunya aja yang nggak tepat, Ra. Saat ini rasa itu hanya ibarat permen kapas, yang terus mengembang dan mengembang. Dan ketika di tekan akan gampang mengerut. Seperti itulah gue, yang mencicipi sakit bila Rio dekat dnega orang lain. Tapi, Sivia nggak salah. Dia nggak salah bila Rio suka sama dia.”
            Zahra mengangguk-ngangguk paha. Yang semua Ify bilang ialah benar. Tidak ada yang keliru sedikitpun. “Nggak usah dipikirin lagi, Fy. Sellow aja!”
            “Hmm… tapi… gue kangen, Ra!” ucap Ify lirih.
            Zahra berdiri dari posisi duduknya. Ia meraih tangan Ify dan meminta Ify untuk berdiri. “Udah ah! Ayo kita olahraga lagi! Lo mau di suruh Pak Dave lari sepuluh keliling,” ajak Zahra dan Ify mengikutinya.
            Boleh sja hari ini ia cemburu dan kesal. Tetapi dilarang Pak Dave hingga menghukumnya lari keliling lapangan. Nggak boleh! Big no... no!!! Dan Ify berterima kasih dengan Zahra yang sudah mengingatkannya. Prinsip Ify, bagaimanapun cinta yang begitu menyesakkan, beliau tidak akan pernah mengorbankan sekolahnya.

*************

            “Woi behel cungkring, bawel, tirusan!!!” sapa Rio santai dan mengambil kawasan duduk sempurna di depan Ify.
            Mendengar bunyi sapaan itu, Ify tahu siapa yang menaypanya ditambah lagi mengingat panggilan ‘spesial’ itu hanya Rio yang berani memanggilnya. Namun, Ify membisu saja. Ia tidak berminat untuk merespon sama sekali.
            “Hei Behel! Kok membisu aja sih? Lagi sakit gigi ya, lo? Makanya kalo habis makan dan sebelum tidur itu sikat gigi biar tuh gigi nggak didatangin bakteri,” cerocos Rio panjang lebar.
            Ify mengangkat wajahnya dan menatap Rio malas. “Udah ceramahnya?” Tanya Ify datar.
            Dahi Rio berlipat. Heran. Itulah yang Rio rasakan ketika mendengar pertanyaan Ify. Gadis itu tidak menawarkan reaksi ibarat biasanya. Tidak. Ia tidak meledak-leda. Tidak histeris. Tidak pula berceloteh panjang lebar. Dan tidak pula mengumpat dirinya. Gadis itu hanya membisu dan menatapnya datar. Aneh!
            Tanpa pikir panjang, Rio mengangkat kedua tangannya dan menempelkan kedua telapak tangannya di kedua pelipis Ify. “Lo kenapa sih, Fy?” Tanya Rio lembut dan menatap Ify tajam namun penuh keteduhan.
            Deg… mata itu menembus bola mata bening yang berada di hadapannya. Ify terdiam dan hanya bisa membalas tatapan Rio dengan kehampaan yang merasuki dirinya. Mata itu sungguh menyejukkan. Bila dipandang ibarat menyelam dalam lautan biru bening dan sangat menentramkan.
            Namun sayangnya, Ify tak bisa membalas tatapan itu dengan santainya. Karena ia tahu tatapan itu bukan untuknya. Ia tidak akan pernah –munkin- menjadi pemilik mata itu. Dan untuk apa ia menatap mata itu dengan sebaik-baiknya bila nantinya ia juga yang akan terpuruk. Untuk apa? Bila kita tahu porsi kebahagiaan kita seberapa bila dengannya. Bila kita tahu beliau bukan untuk kita, kenapa kita mati-matian mencoba untuk bertahan dan merampas milik orang lain. Toh juga nggak ada gunanya.
            “Fy, lo kenapa sih?” Tanya Rio ulang. Ify sungguh berbeda hari ini. Rio menggeraka ekdua tangannya dan menyentuh pipi Ify. “Fy…” panggil Rio.
            Ify sadar bila Rio masih memandang dirinya. Baru saja ia akan menjawab, terdengar….
            “RIO…!!!!” panggil Sivia.
           
**************

            “Fy…,” ucap Rio. “Lo….”
            “RIO!!!!” panggil Sivia.
            Ify melihat bila Rio menoleh ke arah pintu. “Fy, gue pergi dulu. Gue harap, lo baik-baik aja.” Tanpa menunggu Ify membalas ucapannya, Rio eksklusif pergi meninggalkan Ify.
            “Lo ninggalin gue,” batin Ify. Rio pergi meninggalkannya sempurna ketika Sivia memanggil Rio. Rio meninggalkan dirinya?????!!!! Dan ify hanya memandangi sosok Rio yang semakin mendekat ke arah Sivia dan pergi keluar kelas dengan…. Ehem… menggenggam tangan Sivia.
            Ify tertohok. Sakit. Dulu… ketika Sivia tidka begitu dekat dengan Rio, ia tidak ibarat ini. Saat Sivia mulai lengket dengan Rio, ia tidak ibarat ini. Saat Sivia mulai lengket dengan Rio, ia mulai nyerih dan sekarang???!!! Dia sudah sangat sakit.
            “Segitunya, Yo,” gumam Ify dan menenggelamkan wajahnay di atas meja dalam lipatan kedua tangannya.

**************
“Hahaha…,” tawa Zahra meledak alasannya ialah menertawai Ify yang hampir tertelan bakso bulat-bulat.
            “Ish… dah, Ra. Lo segitunya,” ucap Ify keki.
            “Kan yang melawak siapa? Emang ada yang sanggup memakan bakso bulet-bulet gitu?” timpal Zahra.
            Ify mencibir kemudian menyeruput Ice Teh-nya. “Iya… iya… gue yang salah. Puas lo!” ujar Ify kesal.
            “Duileeh… segitunya! Lama nggak berantem ya?” Tanya Zahra jahil sambil mengedipkan matanya sekilas.
            Ify tahu maksudnya ini. “Zahra!!!!” geram Ify.
            “Peace Ify cantik!” seru Zahra dan memamerkan jari telunjuk dan engahnya membentuk aksara ‘v’.
            Ify mencibir lagii. Tidka merespin Zahra sama sekali.
            Tiba-tiba….
            “Hai, Fy. Hai Zahra!!” sapa Sivia yang telah duduk di sebelah Zahra.
            “Eh… Sivia… tumben lo gabung sam akita?” Tanya Zahra dan mengedipkan mata kirinya kepada Ify. Ify mencibir.
            “Oh… Agni lagi latihan basket,” ucap Sivia.
            “Maksud gue Rio,” terang Zahra sekenannya dan pura-uera tidka peduli. Padahal…
            “Zahra benar tuh, Vi. Biasanya lo sama beliau lengket banget kayak perangko,” timpal Ify.
            Sivia tersenyum kemudian menunduk ke bawah mengetik sesuatu di handphone-nya. “Rio lagi mau jalan ke sini kok.”
            Zahra dan Ify mengangguk-ngangguk sok mengerti dan paham. Memang apa sih yang harus dipahami? “Tuh kan nggak pernah lepas,” goda Zahra.
            “Kasihan Via-nya, Ra, kalo lo godain mulu. Makan gih sioma lo, Ra. Keburu dingin,” ucap If dna kembali menikmati baksonya.
            Tidak hingga sepuluh menit, dengan santainya Rio berjalan menuju meja yang dihuni Sivia dan sesudah hingga beliau duduk di sebelah Ify. “Hai Ify Behel!” sapa Rio.
            Uhuk…uhuk…uhuk….
            Ify kaget dan tersedak. Tangannya menggapai-gapai meja untuk mencari Ice Teh-nya.
            “Hati-hati dong, Fy. Ini minum,” ujar Rio dan menyodorkan jus jeruk miliknya, yang ia beli sebelum menuju ke sini.
            “Makasih lho, Ra,” ucap Ify.
            Zahra galau terhadap Ify. Ia tidak memebrikan Ify minum kok. “Eh… gue nggak ngasih lo minum, Fy,” ujar Zahra.
            Mata Ify melebar. Masa nggak? Lalu ia menatap Sivia dan hanya gelengan kepala yang ia dapatkan. Hmm… tadi gue tersedak alasannya ialah adayang bilang ‘hai Ify behel’. Itu kan… itu panggilan Rio dan berarti…. Batin Ify.
            Ify memang benar. Tepat ketika ia menoleh ke kanan didapatinay sosok Rio yang lagi menikmati jus jerus. Jus jeruk? Pikir Ify. Bukannya itu tadi minuman yang gue minum. Jadi….
            “Makasih kali, Hel,” ujar Rio santai.
            “Eh! Ah! Elo!” Ify memandang Rio tajam, “Gue bilang makasih sama lo?” Ify menyipitkan matanya, “NO!!! Nggak mau!!!” seru Ify ketus.
            “Dasar behel tititsan cungkring tirusan. Lo nggak tau banget terima kasih ye!! Klo nggak ad ague, lo gimana? Hayo… hayo…??”
            Ify mendnegus kesal dan memalingkan wajahnya dari Rio. “Bodoh!!!” ucap Ify ketus.
            “Marah, Neng? Tumben?” Tanya Rio dengan ledekan dan beliau menatap Ify.
            “Da……..”
            “Ehem…. Pesenin gue masakan dong, Yo,” pinta Sivia memotong ucapan Ify. Ify sendiri terdiam dan menatap Rio sayu. Sedangkan Rio sendiri sudah mengalihkan pandanganya dari Ify ganti memandang Sivia.
            “Oke, Via manis,” ujar Rio.
            Zahra cengo dibentuk oleh dua sejoli ini. Bisa-bisanya menciptakan adegan norak di depan matanya secara langsung. Live di depan mata tanpa jeda iklan.
            Dunia yang awalnya kaya dan penuh oksigen tiba-tiba menciptakan Ify sesak. Drama kacangan di depannya ini menciptakan ia sesak. Membenci Sivia ia tidak bisa. Sumpah. Ify benari sumpah bila beliau tidka akan pernah membenci Sivia. Sungguh. Sivia sangat baik dan tidak seharusnya menyakiti Sivia. Tidak pantas gadis sebaik Sivia disakiti. Dan beliau harusnya memahami itu.
            “Memang lo mau makan apa, Vi?” Tanya Rio.
            “Bakso/Siomay,” jawab Ify dan Sivia serentak.
            Rio menatap Ify dan Ify tertegun. Kenapa beliau hingga seceroboh ini? Dia harusnya ingat bila Rio bertanya kepada Sivia. ‘Vi’ tadi itu terang ‘Vi’ untuk Via bukan Ify. Aish….
            “Bakso gue lo yang bayar ya, Ra?” tambah Ify cepat dan menggerakan gelas Ice Teh-nya ke arah Zahra. Maksudnya kode. Wah, ternyata Ify mengeles.
            “Oohh… Okee…,” ujar Zahra cepat.
            Ify segera bangun dari duduknya, bersama Zahra ia pergi meninggalkan kantin. Untuk apa beliau di sini? Menjadi kambing congek?? Harusnya dari awal ia membuang perasaannya kearena bagaimanapun ia hanya musuh dan lebih halusnya sahabat berantem Rio. Harusnya ia sadar. Tapi…
            Ya sudahlah. Ify hanya perlu merelakan keduanya. Membayangkan kenangan wacana ia dan Rio hanya di dalam mimpi. Menyimpannya biar mimpi itu kekal.

**************

            Sungguh ia mulai mepukan Rio. Menghilangkan semua yang ada pada dirinya yang masih merekam dan mengingat wacana Rio. Sungguh ia telah mencoba untuk berusaha. Memendam rasa yang ia punya. Ia kira beliau sudah berhasil. Namun……
            Prang….. bunyi kawasan Ice Cream dan paping block bersentuha. Gadis itu terkejut dan segera mengambil es krim miliknya dan berlari sejauh menungkin membawa kesedihan di dalam hatinya.
            Ia bodoh!!! Pertahanan yang ia bangun selama ini hncur sudah. Sia-sia dan mengenaskan. Memang salah bila ia jatuh cinta pada Rio?? Salahkah??? Sepertinya salah alasannya ialah Rio tidak pernah memandang dirinya. Tidak pernah. Ia dan Rio hanya sekedar sahabat berantem, nggak lebih.
            “Hiks…hiks….” Tangis Ify. Saat ini beliau duudk di bawah pohon mahoni di halaman belakang sekolahnya tadi tiu sungguh menyakitkan. Tanpa sengaja, tadi ia melihat Rio sedang… mencium Sivia. Menyakitkan!!!
            “Nggak ada yang bisa gue lakuin lagi Rio… lo cuma ada di dalam mimpi gue,” gumam Ify.

*****************

Jatuh cinta mungkin masalah yang mudah. Hal biasa dan bisa tanpa senaja terjadi. Terjerat dalam pesona ialah hukumpaten jatuh cinta. Karena, pesoan ialah penjerat cinta. Namun, melupakan merupakan masalah yang sulit. Sulit untuk melepaskan. Menghilangkan dan memudarakan perasaan yang ada sangatlah sulit. Apalagi membubuh perasaan yang belum tersampaian dan bahkan masih tersimpan di dalam hati. Dan ibarat itulah dirinya!! Mencoba merelakan, namun ia tidak bisa.

            “IFY!!!!” teriak Zahra dna beralri-lari menghampiri sahabatnya uamh sedamh duduk-duduk bersama teman-teman sekelas lainnya.
            “Gue duluan ya? Itu Zahra manggil-manggil gue,” pamit Ify.
            “Apaan sih, Ra?” Tanya Ify sesudah ia bertemu dengan Zahra.
            “Duh… gue punya kabar bagus tahu. Duduk di sana dulu deh,” ajak Zahra. ify hanya meurut saja.
            “Jadi…”
            “Ada kompetisi music, Fy!!” seru Zahra. “Di sekolah dua hari lagi. Bebas pendaftaran, Fy. Gratis. Asyik tahu!!! Ikutan, yuk,” tambah Zahra.
            Kompetisi music?? Wow… hal yang sangat Ify sukai dan Zahra juga menyukai hal tersebut. “Ah…. Gue mau. Daftar yuk daftar!!!” seru Ify semangat.
            “Lo mau ikutan ya, Fy?” Tanya Rio yang tiba tiba-tiba ibarat jelangkung saja.
            “Bener,” jawab Ify pendek. “Yuk, Ra. Kita daftar. Duluan ya, Rio,” pamit Ify dan pergi.
            Sementara Rio hanya memandangi sosok Ify yang semakin menjauh.

***************

Kehilangan sesuatu itu hal yang menyakitkan. Sangat menyakitkan. Ia berusaha untuk membuktikan sesuatu. Tetapi… apa langkah yang ia ambil salah?? Hingga kini ia merasa kehilangan. Ia tidak tahu. Terus bagaimana?? Apa yang harus ia lakukan biar sesuatu yang hilang itu kembali. Kembali kepada dirinya.

            Plok… plok… buny tepuk tanga menggema di aula Sekolah Menengan Atas Global Nusantara Senior High School.
”Kyaa…. Keren banget si, Ra. Lagu Keajaiban Cinta itu sungguh menghipnotis,” puji Ify lapang dada kepada Zahra yang telah duduk di sebelahnya.
“Makasih, Fy. Tuh nama lo udah dipanggil,” ucap Zahra menginagtkan. Ify mengangguk dan mulai berjalan menuju panggung.
Saat ini, Ify sedang duduk di depan grand piano putih. Penampilannya sungguh sederhana, namun sanagt menarik. Ia memaki dress berwarna putih dan flatshoes berwarna senada sebagai bantalan kakinya. Lalu, rambutnya ia biarkan tergurai begitu saja.
Alunan melodi yang serasi mulai terdengar dan Ify mulai bernyanyi.

Senyumanmu sinari…
Setiap kesedihan di hati…
Tatapanmu hiasi….
Setiap sudut angan-anganku…
Mungkinkahku jadi pilihan hatimu…
Tiada henti ku selalu berangan………….

Ify memejamkan amtanya sejanak. Lagu ini… lagu ini mengingatkan mimpi-mimpinya selama ini.

Andai dirimu menentukan hatiku
Kan kuserahkan cinta lapang dada dihatiku
Meski kau takkan pernah tahu ketulusan h atiku ini
Biarku simpan dalam mimpi………

Setitik air mata jatuh di pipi putih Ify. Lirik ini sanagt persis dengan yang terjadi pada dirinya. Hanya bisa bermimpi dan terus berangan-angan biar mimpinya menjadi nyata. Namun yang terjadi, mimpi tidak akan pernah menjadi nyata. Tidak akan pernah menjadi nyata.

**********

Rio segera mengambil kawasan duduk yang sedikti di depan ketika nama beliau yang disebut. Matanya focus menatap beliau yang menjadi objek utama perhatian ketika ini.

Biar kusimpan dalam mimpi……

“Air amta,” batin Rio. Jelas itu air mata Ify. Gadis itu menangis ketika bernyanyi. “Apa ini dibalik semuanya?” batin Rio lagi.
Sungguh ia penasaran. Bila benar, bearti Ify jatuh cinta sama seseorang. Dan orang itu tidak menyukai Ify yang jadi pertanyaan, siapa Mr. X itu?
Rio mengubah arah pandanganya sejenak dan mendapati Zara yang menujuk Ify kemudian dirinya. Rio bingung. Apa maksudnya??

Andai dirimu menentukan hatiku
Kan kuserahkan cinta lapang dada dihatiku
Meski kau takkan pernah tahu ketulusan h atiku ini
Biar kusimpan dalam mimpi
Biar kusimpan dalam mimpi…

Deg… mata Rio bertemu dengan Ify. Hingga melodi terakhir lagu itu berdenting, dua pasang mata itu masih saling menata. Terlihat jelas. Sangat jelas. Bila ada cinta di ekdua bola mata itu. Hanya tinggal kesadaran masing-masing.

**************

Plok… plok… plok…
Suara tepuk tangan kembali terdengar memenuhi aula. Ify membungkuk sejenak sebagai tanda terima kasih. Lalu, gadis manis itu turun dari panggung.
“Kyaaaaa…. Keren banget sih, Fy. Dalem!!!” sambut Zahra dengan kebanggaan ketika Ify duduk di sebelahnya.
“Thanks, Ra. Lega rasanya,” ucap Ify dan tersenyum senang.
Zahra dan Ify iba0tiba mengangguk bersamaan. Ini artinya, emreka berdua menentukan untuk menonton penampilan berikutnya.
Setelah dua jalm lebih meringkup di aula, program kompetisi music selesai. Sorakan ‘huuuu….’ Tedegar alasannya ialah pengumuman pemenang akan dilakukan pada hari Senin ketika upacar. Lama banget!!!
Ify dan Zahra tidak ambil pusing siapa yang menang. Bagi mereka, sudah tampil sebaik-baiknya ialah hal yang luar biasa.
“Gue pikir Sivia yang bakalan menang,” ucap Ify ketika keluar dari aula. Ia masih terbayang penampilan Sivia yang sangat luar biasa. Apalagi bunyi yang sangat yummy untuk di dengar.
“Maybe, Fy. Tapi… gue kir aelo jua bisa, hahah….” Timpal Zahra.
“Dasar!!! Mana mungkin!!” balas Ify.
“Mungkin aja, Fy. Penampilan lo luar biasa tadi,” ucap Rio dan sudah berdiri di sebelah Ify.
“Rio?” ucap Ify ketika menyadari kehadirnn Rio yang tiba begitu saja.
“Hehe… iya, Fy. Lo keren banget,” ucap Rio.
“Gue duluan ya, Fy. Iel udah miscall gue nih,” pamit Zahra berusaha kabur. Ify mengangguk.
“Boleh gue ngomong empat mata sama lo nggak?” Tanya Rio hati-hati ketika Zahra sudah menghilang.
“Ngng…”
“Please, Fy!”
“Hmm… baiklah deh,” ucap Ify akhirnya.

***************

Saat ini, Rio da Ify duduk di taan kota yang tidak jauh dari sekolah mereka. Emreka belum juga memulai pembicaraan. Hingga, keheningan yang menemani keduanya.
“Fy… gue kangen sama lo,” ucap Rio tiba-tiba.
Mata Ify membelo. Bagaimana bisa Rio menyampaikan hal tersebut kepada dirinya?? Ada apa dengan Rio???
“Kenapa?” Tanya Ify pelan.
Rio menatap bola mata Ify. “Karena sudah sebulan ini lo nggak pernah ngomong sama gue,” jawab Rio.
Dahi Ify berlipat. Jawaban apaan itu, rutuk Ify kesal.
“Kan memang nggak ada yang harus diomongin sama lo. So, untuk apa ngomong sama lo.”
“Bukan cuma itu, Fy. Lo ngehindar dari gue. Kenapa?”
“Gue biasa aja tuh,” ucap Ify ketus. Ada apa dengan Rio sekarang???!!!!
Sdar bila Ify tidak begitu mennaggapi apa yang ia katakana menciptakan Rio sedikit kesal. “Biasa bagaimana? Gue panggil elo, elo nggak nyahut. Gue duduk di depan lo, lo pergi. Gimana nggak ngehindari????!!!” ucap Rio tak sabar.
“Kalau gue emang sengaja ngehindari lo, kenapa? Nggak ngaruh juga sama lo,” ujar Ify ikutan emosi.
“ggak ngaruh gimana? Gue ngerasa kehilangan. Gue kangen elo. Gue suka sama lo dari dulu,” ucap Rio dan memandangi wajah Ify lekat-lekat kemudian ia menarik Ify ke dalam dekapannya. “Gue kangen sama lo. Kangen dekat sama lo. Kangen saat-saat kita berantem,” tambah Rio pelan.
Jantung Ify berdesir cepat. Ia benar-benar tidak menyangka bila Rio menyukai dirinya dari dulu. Jadi, arti kedekatan Rio dengan Sivia apa? Ify berasumsi sendiri.
“Lo bohong!!! Lo bilang kangen sama gue. Suka sama gue. Tapi, lo selalu dekat sama Sivia. Lo lebih dengerin Sivia daripada gue. Lo ngacangin gue bila Sivia ada. Itu maksudnya apa Rio? Gue sakit hati. Gue sayang sama lo,” ucap Ify panjang lebar.
Rio melepaskan pelukannya. Jadi… selama ini Ify juga menyukai dirinya. Ify menghindar alasannya ialah cemburu ia dekat dengan Sivia. Rio jadi tersenyum.
“Kenapa lo senyum-senyum?? Puas lo???”
“Fy… Sivia itu sepupu gue,” ujar Rio tenang.
“Sepupu??? Bohong lo!!!” tuding Ify.
Rio mengambil dompetnya dan pertanda foto yang ada di sana. Pipi Ify memerah ketika melihat ada fotonya. “Ini foto keluarga besar gue. Itu gue dan itu Sivia,” terang Rio dan pertanda foto gadis wanita kecil berpipi chubby dan memang ibarat sama Sivia.
“Jadi… selama ini gue…”
“Ya, lo selama ini cemburu sama sepupu gue,” sambar Rio. “Itu berarti lo sayang sama gue. Hmm…,” tambah Rio.
Pipi Ify mengembung. Ia cemebrut. “Nggak!! Lo duluan yang bilang suka sama gue!”
“Lo!”
“Lo!”
“Lo Rio item!!”
“Lo Ify behel!”
“Ya udah gue pergi,” ucap Ify merajuk.
Rio segera menahan langkah Ify. “Jangan, Fy. Gue suka sama lo. Sayang sama lo. Would you be Mario’s girlfriend?”
“Hah?” Ify cengo. “Lo nembak gue? Kok nggak ada romantic-romantisnya sih?” protes Ify.
            “Rewel banget sih lo, Fy. Untung gue nembak elo. Mau ya, Fy? Gue kan ganteg nih,” rayu Rio.
            Ify mencibir. “OGAH!!!!”
            “Beneran?”
            Ify mengangguk yakin. “Ya dong!!! Gue ogah sama lo!!!”
            “Ya udah, gue sama Zahra aja!” ujar Rio.
            “Zahra udah ama Iel kok. Wleeekkkk!!!!”
            “Sama Angel aja. Dia naksir gue berat,” ujar Rio lagi.
            Mata Ify melebar. Angel?? Angel yang itu?? Jangan dong ya. “Eh…. Jangan dong, Yo. Gue mau kok jadi pacarnya Rio item cungkring kangkung dekil pesek buruk lagi,” ujr Ify dengan tamoang polosnya. Tentu saja dibuat-buat.
            “IFY!!!!!” seru Rio geram.
            “Hehe… peace, Yo!”
            “Dasar behel!”
            “Item!”
            “Kangkung!”
            “Cungkring!”
            “Elo!”
            “Elo!”
            “Lo pesek gue mancung!”
            “Tirusan!!”
            Hahahah…. Tawa Rio dan Ify meledak. “Kangen berantem!” ucap Rio dan Ify kompakan. Lalu keduanya terawa bersama.
            “Stop… stop… stop ketawanya!” seru Ify tiba-tiba.
            “Kenapa, Fy?”
            “Gue mau Tanya waktu itu elo nyium Sivia ya?” Tanya Ify penuh selidik lengkap dengan matanya yang menyipit.
            “Kapan?” Tanya Rio bingung.
            “Waktu di tamans sekolah.”
            Rio mengingat-ingat. “Oh… waktu itu Sivia kelilipan. Gue cuma ngebantu niupin mata sepupu gue. Masa iya gue nyium sepupu gue sendiir. Lo cemburu ya?” goda Rio dan mengerling bandel ke arah Ify.
            Ify bergidik dan belakang layar lega. Ternyata dulu itu beliau salah sangkah. “Ihhh…. Sorry-sorry aja ya!!!”
            “Mau gue cium??”
            “OGAH!!! Sorry ya!!! wleek….. dasar item!!!” ledek Ify llau kabaru.
            “Awas ya lo, Fy. Dapet, gue cium lo!!” balas Rio dengan teriakan.
            “Nggak!!! Ogah!!!” balas Ify dan berlari sekencang-kencangnya. Rugi dong dicum Rio. Enak aja amin sosor.
            Ify terus berlari. Tangannya terbentang bebas. Ias enang hari ini. Karena apa yang ia mimpikan jadi kenyataan. Ia senang bila beliau bukan Putri si Pemimpi ia senang alasannya ialah Rio ada untuknya. Dan alasannya ialah terlalu senang……..
            “Ify awas!!!!” teriak Rio.
            Jedug….. Ify sukses menubruk pohon manga. “Aduh!!!” rintih Ify. “Tambah lebar nih jidat gue,” ucap Ify. “Bisa-bisa Ibu Uci bilang gue jidat lebar lagi,” dumel Ify.
            “Apa?? Jidat lebar??? Panggilan gres yayang gue jidat lebar!!!” ujar Rio.
            Ify menoleh ke belakang dan di dapatinya Rio yang sudah berdiri di dekatnya. “Apa lo?? Nggak ada Ify si Jidat Lebar!!!”
            “Jidat Lebar!!! Yayang gue jidat lebar!!!!” ledek Rio.
            “RIO!!!!!” seru Ify kesal.
Rio tertawa-tawa.

“The End”
           
Gimana cerpennya?? Aneh (lagi)?? Maaf ya… Terima kasih udah baca. Di koment ya?? Kalau typo maaf ya…




           



Sumber http://sagita-shelly.blogspot.com


EmoticonEmoticon