Senin, 19 Maret 2018

Sebel-Sebel Juga Cinta Tuh! Part 6


Sebel-Sebel juga Cinta Tuh! Part 6


Suasana kelas XI IPA 3 sangat ribut. Hampir di setiap bangku, semua penghuni kelas itu sibuk dengan buku pekerjaan rumah mereka alias Peer. Siapa sih yang berani nggak mengerjakan peer-nya Madame Winda jika hukumannya menyapu setiap sudut sekolah ini. Yang benar saja, semua siswa di sini maunya sekolah, menuntut ilmu, bukan latihan menjadi tukang sapu. Jadi, mau tidak mau mereka harus mengerjakan peer itu.

Seorang gadis dengan rambut dikuncir ekor kuda berjalan santai menuju kelas XI IPA 3. Ya dia salah satu penghuni dari kelas tersebut. Kalau kata siswi-siswi yang kekurangan cowok ganteng dan kecentilan, kelas XI IPA 3 itu yakni kelasnya para titisan Dewa Yunani, soalnya di sana ada 4 pangeran mereka. Siapa lagi jika bukan The Viper.

“Pagi everybody!!!” sapa gadis itu dengan wajah cerianya. Hari ini entah kenapa Ify menjadi lebih ceria, ia hanya merasa hari ini akan mulai meniti hari-hari penuh semangat mentari. Kesuraman selama ini seakan mulai menguap.

“Tumben lo ceria banget! Biasanya juga ngomel-ngomel kalo dateng,” ujar Rizky tanpa mengalihkan pandangannya dari buku peernya.

Ify tersenyum sangat manis sekali. “Gue lagi seneng aja,” balas Ify dan berjalan menuju bangkunya.

“Kok sanggup sih, Fy? Lo jadian beneran sama Rio??!!!!” tanya Sivia dengan bunyi gede-nya.

Uhuukk..... Ify terbatuk. Benar-benar merusak suasana, gerutu Ify.

“Beneran, Fy? Kalo gitu selamat dong. Kan gue juga sanggup jadian sama... ada deh,” ucap Shilla.

“Gue jadian sama Rio? Iya, kalo hidungnya udah mancung ke keluar. Lo berdua merusak pagi indah gue aja. Gue lagi seneng tau. Kesuraman gue serasa menguap dan lo berdua” Ify menunjuk Shilla dan Via bergantian, “merusaknya dengan sangat tidak enak. Menyebut nama yang menciptakan hidup gue dalam gelap gulita,” ujar Ify dan mencibir.

“Udah deh, Fy, lo ngomel mulu. Lebih baik elo buat peer matematika, ntar lo dijemur sama Monster Winda,” ucap Agni menghindari perseteruan Ify lawan Via dan Shilla.

“Peer matematika mah kecil, udah gue kerjain tau, kan semalem....”

“Semalem gue ngajarin elo matematika. Benerkan, Meine Liebe?” sambar Rio yang gres tiba di kelas dan mendengar Ify yang tengah berbicara kemudian ia pribadi menyambar begitu saja.

“Ciiieeeee...Iiiffyyy.....so sweeet banget pake berguru bareng.....” seru sahabat sekelasnya.

Ify membalikan tubuhnya dan kini berhadapan dengan Rio. “Dengerin gue ya, Rio jelek! Walaupun elo udah minta maaf sama gue dan udah nepatin akad elo, tapi kita berdua tetap enemy. I’m not your girlfreind and you never be my boy. Catet itu di kepala lo.”

“Yeah.... memang lo bukan pacar gue, Fy...”

“Bagus kalo lo udah tahu,” ucap Ify sambil menaikan alisnya sebelah dan menatap Rio males.

“Gue belum selesai, calon istriku. Calon Nyonya Mario,” ujar Rio lembut dan matanya yang tajam dan penuh pesona itu menatap Ify dengan intens.

“Ogggaahh!!!!” pekik Ify dan pribadi berlari menuju bangkunya sendiri, kemudian menenggelamkan kepalanya di tumpukan tasnya.

Sementara Rio tertawa terbahak-bahak atas ulah Ify. Rio tahu malah sangat tahu mengapa Ify berteriak mirip itu bukannya membalas ucapannya. Karena kemarin malam. Kemarin malam adalah  moment kemenangan mutlak untuk Rio.

***********

“Fy… lo kenapa sih nenggelemin kepala lo di tas?” Tanya Sivia ketika melihat tingkah kurang pandai sahabat sebangkunya itu.

“Gue males ngeliat muka Rio. Dia itu selalu cari problem sama gue. Merusak hari-hari gue!!!” jawab Ify dari balik tas.

Sivia mengangguk-ngangguk walaupun ia tahu Ify tidak akan melihatnya. “Tapi kini Rio udah nggak ngeliatin elo kok, Fy,” ucap Sivia.

“Beneran?” Ify pribadi memastikan.

“Iya, beneran kok. Rio nggak ngeliatin elo.”

Mendengar ucapan Sivia, Ify pribadi mengangkat wajahnya dan ketika ia tanpa sengaja melihat ke arah dingklik Rio. Mata Ify pribadi melebar dan ia………

“SIIIIIVVVVVVIIIIIIAAAAAAAAAAA!!!!!!!!” teriak Ify kesal.

Via yang dari tadi bahwasanya sudah mengulum senyum jadi semakin tertawa terbahak-bahak. Ify benar-benar lucu. Respon yang Ify berikan memang menciptakan siapa saja sanggup tertawa, terlebih-lebih lagi Rio. “Rio memang nggak ngeliatin elo kok, Fy. Tapi dia menatap elo dengan penuh cinta,” ujar Sivia hening dengan lisan polosnya dan menciptakan Ify semakin gemes dan kesal sendiri.

“Penuh cinta apanya??? Elo udah nggak waras sama kayak dia sih, Vi!!! Ogah banget gue sama Rio. Apalagi tadi, lo nggak liat dia ngedip-ngedip mata sama gue. Hiiiiyyyyyaaaaayyy…….. males tau!!!!” ujar Ify.

Sivia mengangkat alis sebelah. “Dikedipin Rio nggak problem kali, Fy. Malah elo termasuk yang beruntung. Rio itu bintangnya sekolah kita. Fans-nya banyak amat lagi. Apalagi Rio itu ganteng dan manisnya bikin nggak nahan. Lo-nya aja yang burem ngeliat Rio menyerupai ngeliat Sule,” terperinci Via panjang lebar.

“Tapi kan, lo nggak liat Rio itu gimana ke gue??? Gue kesal tahu. Dia itu nyebelin. Paling nyebelin dalam hidup gue.”

“Terserah elo deh, Fy. Tapi nanti jika elo tiba-tiba naksir Rio dan Rio udah punya cewek elo jangan pernah ngemis-ngemis sama gue buat Rio deket sama lo lagi.”

“Nggak mungkin!!!!!!” balas Ify cepat dan segera mengeluarkan buku matematikanya alasannya yakni ia sudah melihat Madame Winda yang berjalan menuju kelas mereka.

*****************

“Selamat pagi semua!!!!” sapa Ibu Winda ketika tiba di kelas dan dia segera duduk di kursi singgasananya.

“Pagi, Buuuuuuuuuuuuu!!!!!!!” balas semua siswa.

Hari ini penampilan Ibu Winda tidak mirip biasanya alasannya yakni hari ini tampak mulai dengan warna-warna ceria. Seketika pandangan heran tergambar terperinci diraut seluruh penghuni XI IPA 3. Pasti ada apa-apanya dengan Ibu Winda ketika ini.

“Pagi ini, Ibu tidak sanggup mengajar lama-lama, hanya beberapa menit saja dikarenakan Ibu harus pergi menghadiri suatu undangan,” ucap Madame Winda memulai pidato paginya.

Saat Madame Winda mengucapkan ‘tidak sanggup mengajar lama-lama’, raut wajah penghuni XI IPA 3 pribadi mendadak lebih ceria daripada apapun. Bayangkan????!!! Terbebas dari pelajar mematikan ala matematika bersama Madame Winda yakni hal yang luar biasa. Mengingat bahwa Madame Winda jarang sekali tidak masuk untuk mengajar dan kehadiran dia yang hampir selalu full.

“Tetapi, sebelum Ibu pergi, Ibu mau memperkenalkan seorang sahabat gres untuk kalian. Dia gres saja pindah ke sini,” ucap Madame Winda.

Kasak-kusuk mulai memenuhi kelas XI IPA 3. Semuanya pada ingin tau siapa murid gres itu. Ify sendiri juga ingin tau sebenarnya. Gadis yang dari tadi memendam rasa kesalnya itu sedikit sanggup melupakan rasa kesal ketika mendengar sahabat baru. Asyik juga ada murid baru.

“Silakan masuk, Nak,” ucap Ibu Winda dan seketika kelas menjadi hening.

Seorang siswi berambut panjang dengan wajah manis masuk ke kelas XI IPA 3 sambil tersenyum. Wajah yang manis dan rupawan, ditambah lagi kesan ramah yang dimiliki oleh gadis itu. Sepatu putih bersihnya dan tas selempang berwarna merah muda menambah kesan feminism pada diri gadis itu.

“Silakan berdiri di sini, Nak, dan perkenalkan namamu,” ujar Madame Winda.

Dari dingklik tengah terdengar bunyi krasak-krusuk sendiri. “Eh, Ag, dia manis banget. Hilang deh gelar kecantikan gue,” dengus Shilla.

Agni sahabat sebangkunya hanya mendengus kesal dan menatap Shilla galak. “Ampun, Ag. Nggak lagi deh,” ujar Shilla cepat. Ia sadar jika topic yang ia bicarakan tidak menarik untuk ketika ini.

“Eheheem…..” Madame Winda berdeham ketika mendengar bunyi keributan. “Shilla, Agni, diam!!!!” perintah Madame Winda. Seketika Shilla dan Agni pribadi mematung.

Aura monster yang menyelimuti Madame Winda pribadi hilang ketika dia tersenyum kepada anak gres itu. “Sialakan perkenalkan diri.”

“Halo semua!!!” sapa Anak gres dengan ceria hingga kedua tangannya bergerak bersamaan untuk menyempurnakan sapaan perkenalannya.

“Halo!!!!!”

“Nama saya Dea Christa Amanda. Aku pindahan dari Medan. Salam kenal ya!!!!” ujar Dea.

“Baiklah, Dea. Kamu silakan duduk bersama Sion. Dan Sion tolong angkat tanganmu,” ucap Madame Winda.

Dea segera mengangguk dan berjalan menuju dingklik di mana dia akan duduk bersama Sion.

“Baiklah anak-anak. Seperti yang Ibu katakana tadi, Ibu harus pergi. Jadi, ibu hanya menunjukkan kalian tugas. Ingat, kiprah itu harus diselesaikan hari ini juga. Buka halaman 135, kerjakan Latihan 7.1. Semuanya. Tidak ada diskon untuk kali ini,” ucap Madame Winda. Kenapa dia menambahkan kata ‘diskon’??? Jawabannya gampang sekali. Karena murid-murid tersayangnya ini sering kali meminta diskon atas kiprah yang diberikan oleh beliau. “Ada pertanyaan???” tambah Madame Winda.

“Tidak, Buuuuuuuu!!!!!!!!”

“Ibu tinggal dulu. Kerjakan tugasnya!!!” pamit Ibu Winda dan segera keluar kelas.

***************

Sepeninggalan Ibu Winda, Agni dan Shilla pribadi menarik kursi mereka ke dingklik Ify dan Via. Mereka menentukan untuk bergabung di dingklik duo Pi alasannya yakni dingklik itu di belakang dan sangat strategis buat mengobrol.

“Geser dikitan, Vi,” ujar Agni dan meletakan bukunya di meja.

“Eh… liat anak gres itu, dia manis banget ya?? Gue yang paling manis merasa tersaingi nih,” ujar Shilla memulai pembicaraan.  

“Ganti topic kali, Shilla!!!!” ujar Agni gemes. “Dari tadi lo ngebahas perihal cantik… cantik… dan kecantikan. Bosan tau!!!!!!”

“Habis gue kan envy sama kecantikannya. Rambut lurus panjang dan hitam. Pengen!!!” ucap Shilla dan menatap rambut si Anak Baru dengan pandangan benar-benar ingin. Untung saja nggak hingga air liurnya ngences kayak di komik-komik.

“Shilla dan kecantikan. Kayak apaan dah. Jangan di dengerin deh, Ag. Kita liat jawaban Ify aja, dia udah nomor empat tuh,” timpal Via dan melihat hasil pekerjaan Ify.

“Cepet banget sih, Fy!!! Lo kayak kalkulator aja ngerjain soal kayak gini,” komentar Agni ketika melihat jawaban Ify dan kemudian menyalinnya.

“Mesti kudu cepat, Ag. Buat antisipasi tiba-tiba si Kesuraman tiba merusak kehidupan gue,” ucap Ify seenak udelnya saja.

Tawa Via dan Agni pecah mendengar ucapan Ify. Ify… Ify… terlalu mendramatisir keadaan. Kalau Rio mah bukan si Kesuraman, tapi si Matahari Pagi penuh pesona dan keceriaan. Membawa hari-hari menuju zaman keemasan. Karena Rio memang luar biasa kerennya.

*************

Beda lagi dengan The Viper, keempat pangeran Global Nusantara ini lagi sibuk dengan pekerjaan masing-masing hanya saling menimpali saja kecuali ya Cakka. Dia terlalu focus dengan kiprah matematika dan karenanya dia pribadi berpindah haluan.

“Gue nggak mudeng sama Matematika, tapi gue mudeng sama Agni,” ucap Cakka dan menutup  bukunya kemudian beralih menatap Agni.

“Gaya lo, Cak. Mana ada sih pelajaran yang lo mudeng???!!! Nggak bosan lo ditolak Agni, pindah hati, Bro. Tuh….”

“Move on, Vin. Lo kayak nggak tau aja istilah barunya. Jadul lho!!!!!!!!!” teriak Gabriel di indera pendengaran Alvin.

“Sompret lo, Yel. Biasa aja kali. Lo nggak inget sama istilah lupa. Gue manusia, Bro!!!” dumel Alvin. Lalu ia beralih lagi ke Cakka. “Tuh anak baru, Kka. Cantik lagi. Lo nggak tertarik???? Dia cukup manis juga,” ujar Alvin.

“Di hati gue masih ada Agni, Vin. Tapi, boleh juga dia dijadiin cadangan ya nggak, Yo?”

“Apaan sih???!!!!” Tanya Rio bingung.

“Anak gres itu,” jawab Gabriel.

“Cantik. Gue naksir,” ujar Rio singkat.

Mata Alvin, Cakka, dan Gabriel pribadi membola. Tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Rio. Rio tiba-tiba naksir sama anak gres itu. Terus Ify dikemanain???

“Ify dikemanain, Yo?” Tanya Alvin dengan tampang bingungnya.

“Ya nggak dikemana-kemanain. Gue ngumpul kiprah dulu ya di meja,” ujar Rio dan berdiri dari duduknya kemudian berjalan menuju meja guru.

“Rio kenapa sih?” Tanya Cakka dengan bingung.

*****************

 “Pengumuman untuk seluruh pantia program bakti social dibutuhkan kumpul segera di ruang OSIS. Terima kasih!!!!”

“Love you, Ify. Kita ke ruang OSIS dan kiprah kita selesai. Lo emang the best-nya matematika,” ujar Sivia bahagia dan membereskan bukunya.

“Love you????!!! Ogah bener!!! Emang gue lesbiola, lo aja sama Agni,” balas Ify dan tertawa riang ketika melihat tampang cemberut Sivia.

“Kok gue sih, Fy??? Shilla noh!!!” protes Agni.

“Terserah deh yang penting bukan gue, alasannya yakni gue maunya sama….”

“Gue dong ya, Fy????” sambar Rio cepat dan kini udah berdiri di sebelah Ify.

Ify memutar bola matanya malas. “Lo lagi lo lagi. Bisa nggak sih lo nggak ganggu hidup gue Mario Jelek Pesek Item Abal Kw-nya Robert Pattison?!!!?!!!!!!”

“Gue nggak ganggu hidup elo. Gue cuma mau ajak anak buah gue ke ruang OSIS. Lo kira gue sanggup nyelesain kiprah kita sendiri,” balas Rio santai. “Cepet lo masukin buku-buku lo,” perintah Rio otoriter.

Dengan tampang kusut Ify memasukan buku-bukunya sehabis tanggapan dia pribadi berjalan menuju meja guru dan meletakkan tugasnya, kemudian mengambil ancang-ancang kabur. Dan melesatlah Ify keluar kelas.

“Woiiii behel!!! Tungguin gue!!!!!” teriak Rio dan berlari mengejar Ify.

“Mereka berdua itu apa-apaan sih??” Tanya Shilla bingung.

“Nggak usah bingung, Shill. Ayo ke ruang OSIS,” timpal Gabriel dan berjalan menuju ke ruang OSIS.

*****************

Sumpah. Ify benar-benar ingin menyekik Dayat. Bisa-bisanya ketua panitia itu menyuruh mereka kumpul dan kini lihat!!! Ify benar-benar dijajah oleh Rio. Semua kiprah yang mereka buat harus Ify yang menyelesaikannya sementara Rio hanya menunjukkan teladan dan kini lihat???!!!! Hantu satu itu sedang asyik mengobrol bersama anggota yang lain dan parahnya itu mereka membahas si Anak Baru????!!! What the hell bangetkan sih Rio??!!!!

Satu lagi kesalahan Dayat yang menciptakan Ify masih jengkel dengan perjaka itu, masa sih hanya tim work dia dan Rio yang terdiri dari dua orang. Gimana bisa???!!! Ify benar-benar harus meminta keadilan. Dia harus mencari anggota suka rela dan Dayat harus menerimanya.

“Gue benci sama lo, Rio,” desis Ify setiap kali ia tanggapan menuntaskan tugasnya. Dan kini jumlah kiprah yang telah Ify selesaikan mencapai sepuluh lembar dan itu berarti sudah sepuluh kali pula Ify menyampaikan jika dia membenci Rio. Toh, bahwasanya ia sudah menyampaikan benci pada Rio hingga ribuan kali.

Di tengah-tengah kekesalannya, seseorang menghampiri Ify dan mengajak gadis itu mengobrol. “Hai, Fy. Lagi ngapain??? Sibuk amat,” sapa dan tanya orang yang tiba menghampiri Ify.

Ify mengangkat wajahnya dan ketika senyumnya sumringah. Orang yang menghampirinya itu yakni pujaan hatinya. Ya ampun!!!!!! Sekian usang tidak melihat pujaan hati –semua alasannya yakni Rio— sekarang, ia sanggup melihat sang Pujaan Hati pribadi di depan mata.

“Hehhe…. Nggak juga sih, Bo. Cuma ngerjain kiprah kepanitian bakti social. Lo mau ikutan?” tanya Ify penuh antusias. Dihampiri sang Pujaan hati siapa sih yang nggak senang????!!! Apalagi selama ini Ify rahasia menyukai Debo dari kelas X SMA. Kesempatan Ify memperhatikan Debo hilang sejak Rio tiba mengusik hidupnya.

“Gue mau-mau aja sih, Fy. Apalagi satu tim sama lo. Tapi, gue udah jadi ketua panitia program tahunan sekolah. Dan program itu mulai dirintis dari sekarang. Sorry ya, padahal kita sanggup menghabiskan waktu bareng-bareng untuk mengerjakan tugas-tugas ini,” ucap Debo.

Ify memaksakan dirinya untuk tersenyum walaupun sedikit kecewa tapi tidak apa-apa alasannya yakni Debo menyampaikan ‘menghabiskan waktu bareng-bareng untuk mengerjakan tugas-tugas ini’. Itu udah menandakan sebuah perhatian bukan??? Itu tandanya Debo perhatian sama Ify, tidak kayak Rio. Tanpa sadar Ify menoleh ke arah Rio dan menatap tajam penuh aura kejengkelan kepada pria itu.

“Gue duluan ya, Fy. Ke sini cuma mau ngobrol sama lo, sih, hehehe…. Tapi gue mesti mengunjungi Pak Duta buat problem kepantiaan gue. Duluan ya. Jangan kerja mulu, istirahat ya,” pesan Debo sebelum pamit dan kemudian pergi menuju ruang guru.

Tahu rasanya mendapat setumpuk coklat kesukaan???? Seperti itulah perasaan Ify sekarang. Berbunga-bunga. Siapa juga yang nggak bahagia diberi perhatian mirip itu. “Jatuh cinta itu indah,” gumam Ify dan kembali melanjutkan tugas-tugasnya. Sekarang, mengapa tugas-tugas ini menjadi sangat indah??!!!!!!

**************

“Ag, mau Cakka bantuin nulis laporannya nggak?” tanya Cakka yang kini telah duduk di sebelah Agni.

“Nggak perlu!!!!” jawab Agni cuek.

“Yah… tapikan entar lo capek.”

“Nggak juga!!!”

“Lo kenapa sih, Ag?? Masa iya gue nggak boleh bantu. Kita kan satu team.”

“Gue nggak kenapa-kenapa. Gue cuma males liat tampang lo. Cakka si Perusak pemandangan. Ogah!!!!!!!!!” balas Agni lagi.

“Tapi, Ag…”

“Nggak ada tapi-tapian lagi. Atau lo mau gue…,” Agni mengempalkan tangan kanannya siap untuk memberi pukulan pada Cakka.

“Iya… iya… nggak lagi. Gue nggak akan gangguin elo,” ujar Cakka dan segera pergi meninggalkan Agni. “Gue selalu ditolak,” ujar Cakka dan bergabung dengan kelompok Rio.

*************


“Kenapa lo, Kka?” tanya Gabriel yang menatap Cakka heran.

“Pasti ditolak lagi,” Alvin menjawab dan menampilkan cengiran khasnya buat Cakka.

“Apaan sih lo, Vin!! Ada dialog gres nggak nih?? Yang nggak membawa perihal kata penolakkan,” tanya Cakka dan mengambil posisi duduk di sebelah Rio yang asyik dengan blackberry-nya.

“Ada dong, Bro. Lo duduk dan dengerin dongeng kita perihal anak gres itu,” ujar Gabriel.

“Anak gres yang super manis itu??? Ngalahin si Shilla gebetannya Alvin??” tanya Cakka lagi.

“Iya. Dia manis banget, Bro. Udah tinggi juga dan sangat ramah. Seksi lagi,” jawab Alvin dan Gabriel tertawa-tawa melihat tampang Alvin. “Kenapa lo, Yel??” tanya Alvin heran dan dia merasa raut wajahnya biasa aja.

“Gue lagi ngebayangin gimana elo dihajar Shilla jika dia tahu lo muji-muji si Anak Baru,” jawab Gabriel.

Pleeetaaak…….. satu jitakan mendarat di kepala Gabriel. “Lo bayangin gue sengsara suka banget!!!” dengus Alvin kesal.

“Eh, Yo, tadi di kelas lo bilang lo suka sama Dea kan? Kok bisa???” tanya Cakka.

“Dia cantik, Bro. Siapa sih yang nggak tergoda???? Naksir, Men. Gue mau pedekate sama dia,” jawab Rio pribadi dan memasukan blackberry-nya ke dalam saku celana panjanganya.

Seketika wajah Cakka pribadi bengong buruk parah. “Hah????!!! Lo nggak salah omong, Yo??? Bukannya lo suka sama Ify????”

Rio menampilkan cengiran khasnya. “Bermain sedikit nggak apa-apa kali. Gue mau PDKT sama Dea sekaligus lho tau apakan???” ujar Rio dengan evil-smile-nya.

“Parah lo, Yo!!!” decak Gabriel.

“Emang gue ngapain hingga dibilang parah. Gue juga belum ngapa-ngapain.”

“Kehilangan Ify gres nyaho lo,” timpal Alvin.

“Lo nggak lihat seberapa bencinya Ify sama gue???!!!!!”

“Dia cewek, Yo. Lo nggak sanggup asal menebak hati cewek. Enakan lo gangguin Ify kayak biasa. Nggak kangen lo??” tanya Alvin.

“Kita liat aja, gue mau pedekate sama Dea. Dia super manis dan seci, Bro,” jawab Rio dan menampilkan seringaiannya.

***********

Di tengah-tengah mengerjakan tugas. Ify mendengar dialog Rio dan teman-temannya tanpa sengaja. Raut wajahnya yang tadi keruh dan sedikit terhibur akan kedatangan Debo, kini makin cerah. Tadi dia mendengar Rio menyampaikan mau PDKT sama Dea, itu berarti………

“Gue mesti ngejalanin rencana Rio itu. Minimal gue buat mereka dekat. Kalau Rio bersahabat sama Dea, gue niscaya terbebas dari bahaya mematikan ala Rio. Hidup gue penuh kesuraman pribadi berevolusi penuh kegembiraan. Matahari benar-benar bakalan terbit dari Timur. Gue harus bisa,” gumam Ify.

“Kalau Rio bersahabat dengan Dea itu berarti gue sanggup menggapai Debo. Waiting me, Deb,” batin Ify dan tersenyum gembira.

************** 

BERSAMBUNG....



Sumber http://sagita-shelly.blogspot.com


EmoticonEmoticon