Rabu, 09 Mei 2018

Hasil Hasil Kebudayaan Indonesia

Candi ialah sebuah bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau yang berasal dari agama Hindu-Budha. Digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewa. Namun demikian, istilah Candi tidak hanya dipakai oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja. Banyak situs-situs purbakala lain dari masa Hindu-Buddha atau Klasik Indonesia, baik sebagai istana, pemandian atau petirtaan, gapura, dan sebagainya, disebut dengan istilah candi. Candi juga berasal dari kata "Candika" yang berarti nama salah satu Dewa selesai hidup Durga. Karenanya candi selalu dihubungkan dengan mnumen untuk memuliakan Raja yang meninggal misalnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati selain itu candi pula berfungsi sebagai:

Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha, pola candi Borobudur
Candi Pintu Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, misalnya candi Bajang Ratu.

Candi Balai Kambang atau Tirta: didirikan didekat di tengah kolam, pola candi Belahan
Candi Pertapaan: didirikan di lereng-lereng tempat Raja bertapa, misalnya candi Jalatunda.

Candi Vihara: didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi misalnya candi Sari
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 (tiga)  bagian:
  1. Kaki candi ialah bab dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk segi empat bujur kandang atau segi 20)
  2. Tubuh candi. Terdapat kamar-kamar tempat arca atau patung.
  3. Atap candi: berbentuk limas an, bermahkota stupa, lingga, ratna atau amalaka.
Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua system dalam pengelempokan candi, yaitu:

Sistem Konsentris (hasil imbas dari India) yaitu induk candi berada di tengah-tengah belum dewasa candi, misalnya kelompok candi lorojongrang dan prambanan
System membelakangi (hasil kreasi orisinil Indonesia) yaitu induk candi berada di belakang belum dewasa candi, misalnya candi penataran.

Suatu candi di masa lampau biasanya berfungsi dan dipakai masyarakat dari latar belakang agamanya, yaitu Hindu-Saiwa, Budha Mahayana, Siwa Buddha dan Rsi.

Bangunan candi terbagi menjadi:

Candi Kerajaan, yaitu yang dipakai oleh seluruh warga kerajaan. Contoh: C.Borobudur, C.Prambanan, C. Sewu, C. Palsaosan (Jawa Tengah), C. Panataran di Jawa Timur.
Candi Wanua/watak,yaitu candi yang dipakai oleh seluruh masyarakat pada tempat tertentu pada suatu kerajaan. Contoh:candi yang berasal dari masa Majapahit, C.Sanggrahandi (Tulung Agung, Jawa Tengah), C. Gebang (Yogya), C.Pringapus (tulung Agung, Jawa Tengah).

Candi pribadi, yaitu candi yang dipakai untuk mendharmakan seorang tokoh. Contoh: 
  • Kidal (Pendharmaan Anusapati, raja Singhasari);
  • Jajaghu (Pendharmaan Wisnuwardhana,raja Singhasari);
  • Ngrimbi (Pendharmaan Tribuanatunggadewi, ibu Hayam Wuruk);
  • Tegawangi (Pendharmaan Bhre Matahun);
  • Surawana (Pendharmaan Bhre Wengker).
2. Seni Ukir

Seni ukir atau gesekan merupakan gambar hiasan dengan bagian-bagian cekung kruwikan dan bagian-bagian cembung bueledan yang menyusun suatu gambar yang indah. Pengertian ini berkembang sampai dikenal sebagai seni ukir yang merupakan seni membentuk gambar pada kayu, batu, atau bahan-bahan lain.

Bangsa Indonesia mulai mengenal ukir semenjak zaman kerikil muda Neolitik, yakni sekitar tahun 1500 SM. Pada zaman itu nenekmoyang bangsa Indonesia telahmembuat gesekan pada kapak batu, tempaan tanah liat atau materi lain yang ditemuinya. Motif dan pengerjaan gesekan pada zaman itu masih sangat sederhana. Umumnya bermotif geometris yang berupa garis, titik, dan lengkungan, dengan materi tanah liat, batu, kayu, bambu, kulit, dan tanduk binatang Pada zaman yang lebih dikenal sebagai zaman perunggu, yaitu berkisar tahun 500 sampai 300 SM. 

Bahan untuk menciptakan gesekan telah mengalami perkembangan yanitu memakai materi perunggu, emas, perak dan lain sebagainya. Dalam pembuatan ukirannya ialah memakai teknologi cor. Motif-motif yang di gunakanpada masa zaman perunggu ialah motif meander, tumpal, pilin berganda, topeng, serta binatang maupun manusia. Motif meander ditemukan pada nekara perunggu dari Gunung merapi akrab Bima. Motif tumpal ditemukan pada sebuah buyung perunggu dari kerinci Sumatera Barat, dan pada pinggiran sebuah nekara moko dari Alor, NTT.

Motif pilin berganda ditemukan pada nekara perunggu dari Jawa Barat dan pada ember perunggu darikerinci, Sumatera. Motif topeng ditemukan pada leher kendi dari Sumba. Nusa Tenggara, dan pada kapak perunggu dari danau Sentani, Irian Jaya. Motif ini menggambarkan muka dan mata orang yang memberi kekuatan magis yang sanggup menangkis kejahatan. Motif binatang dan insan ditemukan pada nekara dari Sangean.

3. Patung Dewa

Menurut Koentjaraningrat (1990:203-204) setiap kebudayaan suku bangsa di dunia mempunyai tujuh unsur kebudayaan yang universal yaitu: (1) bahasa, (2) Sistem pengetahuan (3) organisasi sosial, (4) sistem peralatan hidup dan teknologi, (5) sistem matapencaharian hidup (6) sistem religi, (7) kesenian. Kesenian ialah merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang universal tersebut, oleh alasannya ialah itu seni atau kesenian merupakan produk dari sebuah kebudayaan dari setiap suku atau bangsa di dunia. Untuk itu memahami sebuah fenomena kesenian atau seni tidak sanggup dipisah-kan dari latar belakang di mana seni itu lahir.

Untuk sanggup mengerti menyelami dan menilai perjuangan karya seni dari sesuatu bangsa dengan secama, tidaklah cukup hanya menganalisa bentuk-bentuk karya seninya saja, kesusastraannya, seni suaranya, tari-tariannya dan seni rupanya. Pemahaman terhadap gaya hidup, keyakinan keyakinan dan struktur penghidupan dan kehidupan dari suatu masyarakat ialah sendi-sendi yang sangat penting dalam penuangan bentuk karya seninya dan dengan demiki-an dianggap sangat perlu untuk diselami dengan penuh simpati dan secara tertib untuk sanggup mengadakan interpretasi dan peninjau-an yang sempurna (Murdowo, 1967:18).

Bali salah satu dari suku bangsa di Indonesia mempunyai karakteristik seni dan budaya yang menarik. Oleh alasannya ialah itu Bali tetap menarik bagi wisatawan mancanegara untuk dikunjungi untuk melihat kepaduan estetika budaya yang diilhami oleh sebuah frame yaitu religiusitas Hinduisme. Berdasarkan hal tersebut Bali populer dengan aneka macam julukan ibarat Pulau Sorga, Paradise created, Pulau seribu pura, Pulau Pariwisata dan lain sebagainya. Berbicara mengenai seni di Bali, alasannya ialah hubungan agama Hindu dengan seni tak sanggup dipisahkan, hal itu sanggup menumbuhkan rasa seni yang sangat mendalam dalam masyarakat dalam aneka macam bidang, ter-utama dalam bidang seni pahat, seni gamelan, seni lukis, seni tari, seni hias, seni patung dan lain-lain (Mantra,1991:5).

Sumber http://pendidikansrg.blogspot.com


EmoticonEmoticon