Jumat, 10 Agustus 2018

Pengertian Dan Prinsip-Prinsip Mengajar

A. Pengertian Mengajar

Mengajar merupakan kompetensi profesional seorang guru. Menurut PP No.74 Tahun 2008 wacana Guru Pasal 3 kompetensi profesional dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya mencakup penguasaan: a. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi jadwal satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan b. konsep dan dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan jadwal satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
Namun demikian, ada beberapa definisi wacana mengajar yang dikemukakan para arhli pendidikan. Beberapa pendapat para andal wacana mengajar dijelaskan Slameto dalam buku “Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya “ (2010:29-35) sebagai berikut :
  • Definisi yang lama: mengajar ialah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita. Atau perjuangan mewariskan kebudayaan masyarakat pada generasi berikut sebagai generasi penerus, dalam hal ini acara banyak terletak pada guru. Siswa hanya mendengarkan dan mendapatkan saja apa yang diberikan oleh guru. Siswa yang baik, ialah yang duduk diam, mendengarkan ceramah guru dengan penuh perhatian, tidak bertanya, tidak mengemukakan masalah. Semua materi pelajaran yang diberikan guru ditelan mentah-mentah, tanpa diolah di dalam jiwanya, dan tanpa diragukan kebenarannya. Siswa percaya begitu saja akan kebenaran kata-kata guru. Semua yang dikatakan guru niscaya benar, jiwanya tidak kritis. Siswa tidak ikut aktif menetapkan apa yang akan diterimanya. 
  • Definisi yang modern di negara-negara yang sudah maju menyerupai Sistem Maria Montessori dari italia dan Sistem Dalton dari Amerika. Dari keduanya disimpulkan : "Teaching is the guidance of learning. Mengajar ialah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar". Definisi ini memperlihatkan bahwa yang aktif ialah siswa, yang mengalami proses belajar. Sedangkan guru hanya membimbing, memperlihatkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian siswa. Kesempatan untuk berbuat dan aktif berpikir lebih banyak diberikan kepada siswa, daripada teori yang lain. 
  • Waini Rasyidin, (Slameto, 2010:34) mengajar yang dipentingkan ialah adanya partisipasi guru dan siswa satu sama lain. Guru merupakan koordinator, yang melaksanakan acara dalam interaksi sedemikian rupa, sehingga siswa berguru menyerupai yang kita harapkan. Guru hanya menyusun dan mengatur situasi berguru dan bukan memilih proses belajar. 
  • Mursell (Slameto, 2010:33) menggambarkan mengajar sebagai "mengorganisasikan belajar", sehingga dengan mengorganisasikan itu, berguru menjadi berarti atau bermakna bagi siswa, sehingga kiprah pelajar ialah memahami korelasi pengetahuan itu sebagai kesatuan, dan dalam hal ini guru hanya organisator. 
  • Alvin W. Howard, (Slameto, 2010:32) memberiken definisi mengajar yang lebih lengkap. Pendapat Alvin: "Mengajar ialah suatu acara untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau membuatkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge." Dalam pengertian ini guru harus berusaha membawa perubahan tingkah laris yang baik atau berkecenderungan pribadi untuk mengubah tingkah laris siswanya.

2.2.2.4. Prinsip-prinsip Mengajar

Menurut Slameto (2010:35-39) ada 10 prinsip-prinsip mengajar yakni :

1. Perhatian
Di dalam mengajar guru harus sanggup membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru. Perhatian akan lebih besar bila pada siswa ada minat dan bakat. Bakat telah dibawa siswa semenjak lahir, namun sanggup berkembang lantaran imbas pendidikan dan lingkungan.

2. Aktivitas
Dalam proses mengajar belajar, guru perlu membangkitkan acara siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran kalau dengan acara siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda, atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menjadikan diskusi dengan guru.

3. Apersepsi
Setiap guru dalam mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, ataupun pengalamannya. Dengan demikian siswa akan memperoleh korelasi antara pengetahuan yang telah menjadi miliknya dengan pelajaran yang akan diterimanya.


4. Peragaan
Waktu guru mengajar di depan kelas, harus berusaha memperlihatkan benda-benda yang asli. Bila mengalami kesukaran boleh memperlihatkan model, gambar, benda tiruan, atau memakai media lainnya menyerupai radio, tape recorder, TV dan lain sebagainya. Dengan pemilihan media yang sempurna sanggup membantu guru menjelaskan pelajaran yang diberikan. Juga membantu siswa untuk membentuk pengertian di dalam jiwanya.

5. Repetisi
Bila guru menjelaskan sesuatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang. Siswa semuanya sanggup mengingat dengan sekali penjelasan, maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang dijelaskan. Pelajaran yang diulang akan memperlihatkan balasan yang jelas, dan tidak gampang dilupakan.

6. Korelasi
Guru dalam mengajar wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi antar setiap mata pelajaran. Begitu juga dalam kenyataan hidup semua ilmu atau pengetahuan itu saling berkaitan. Namun korelasi itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi terus dipikirkan sebab-akibatnya. Diupayakan korelasi itu sanggup diterima akal, sanggup dimengerti, sehingga memperluas pengetahuan siswa itu sendiri.

7. Konsentrasi
Hubungan antar mata pelajaran bisa luas, mungkin sanggup dipusatkan kepada salah satu pusat minat, sehingga siswa memperoleh pengetahuan secara luas tetapi mendalam. Dengan demikian siswa sanggup melihat korelasi pelajaran yang satu dengan lainnya saling berhubungan, mengakibatkan siswa memperoleh kesatuan pelajaran yang bundar dan utuh.

8. Sosialisasi
Dalam perkembangannya siswa perlu bergaul dengan teman lainnya. Siswa di samping sebagai individu juga memiliki sisi sosial yang perlu dikembangkan. Waktu siswa berada di kelas ataupun di luar kelas dan mendapatkan pelajaran bersama, alangkah baiknya bila diberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan bersama. Bekerja di dalam kelompok sanggup meningkatkan cara berpikir mereka dalam memecahkan masalah.

9. Individualisasi.
Siswa merupakan makhluk individu yang unik, dimana masing-masing memiliki perbedaan khas, menyerupai perbedaan inteligensi, minat bakat, hobi, tingkah laku, budpekerti maupun sikapnya. Mereka berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan, sosial ekonomi, dan keadaan orang tuanya. Guru harus menilik dan mendalami perbedaan siswa (secara individu), biar sanggup melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya itu. Siswa akan berkembang sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Untuk kepentingan perbedaan individual, guru perlu mengadakan perencanaan untuk siswa secara klasikal maupun perencanaan jadwal individual. Dalam hal ini guru harus mencari teknik penyajian atau sistem pengajaran yang sanggup melayani kelas, maupun siswa sebagai individual.

10. Evaluasi
Semua kegiatan mengajar berguru perlu dievaluasi. Evaluasi sanggup memberi motivasi bagi guru maupun siswa. Guru harus mengenal fungsi evaluasi, macam-macam bentuk dan teknik penilaian serta mekanisme penilaian. Guru sanggup melaksanakan penilaian yang efektif, dan memakai hasil penilaian untuk perbaikan mengajar belajar. Dengan penilaian guru juga sanggup mengetahui prestasi dan kemajuan siswa, sehingga sanggup bertindak yang sempurna bila siswa mengalami kesulitan belajar. Evaluasi sanggup menggambarkan kemajuan siswa, dan prestasinya, hasil rata-ratanya, tetapi juga sanggup menjadi materi umpan balik bagi guru sendiri. Dengan umpan balik, guru sanggup meneliti dirinya, dan berusaha memperbaiki dalam perencanaan maupun teknik penyajiannya.

DAFTAR PUSTAKA
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

= Baca Juga =




= Baca Juga =




Sumber http://forumgurunusantara.blogspot.com


EmoticonEmoticon