Beberapa waktu kemudian saya menemukan sebuah dongeng sukses seorang personal chef dari kota Miami yang melayani banyak sekali konsumen besar dari kalangan petinggi dan artis. Konsep usahanya bersama-sama sederhana, yakni menyediakan masakan eksklusif dari dapur konsumennya. Biasanya sajian ditujukan untuk program pesta hingga sekedar dinner pribadi.
Ini terang sebuah bentuk bisnis yang tanpa modal, maka bila dijalankan oleh para ibu rumah tangga bisa berubah menjadi jadi wangsit bisnis ibu rumah tangga tanpa modal. Dan hal ini terbukti dari dongeng sukses seorang ibu rumah tangga asal Kebumen berjulukan Kusyantinah.
Siapa sangka selama ini di Indonesia konsep personal chef juga sudah banyak bermunculan, bahkan sudah menjadi tradisi yang dikenal di daerah-daerah. Biasanya malah konsep ini dianggap lebih familier bagi masyarakat kawasan dan pedesaan dibandingkan konsep catering modern sebagaimana lazim Anda kenal di kota besar.
Ibu Kusyantinah yaitu seorang personal chef ala desa yang jikalau banyak orang malah biasa disebut dengan istilah juru masak. Kusyantinah memang bukan pakar masakan dengan latar pendidikan masakan yang tinggi. Modal utamanya hanya kemahiran dan ketertarikannya dengan dunia kuliner sehingga masakan buatannya selalu digemari masyarakat.
Pada awal tahun 98 dikala sang suami harus di PHK dari sebuah perusahaan besar di kota Semarang, Kusyantinah mulai berpikir adakah cara jitu mencari penghasilan untuk keluarga sementara kondisi keuangan keluarganya terpuruk. Kemudian beliau pun menggali peluang bisnis ibu rumah tangga tanpa modal untuk menambal keuangan keluarga.
Awalnya hanya berbekal kemampuannya memasak, Bu Kus demikian perempuan berusia 58 tahun ini biasa dipanggil jadinya menciptakan beberapa masakan untuk dititipkan ke penjaja kuliner yang biasa berjualan keliling. Menu buatannya hanya aneka sayur dan lauk menyerupai ayam atau ikan. Menu buatannya tiap hari berganti dan biasanya dikemas dalam plastik untuk 2 – 3 porsi.
Meski awalnya tak banyak meraih untung dari perjuangan kecil ini, rupanya wangsit ini membantunya merintis perjuangan lain yang jauh lebih menguntungkan. Semua berawal dari tradisi banyak sekali hajatan yang masih berpengaruh di desanya tinggal.
Warga desanya masih berpegang teguh dengan bermacam-macam tradisi hajatan mulai dari syukuran, selametan, tasyakuran hingga perhelatan walimah untuk ijab kabul dan sunatan. Bila di kota-kota besar program perhelatan macam ini akan mengandalkan jasa catering professional dan modern sebagai penyedia hidangan, maka di desa tempat Bu Kus tinggal tradisi masak sendiri masih kental dijalankan.
Empu program akan mengundang beberapa tetangganya dan mengandalkan satu atau dua juru masak utama untuk menyediakan ragam hidangan untuk perhelatan ini. Biasanya untuk juru masak, empu program akan menyediakan bayaran khusus sesuai dengan usang waktu juru masak ini bekerja.
Inilah peluang yang berhasil dikembangkan oleh Bu Kus berkat upaya kecilnya berjualan makanan. Banyak orang mulai mengenal rasa masakan Bu Kus yang yummy dan menanyakan bila Bu Kus bersedia menjadi juru masak untuk perhelatan mereka.
Tentu saja Bu Kus bersedia, ajuan macam ini terang jauh lebih menguntungkan untuknya ketimbang harus menciptakan masakan sendiri dan menitipkannya ke penjaja keliling. Menjadi juru masak pribadi terang sebuah wangsit bisnis ibu rumah tangga tanpa modal. Karena di sini beliau hanya tiba ke kediaman empu program dengan tangan kosong, sementara seluruh peralatan, materi masakan hingga materi bakar dan lainnya sepenuhnya menjadi tanggungan empu acara.
Di awal bisnis ibu rumah tangga tanpa modal ini Bu Kus hanya bersedia menggarap usul untuk perhelatan kecil menyerupai syukuran atau selametan kecil. Di desanya program semacam ini tergolong kerap dijalankan sehingga Bu Kus akui cukup kerap pesanan semacam ini tiba kepadanya semenjak awal beliau memulai usaha.
Sejak awal beliau mendapatkan usul sebagai juru masak pertama kalinya, setelahnya dalam satu bulan setidaknya 1 usul tiba kepadanya. Kebanyakan usul tiba dari tetangga sekitar rumahnya, meski lama-lama usul juga tiba dari luar desa tempat tinggalnya.
Setelah berjalan 1 tahun dan mulai terbiasa memasak untuk kebutuhan massal, barulah Bu Kus bersedia menjalankan bisnis ini dengan lebih total. Bu Kus mulai bersedia mendapatkan usul untuk perhelatan ijab kabul dan sunatan yang jauh lebih ribet dan memakan waktu. Dalam satu tahun Bu Kus bisa menerima usul hingga 25 kali dengan tariff antara 300 ribu sampao 1,5 juta tergantung waktu kerja dan kesulitan.
Bagaimana berdasarkan Anda citra bisnis ibu rumah tangga tanpa modal satu ini? Soal hasil memang fluktuasi, tetapi terang bisnis yang cukup menarik untuk ibu rumah tangga. Dan satu hal yang menarik di sini., rupanya bisnis model personal chef pun sudah usang dikenal di masyarakat Indonesia jauh sebelum kita menyadarinya.
sumber gambar: nutri-magnets.com
Sumber https://www.pojokbisnis.com
EmoticonEmoticon