Sabtu, 17 Juni 2017

Hiv

Human immunodeficiency virus
Sinoussi dari Perancis berhasil mengisolasi HIV untuk pertama kalinya dari seorang penderi HIV
Klasifikasi virus
Kelas: VI (Virus SsRNA-RT)
Famili: Retroviridae
Genus: Lentivirus
Spesies
  • Human immunodeficiency virus 1
  • Human immunodeficiency virus 2
 
 

Sejarah

 Pada tahun 1983, Jean Claude Chermann dan Françoise Barré-Sinoussi dari Perancis berhasil mengisolasi HIV untuk pertama kalinya dari seorang penderita sindrom limfadenopati.Pada awalnya, virus itu disebut ALV (lymphadenopathy-associated virus) Bersama dengan Luc Montagnier, mereka mengambarkan bahwa virus tersebut merupakan penyebab AIDS. Pada awal tahun 1984, Robert Gallo dari Amerika Serikat juga meneliti ihwal virus penyebab AIDS yang disebut HTLV-III. Setelah diteliti lebih lanjut, terbukti bahwa ALV dan HTLV-III merupakan virus yang sama dan pada tahun 1986, istilah yang dipakai untuk menyebut virus tersebut ialah HIV, atau lebih spesifik lagi disebut HIV-1.

Tidak usang sesudah HIV-1 ditemukan, suatu subtipe gres ditemukan di Portugal dari pasien yang berasal dari Afrika Barat dan kemudian disebut HIV-2.Melalui kloning dan analisis sekuens (susunan genetik), HIV-2 mempunyai perbedaan sebesar 55% dari HIV-1 dan secara antigenik berbeda.Perbedaan terbesar lainnya antara kedua strain (galur) virus tersebut terletak pada glikoprotein selubung. Penelitian lanjutan memperkirakan bahwa HIV-2 berasal dari SIV (retrovirus yang menginfeksi primata) lantaran adanya kemiripan sekuens dan reaksi silang antara antibodi terhadap kedua jenis virus tersebut.

 Klasifikasi

 Sinoussi dari Perancis berhasil mengisolasi HIV untuk pertama kalinya dari seorang penderi HIV

Pohon kekerabatan (filogenetik) yang memperlihatkan kedekatan SIV dan HIV.

 

Kedua spesies HIV yang menginfeksi insan (HIV-1 dan -2) pada mulanya berasal dari Afrika barat dan tengah, berpindah dari primata ke insan dalam sebuah proses yang dikenal sebagai zoonosis. HIV-1 merupakan hasil evolusi dari simian immunodeficiency virus (SIVcpz) yang ditemukan dalam subspesies simpanse, Pan troglodyte troglodyte. Sedangkan, HIV-2 merupakan spesies virus hasil evolusi strain SIV yang berbeda (SIVsmm), ditemukan pada Sooty mangabey, monyet dunia usang Guinea-Bissau.Sebagian besar infeksi HIV di dunia disebabkan oleh HIV-1 lantaran spesies virus ini lebih virulen dan lebih gampang menular dibandingkan HIV-2. Sedangkan, HIV-2 kebanyakan masih terkurung di Afrika barat.
Berdasarkan susuanan genetiknya, HIV-1 dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu M, N, dan O. Kelompok HIV-1 M terdiri dari 16 subtipe yang berbeda. Sementara pada kelompok N dan O belum diketahui secara terang jumlah subtipe virus yang tergabung di dalamnya. Namun, kedua kelompok tersebut mempunyai kekerabatan dengan SIV dari simpanse.HIV-2 mempunyai 8 jenis subtipe yang diduga berasal dari Sooty mangabey yang berbeda-beda.
Apabila beberapa virus HIV dengan subtipe yang berbeda menginfeksi satu individu yang sama, maka akan terjadi bentuk rekombinan sirkulasi (circulating recombinant forms - CRF) (bahasa Inggris: circulating recombinant form, CRF). Bagian dari genom beberapa subtipe HIV yang berbeda akan bergabung dan membentuk satu genom utuh yang baru.Bentuk rekombinan yang pertama kali ditemukan ialah rekombinan AG dari Afrika tengah dan barat, kemudian rekombinan AGI dari Yunani dan Siprus, kemudian rekombinan AB dari Rusia dan AE dari Asia tenggara. Dari seluruh infeksi HIV yang terjadi di dunia, sebanyak 47% kasus disebabkan oleh subtipe C, 27% berupa CRF02_AG, 12,3% berupa subtipe B, 5.3% ialah subtipe D dan 3.2% merupakan CRF AE, sedangkan sisanya berasal dari subtipe dan CRF lain.


 

Struktur dan Materi Genetik

 

HIV mempunyai diameter 100-150 nm dan berbentuk sferis (spherical) sampai oval lantaran bentuk selubung yang menyelimuti partikel virus (virion). Selubung virus berasal dari membran sel inang yang sebagian besar tersusun dari lipida. Di dalam selubung terdapat serpihan yang disebut protein matriks.
Bagian internal dari HIV terdiri dari dua komponen utama, yaitu genom dan kapsid.Genom ialah materi genetik pada serpihan inti virus yang berupa dua kopi utas tunggal RNA.Sedangkan, kapsid ialah protein yang membungkus dan melindungi genom.
Berbeda dengan sebagian besar retrovirus yang hanya mempunyai tiga gen (gag, pol, dan env), HIV mempunyai enam gen tambahan (vif, vpu, vpr, tat, ref, dan nef). Gen-gen tersebut disandikan oleh RNA virus yang berukuran 9 kb. Kesembilan gen tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan fungsinya, yaitu gen penyandi protein struktural (Gag, Pol, Env), protein regulator (Tat, Rev), dan gen aksesoris (Vpu hanya pada HIV-1, Vpx hanya pada HIV-2; Vpr, Vif, Nef)

 

Nama Gen dan Protein yang disandikan Ukuran Lokalisasi Fungsi
Tat (trans-aktivator transkripsi) 86 asam amino (AA), 2 ekson, 14 kDalton nukleus, nukleolus, protein awal Penting untuk replikasi; Trans-aktivasi lisan mRNA virus, mengatur lisan sitokin dan reseptor. 
Rev (regulator lisan protein virus) 116 AA, 2 ekson, 19 kDalton nukleus, di antara sitoplasma dan nukleolus Penting untuk replikasi; mengatur transkripsi dan lisan protein Gag, Pol, Env, Vif, Vpu, dan Vpr.
Vif (faktor infektivitas virus) 192 AA, 23 kDalton sitoplasma, beberapa molekul yang terbungkus dalam virion dewasa Penting untuk infektivitas dan replikasi pada sel primer; berperan dalam tahap awal replikasi HIV
Vpr (Protein R virus) 96-106 AA, 10-15 kDalton komponen dari inti virus dan kompleks membran Mediasi replikasi di sel yang tidak membelah
Vpx (Protein X virus) 112 AA, 12-16 kDalton komponen virion Berfungsi ibarat Vpr
Vpu (Protein U virus) 81 AA (terfosforilasi), 9,2 & 16 kDalton retikulum endoplasma, protein transmembran Degradasi CD4; meningkatkan pelepasan HIV; pembentukan membran protein integral; regulasi ekpresi permukaan sel terhadap MHC I
Nef (Faktor Negatif) 206 AA, 27 kDalton virion, sitoplasma, nukleus Meningkatkan produksi HIV di tahap akhir; mengatur lisan MHC I dan CD4

 Siklus Hidup

 

Sinoussi dari Perancis berhasil mengisolasi HIV untuk pertama kalinya dari seorang penderi HIV
Struktur HIV.

 

Seperti virus lain pada umumnya, HIV hanya sanggup bereplikasi dengan memanfaatkan sel inang. Siklus hidup HIV diawali dengan penempelan partikel virus (virion) dengan reseptor pada permukaan sel inang, di antaranya ialah CD4, CXCR5, dan CXCR5. Sel-sel yang menjadi sasaran HIV ialah sel dendritik, sel T, dan makrofaga. Sel-sel tersebut terdapat pada permukaan lapisan kulit dalam (mukosa) p3enis, v@gin@, dan oral yang biasanya menjadi tempat awal infeksi HIV.Selain itu, HIV juga sanggup pribadi masuk ke aliran darah dan masuk serta bereplikasi di noda limpa.
Setelah menempel, selubung virus akan melebur (fusi) dengan membran sel sehingga isi partikel virus akan terlepas di dalam sel.Selanjutnya, enzim transkriptase balik yang dimiliki HIV akan mengubah genom virus yang berupa RNA menjadi DNA. Kemudian, DNA virus akan dibawa ke inti sel insan sehingga sanggup menyisip atau terintegrasi dengan DNA manusia.DNA virus yang menyisip di DNA insan disebut sebagai provirus dan sanggup bertahan cukup usang di dalam sel.Saat sel teraktivasi, enzim-enzim tertentu yang dimiliki sel inang akan memproses provirus sama dengan DNA manusia, yaitu diubah menjadi mRNA.Kemudian, mRNA akan dibawa keluar dari inti sel dan menjadi cetakan untuk menciptakan protein dan enzim HIV.Sebagian RNA dari provirus yang merupakan genom RNA virus. Bagian genom RNA tersebut akan dirakit dengan protein dan enzim sampai menjadi virus utuh. Pada tahap perakitan ini, enzim protease virus berperan penting untuk memotong protein panjang menjadi serpihan pendek yang menyusun inti virus. Apabila HIV utuh telah matang, maka virus tersebut sanggup keluar dari sel inang dan menginfeksi sel berikutnya. Proses pengeluaran virus tersebut melalui pertunasan (budding), di mana virus akan mendapatkan selubung dari membran permukaan sel inang.

 Deteksi HIV

 

Sinoussi dari Perancis berhasil mengisolasi HIV untuk pertama kalinya dari seorang penderi HIV
Seorang perempuan sedang memakai alat tes HIV.

 

Umumnya, ada tiga tipe deteksi HIV, yaitu tes PCR, tes antibodi HIV, dan tes antigen HIV.Tes reaksi berantai polimerase (PCR) merupakan teknik deteksi berbasis asam nukleat (DNA dan RNA) yang sanggup mendeteksi keberadaan materi genetik HIV di dalam badan manusia. Tes ini sering pula dikenal sebagai tes beban virus atau tes amplifikasi asam nukleat (HIV NAAT). PCR DNA biasa merupakan metode kualitatif yang hanya sanggup mendeteksi ada atau tidaknya DNA virus. Sedangkan, untuk deteksi RNA virus sanggup dilakukan dengan metode real-time PCR yang merupakan metode kuantitatif. Deteksi asam nukleat ini sanggup mendeteksi keberadaan HIV pada 11-16 hari semenjak awal infeksi terjadi. Tes ini biasanya dipakai untuk mendeteksi HIV pada bayi yang gres lahir, namun jarang dipakai pada individu remaja lantaran biaya tes PCR yang mahal dan tingkat kesulitan mengelola dan menafsirkan hasil tes ini lebih tinggi jikalau dibandingkan tes lainnya.
Untuk mendeteksi HIV pada orang dewasa, lebih sering dipakai tes antibodi HIV yang murah dan akurat.Seseorang yang terinfeksi HIV akan menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi tersebut.Tes antibodi HIV akan mendeteksi antibodi yang terbentuk di darah, saliva (liur), dan urin. Sejak tahun 2002, telah dikembangkan suatu penguji cepat (rapid test) untuk mendeteksi antibodi HIV dari tetesan darah ataupun sampel liur (saliva) manusia. Sampel dari badan pasien tersebut akan dicampur dengan larutan tertentu. Kemudian, kepingan alat uji (test strip) dimasukkan dan apabila memperlihatkan hasil positif maka akan muncul dua pita berwarna ungu kemerahan.Tingkat akurasi dari alat uji ini mencapai 99.6%, namun semua hasil positif harus dikonfirmasi kembali dengan ELISA.Selain ELISA, tes antibodi HIV lain yang sanggup dipakai untuk investigasi lanjut ialah Western blot.
Tes antigen sanggup mendeteksi antigen (protein P24) pada HIV yang memicu respon antibodi. Pada tahap awal infeksi HIV, P24 diproduksi dalam jumlah tinggi dan sanggup ditemukan dalam serum darah.Tes antibodi dan tes antigen dipakai secara berkesinambungan untuk menawarkan hasil deteksi yang lebih akurat dan lebih awal. Tes ini jarang dipakai sendiri lantaran sensitivitasnya yang rendah dan hanya sanggup bekerja sebelum antibodi terhadap HIV terbentuk.

 Penularan dan Pencegahan

 HIV sanggup ditularkan melalui injeksi pribadi ke aliran darah, serta kontak membran mukosa atau jaringan yang terlukan dengan cairan badan tertentu yang berasal dari penderita HIV.Cairan tertentu itu mencakup darah, semen, sekresi v@gin@, dan ASI. Beberapa jalur penularan HIV yang telah diketahui ialah melalui kekerabatan secual, dari ibu ke anak (perinatal), penggunaan obat-obatan intravena, transfusi dan transplantasi, serta paparan pekerjaan.

 Hubungan secual

 Menurut data WHO, pada tahun 1983-1995, sebanyak 70-80% penularan HIV dilakukan melalui kekerabatan heterosecual, sedangkan 5-10% terjadi melalui kekerabatan homosecual. Kontak secual melalui v@gin@ dan anal mempunyai resiko yang lebih besar untuk menularkan HIV dibandingkan dengan kontak sec secara oral. Beberapa faktor lain yang sanggup meningkatkan resiko penularan melalui kekerabatan secual ialah kehadiran penyakit menular secual, kuantitas beban virus, penggunaan douche. Seseorang yang menderita penyakit menular secual lain (contohnya: sifilis, herpes genitali, kencing nanah, dsb.) akan lebih gampang mendapatkan dan menularkan HIV kepada orang lain yang berafiliasi secual dengannya.Beban virus merupakan jumlah virus aktif yang ada di dalam tubuh. Penularah HIV tertinggi terjadi selama masa awal dan simpulan infeksi HIV lantaran beban virus paling tinggi pada waku tersebut.Pada rentan waktu tersebut, beberapa orang hanya menimbulkan sedikit tanda-tanda atau bahkan tidak sama sekali. Penggunaan douche sanggup meningkatkan resiko penularan HIV lantaran menghancurkan kuman baik di sekitar v@gin@ dan anus yang mempunyai fungsi proteksi. Selain itu, penggunaan douche sesudah berafiliasi secual sanggup menekan kuman penyebab penyakit masuk ke dalam badan dan menjadikan infeksi.

Pencegahan HIV melalui kekerabatan secual sanggup dilakukan dengan tidak berganti-ganti pasangan dan memakai k0nd0m. Cara pencegahan lainnya ialah dengan melaksanakan kekerabatan sec tanpa menimbulkan paparan cairan tubuh. Untuk menurunkan beban virus di dalam saluran kelamin dan darah, sanggup dipakai terapi anti-retroviral.

 Ibu ke anak (transmisi perinatal)

 Penularan HIV dari ibu ke anak sanggup terjadi melalui infeksi in utero, ketika proses persalinan, dan melaui sumbangan ASI. Beberapa faktor maternal dan eksternal lainnya sanggup mempengaruhi transmisi HIV ke bayi, di antaranya banyaknya virus dan sel imun pada trisemester pertama, kelahiran prematur, dan lain-lain. Penurunan sel imun (CD4+) pada ibu dan tingginya RNA virus sanggup meningkatkan resiko penularan HIV dari ibu ke anak. Selain itu, sebuah studi pada perempuan hamil di Malawi dan AS juga menyebutkan bahwa kekurangan vitamin A sanggup meningkatkan risiko infeksi HIV. Risiko penularan perinatal sanggup dilakukan dengan persalinan secara caesar, tidak menawarkan ASI, dan sumbangan AZT pada masa simpulan kehamilan dan sesudah kelahiran bayi.Di sebagian negara berkembang, pencegahan sumbangan ASI dari penderita HIV/AIDS kepada bayi menghadapi kesulitan lantaran harga susu formula sebagai pengganti relatif mahal.Selain itu, para ibu juga harus mempunyai kanal ke air higienis dan memahami cara mempersiapan susu formula yang tepat.

 Lain-lain

 Cara efektif lain untuk penyebaran virus ini ialah melalui penggunaan jarum atau alat suntik yang terkontaminasi, terutama di negara-negara yang kesulitan dalam sterilisasi alat kesehatan.Bagi pengguna obat intravena (dimasukkan melalui pembuluh darah), HIV sanggup dicegah dengan memakai jarum dan alat suntik yang bersih. Penularan HIV melalui transplantasi dan transfusi hanya menjadi penyebab sebagian kecil kasus HIV di dunia (3-5%). Hal ini pun sanggup dicegah dengan melaksanakan investigasi produk darah dan transplan sebelum didonorkan dan menghindari donor yang mempunyai resiko tinggi terinfeksi HIV.

Penularan dari pasien ke petugas kesehatan yang merawatnya juga sangat jarang terjadi (< 0.0001% dari keseluruhan kasus di dunia).Hal ini dicegah dengan memeberikan pengajaran atau edukasi kepada petugas kesehatan, pemakaian pakaian pelindung, sarung tangan, dan pembuangan alat dan materi yang telah tercemar sesuai dengan prosedur. Pada tahun 2005, sempat diusulkan untuk melaksanakan sunat dalam rangka pencegahan HIV. Namun berdasarkan WHO, tindakan pencegahan tersebut masih terlalu awal untuk direkomendasikan.
Ada beberapa jalur penularan yang ditakutkan sanggup mengembangkan HIV, yaitu melalui ludah, gigitan nyamuk, dan kontak sehari-hari (berjabat tangan, terekspos batuk dan bersin dari penderita HIV, memakai toilet dan alat makan bersama, berpelukan). Namun, CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) menyatakan bahwa acara tersebut tidak menjadikan penularan HIV. Beberapa acara lain yang sangat jarang mengakibatkan penularan HIV ialah melalui gigitan insan dan beberapa tipe ciuman tertentu.
Sub-Sahara Afrika tetap merupakan kawasan yang paling parah terkena HIV di antara kaum perempuan hamil pada usia 15-24 tahun di sejumlah negara di sana. Ini diduga disebabkan oleh banyaknya penyakit kelamin, praktik menoreh tubuh, transfusi darah, dan buruknya tingkat kesehatan dan gizi di sana.

 *sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/HIV* 

    

Sumber http://biologyconservation.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)