Sabtu, 02 September 2017

Social Media Zaman Now (2)


 Siang tadi aku berteleponan dengan salah seorang sahabat usang aku Social Media Zaman Now (2)

Siang tadi aku berteleponan dengan salah seorang sahabat usang saya, kami saling kenal akrab semenjak awal-awal hijrah dulu. Dia sosok yang asyik bagi aku alasannya yaitu walaupun paham benar wacana agama, tidak pernah sedikitpun ia menjudge orang lain yang belum baik itu salah, ia juga bukan tipe orang yang suka pilih-pilih dalam berteman. Caranya menasihatinya juga sangat baik, kami selalu saling membuatkan dongeng dan pada risikonya saling mengingatkan. Selalu ada hal baik yang aku dapat, ilmu yang baru, motivasi baru, dan semangat gres untuk terus berguru mendalami agama.

Kami membuatkan sedikit dongeng yang kami rasakan tentang, Social Media. 
What? Socmed lagi, mi ? Iya, bahas ini lagi, maafkeunla  --" 

Dirasakan atau tidak tapi kami cukup merasakannya. Memang benar socmed punya dua sisi, sisi kasatmata dan sisi negatif. Sisi positifnya ya.. tentu silaturahim akan terus terjaga alasannya yaitu kita sanggup tetap intens berkomunikasi dengan siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Kita juga jadi tau bagaimana kabar mereka, dan banyak hal kasatmata lainnya. Sedangkan sisi negatif yang kami rasakan yaitu salah satu fitur update status socmed. Walaupun tidak sepenuhnya fitur ini negatif 100%, tapi yang dirasakan negatif alasannya yaitu semakin hari kami merasa bahwa fitur tersebut mulai lebih mengarah ke arah ajang show off. Well, walaupun niat itu adanya dalam hati, kita tidak pernah tau apa yang seseorang itu pikirkan dikala membuatkan momen dengan friend list dalam timelinenya tersebut. Entah itu niat pamer, entah membuatkan kebahagiaan/kesedihan, entah cari perhatian, entah apalah, hanya ia dan Allah saja yang tau.


Jujur aku pernah mencicipi dikala melihat orang lain posting wacana sesuatu yang jago mashaa Allah luar biasa, misal punya karir dan pendidikan yang OK hingga ke luar negeri, ada rasa terbesit dalam hati “kok aku tidak ibarat itu ya?” atau “how lucky they are” padahal yah.. kita tidak pernah tau apa yang sudah mereka lalui untuk mencapai semuanya.

Saat posting wacana pasangan misalnya, pernahkah terpikirkan perasaan sahabat kita yang belum dipertemukan dengan pasangannya? Atau dikala posting wacana anak, apakah pernah terpikirkan perasaan sahabat kita yang begitu berharap akan hadirnya buah hati dalam rumah tangganya? Padahal mungkin sudah bermacam-macam ikhtiar mereka upayakan, namun apa daya, itu semua murni hak prerogratif Allah. Dan masih banyak hal lainnya yang bahwasanya perlu kita renungi.

Makanya akhir-akhir ini aku mulai menge-rem diri aku sendiri untuk tidak terlalu sesumbar di socmed, tujuan aku biar sanggup menjaga perasaan teman-teman lain yang mungkin tidak mempunyai apa yang aku miliki (lagian apalah aku ini, ndak punya apa2 juga --"). Entah itu dalam hal kebahagiaan ataupun hal lainnya. Kecuali niatnya sharing ilmu yang sifatnya saling mengingatkan atau mungkin sekedar gosip yang bermanfaat. Bukankah amalan yang tidak pernah putus yaitu ilmu yang bermanfaat ? Tapi ingat, luruskan niat selalu yaa :')

Dan ya, di satu sisi kadang aku ingin menghapus socmed, tapi di sisi lainnya aku pun mencicipi pentingnya socmed. Kalo kadar keimanan sedang turun nih memang kadang hal tersebut sanggup menciptakan jadi kotor hati. Pernah? huh..pernah. Saya sadar aku hanya insan biasa yang dianugerahi segala macam bentuk rasa. Memang pada risikonya itu semua kembali pada diri kita sendiri. Mungkin ini bentuk latihan pengendalian diri terutama hati, dari kotor hati dikala melihat apapun yang disharing oleh teman-teman kita.

Semoga kita sanggup semakin bijak dalam memakai social media dan semoga sanggup menjadikannya lebih bermanfaat tidak hanya untuk urusan dunia tapi juga untuk di alam abadi kelak. Inshaa Allah.

Semoga istiqomah menjaga hati, ya! :)

Wallahu a'lam bishowab.

Sumber http://ismimiitsme.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)