Senin, 18 September 2017

Jujur Saja

Aku ingin menemukanmu dalam keadaan jujur. Semua hal, baik itu tulisanmu yang terbaca, prasangkamu yang tersirat, dan akhlakmu yang terpancar. Sebab lewat itu semua, saya menjadi kenal denganmu.

Di dikala jaman sudah penuh dengan mereka yang bertopeng warna-warni, saya hanya ingin menemukanmu dalam topengmu sendiri. Dirimu yang sebenarnya. Tidak ada warna yang norak, alasannya ialah itu tak cocok denganmu. Atau pun warna yang kusam, alasannya ialah kau sebetulnya lebih cerah. Jujur saja, biar kita dapat saling mencocokkan warna yang ada.

Apa bagimu bersikap jujur begitu mengkhawatirkan? Ketika mereka lebih bahagia dengan kabar palsu menggembirakan atau sosok tepat yang terkesan ahli semuanya. Jujur saja, saya tahu kita tak ada yang sempurna. Kurangmu, kurangku, ialah hal-hal masuk akal yang akan saling menciptakan kita sama-sama belajar. Jujur sajalah, meski insan tak sekalipun mengalihkan pandang, namun Allah sedang memperhatikan.

Bagiku, kejujuran ialah etika yang mulia dan akan dimiliki mereka yang mulia. Mereka yang jujur pada Tuhannya, dirinya sendiri, dan semua orang disekitarnya. Tak ingin berdusta meski punya kesempatan. Jujur saja, biar saya mengenalimu sebagai umat yang meneladani Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam. Memang kau tak akan dapat sepadan dengannya, tapi perilaku jujurmu membuatku tahu bahwa kita sebetulnya sama. Kita ialah umatnya yang sedang berusaha meneladani Beliau dalam segala langkah.

Barangkali, jujurlah dengan bijaksana. Ketika berbohong dalam kebaikan diperbolehkan, maka lakukanlah. Ketika berbohong untuk mendamaikan mereka yang bertikai, maka amalkanlah.

Mungkin saya ingin menemukanmu dalam keseharian yang jujur. Pada Tuhanmu, kau jujur atas tiap niat dan tiap salah. Pada dirimu, kau jujur atas tiap kata, langkah, dan cerita. Pada mereka, kau jujur atas dirimu dan tak berdusta meski bisa. 

Aku kira, saya harus bertemu dengan sosok yang jujur. Bukan hanya mempermudah tiap langkah tuk saling mengenal, juga biar barakah senantiasa di dalamnya. Sebab setiap goresan pena yang kutoreh, saya ingin kau percaya bahwa saya pun (berusaha) jujur. Meski ada kesempatan untuk menipu banyak mata, tapi apa daya? Bukannya saya hanya insan yang tiap tindaknya akan ditanya dan tiap amalnya diminta pertanggung-jawaban?

Barangkali menemukan sosok yang jujur itu sulit sekali. Sebab menipu sudah membiasa. Tapi, saya yakin. Kejujuran akan menarik sesamanya. Energi kejujuran akan bertemu akhir energi yang sama. Tak ada yang sulit, selama percaya bahwa beliau ada-selama saya tetap dalam energi kejujuran yang sama.

Baiklah, mari jujur-jujuran. Supaya kita benar-benar saling menemukan dan bersama dalam tujuan.

Sumber http://ismimiitsme.blogspot.com


EmoticonEmoticon