Assalamualaikum.wr.wb
hay sobat blogger, kalian niscaya sudah tau apa itu seni tari bukan? kali ini saya mau menyebarkan pengetahuan wacana tarian jaipong yang ada di kawasan tempat saya lahir yaitu Jawabarat :) tarian nya berjulukan tari jaipong, semuanya wacana jaipong pelajari ya :D
Jaipongan yaitu sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya yaitu Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup mempunyai wangsit untuk mengembangkan tari atau kesenian yang sekarang dikenal dengan nama Jaipongan.
Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak mempunyai teladan gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di kawasan Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang teladan tarinya maupun insiden pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa teladan gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet yaitu Tayuban dan Pencak Silat.
Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang alasannya yaitu dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Jaipongan merupakan karya utama Gugum Gumbira.
Ciri – Ciri Tari Jaipong
Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam teladan penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi teladan (Ibing Pola) menyerupai pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), contohnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini sanggup kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di kawasan Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut:
Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara abnormal yang tiba ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian kemancanegara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong.
KONTROVERSI VERSI IMBAUAN TARI JAIPONG
Gerak erotik ini bekerjsama yaitu juga untuk mengikuti perkembangan zaman dikala ini, sehingga para pencipta tarian sanggup terus melestarikan seni jaipong ini hingga dikala ini.Mungkin alasannya yaitu itulah bapak Gubernur Jawa Barat merasa risih melihat tari jaipong ini,sehingga menghimbau melalui kepala Dinas pariwisata jabar, biar mengurangi gerak erotik daritari jaipong tersebut, dan lebih tertutup.Demikian juga dengan para seniman tari ini, semuanya hanya mereflesikan pemikirannya dalambentuk gerak tubuh. Bagaimana sejarah seni jaipong, dan bagaimana seni tari ini sanggup menjadi icon bagi Jawabarat.Dikalangan para seniman tari sendiri, dengan adanya imbauan dari Gubernur ini sangat mengkhawatirkan.Karena ini sanggup berdampak kepada pelarangan tari jaipong. Sehingga ini membuat kalangan seniman jawa barat merasa gerah atas himbauan dari Gubernur tersebut.Mungkin akhir dari diterbitkannya UU anti Pornografi dan p0rn*aksi inilah, maka setiap ekses dari kebudayaan atau prilaku di masyarakat yang mengandung atau tidak unsur erotisme, maka semua itu dilarang.
Semoga bermanfaat sobat :)
Sumber http://nandarious.blogspot.comhay sobat blogger, kalian niscaya sudah tau apa itu seni tari bukan? kali ini saya mau menyebarkan pengetahuan wacana tarian jaipong yang ada di kawasan tempat saya lahir yaitu Jawabarat :) tarian nya berjulukan tari jaipong, semuanya wacana jaipong pelajari ya :D
Sebagai tarian pergaulan, tari Jaipong berhasil dikembangkan oleh Seniman Sunda menjadi tarian yang memasyarakat dan sangat digemari oleh masyarakat Jawa Barat (khususnya).Bahkan terkenal hingga di luar Jawa Barat.Menyebut Jaipongan sesungguhnya tak hanya akan mengingatkan orang pada sejenis tari tradisi Sunda yang atraktif dengan gerak yang dinamis. Tangan, bahu, dan pinggul selalu menjadi kepingan lebih banyak didominasi dalam teladan gerak yang lincah, diiringi oleh pukulan kendang. Terutama pada penari perempuan, seluruhnya itu selalu dibarengi dengan senyum elok dan kerlingan mata. Inilah sejenis tarian pergaulan dalam tradisi tari Sunda yang muncul pada selesai tahun 1970-an yang hingga hari ini popularitasnya masih hidup di tengah masyarakat.
Sejarah perkembangan Tari Jaipong
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa efek yang melatar belakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan efek dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari eksistensi ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan mempunyai daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini terkenal sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, menyerupai waditra yang mencakup rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong.
Sejarah perkembangan Tari Jaipong
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa efek yang melatar belakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan efek dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari eksistensi ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan mempunyai daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini terkenal sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, menyerupai waditra yang mencakup rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong.
Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak mempunyai teladan gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di kawasan Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang teladan tarinya maupun insiden pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa teladan gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet yaitu Tayuban dan Pencak Silat.
Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang alasannya yaitu dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Jaipongan merupakan karya utama Gugum Gumbira.
Ciri – Ciri Tari Jaipong
Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam teladan penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi teladan (Ibing Pola) menyerupai pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), contohnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini sanggup kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di kawasan Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut:
- Tatalu;
- Kembang Gadung;
- Buah Kawung Gopar;
- Tari Pembukaan (Ibing Pola), yang biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak sanggup nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih)
- Jeblokan dan Jabanan, merupakan kepingan pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat yaitu tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal menyerupai Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, yang warta sentralnya yaitu gerakan yang erotis dan vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi sesudah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah.
Kehadiran Jaipongan memperlihatkan donasi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang perjuangan semacam ini dibuat oleh para penggiat tari sebagai perjuangan pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa kawasan wilayah Jawa Barat, contohnya di Subang dengan Jaipongan gaya "kaleran" (utara).
Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira membuat tari lainnya menyerupai Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan dan tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa Suryabrata dan Asep.
Kehadiran Jaipongan memperlihatkan donasi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang perjuangan semacam ini dibuat oleh para penggiat tari sebagai perjuangan pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa kawasan wilayah Jawa Barat, contohnya di Subang dengan Jaipongan gaya "kaleran" (utara).
Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira membuat tari lainnya menyerupai Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan dan tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa Suryabrata dan Asep.
Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara abnormal yang tiba ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian kemancanegara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong.
KONTROVERSI VERSI IMBAUAN TARI JAIPONG
Februari 11, 2009,Beberapa waktu yang kemudian Gubernur Jawa Barat Ahmad Heriawan, mengimbau melalui kepalaDinas Pariwisata Jawa Barat, untuk mengurangi gerakan tari jaipong yang dianggap mengundangsyahwat itu Bagi kita sebagai warga Jawa Barat, sangat familiar sekali dengan tarian jaipong.
Karena memang tarian inilah yang menjadi ciri khas jawa barat.Tari jaipong sudah menggema di hampir seluruh pelosok di jawa barat ini, tidak hanya itubahkan hingga ke luar negeri segala.Lewat jaipong juga sudah membuat jawa barat menjadi daya tarik kunjungan wisata asing, danlewat jaipong pula, nama besar jawa barat semakin terkenal di dunia seni tari di Indonesia.Mau tidak mau, seni tari jaipong sudah mendarah daging bagi warga jawa barat. Karena setiap gerak dari jaipong itu sendiri mencerminkan dinamika masyarakat jawa barat.
TARI JAIPONG
Seni tari ini pertama kali dipopulerkan oleh Gugum Gumbira, yang merupakan pencipta tari jaipong.Dulu mungkin kita orang sunda atau jawa barat sangat mengenal lagu jaipong Daun Pulus Keser Bojong, yang sangat fenomenal pada kala 80-an.Tembang ini menjadi sangat fenomenal, alasannya yaitu tembang ini disertai pula dengan gerak tari yaitu jaipong. Namun seiring perkembangan zaman, dan semakin banyaknya hiburan yang memasyarakat,maka seni tari jaipong juga sudah mulai dilupakan orang. Padahal orang luar, sangat menyayangi seni ini, bahkan hingga ada sekelompok seniman dari luar negeri yang ingin mempelajari tari jaipong ini.Selain itu, gerak tari jaipong yang terkadang lambat, tapi terkadang cepat, patah-patah, aerobik dan terkadang erotik ini mulai disalah artikan oleh masyarakat luas.Akibat gerakannya yang gemulai, tapi terkadang rada erotik ini juga, yang menimbulkan tarijaipong dipandang agak negatif yang mengandung unsur erotisme.Padahal yang bekerjsama tidak menyerupai itu.
TARI JAIPONG
Seni tari ini pertama kali dipopulerkan oleh Gugum Gumbira, yang merupakan pencipta tari jaipong.Dulu mungkin kita orang sunda atau jawa barat sangat mengenal lagu jaipong Daun Pulus Keser Bojong, yang sangat fenomenal pada kala 80-an.Tembang ini menjadi sangat fenomenal, alasannya yaitu tembang ini disertai pula dengan gerak tari yaitu jaipong. Namun seiring perkembangan zaman, dan semakin banyaknya hiburan yang memasyarakat,maka seni tari jaipong juga sudah mulai dilupakan orang. Padahal orang luar, sangat menyayangi seni ini, bahkan hingga ada sekelompok seniman dari luar negeri yang ingin mempelajari tari jaipong ini.Selain itu, gerak tari jaipong yang terkadang lambat, tapi terkadang cepat, patah-patah, aerobik dan terkadang erotik ini mulai disalah artikan oleh masyarakat luas.Akibat gerakannya yang gemulai, tapi terkadang rada erotik ini juga, yang menimbulkan tarijaipong dipandang agak negatif yang mengandung unsur erotisme.Padahal yang bekerjsama tidak menyerupai itu.
Gerak erotik ini bekerjsama yaitu juga untuk mengikuti perkembangan zaman dikala ini, sehingga para pencipta tarian sanggup terus melestarikan seni jaipong ini hingga dikala ini.Mungkin alasannya yaitu itulah bapak Gubernur Jawa Barat merasa risih melihat tari jaipong ini,sehingga menghimbau melalui kepala Dinas pariwisata jabar, biar mengurangi gerak erotik daritari jaipong tersebut, dan lebih tertutup.Demikian juga dengan para seniman tari ini, semuanya hanya mereflesikan pemikirannya dalambentuk gerak tubuh. Bagaimana sejarah seni jaipong, dan bagaimana seni tari ini sanggup menjadi icon bagi Jawabarat.Dikalangan para seniman tari sendiri, dengan adanya imbauan dari Gubernur ini sangat mengkhawatirkan.Karena ini sanggup berdampak kepada pelarangan tari jaipong. Sehingga ini membuat kalangan seniman jawa barat merasa gerah atas himbauan dari Gubernur tersebut.Mungkin akhir dari diterbitkannya UU anti Pornografi dan p0rn*aksi inilah, maka setiap ekses dari kebudayaan atau prilaku di masyarakat yang mengandung atau tidak unsur erotisme, maka semua itu dilarang.
Semoga bermanfaat sobat :)
EmoticonEmoticon