A. ULTRA STUKTUR NUKLEUS
Elemen struktural utama nukleus ialah membran inti, suatu membran ganda fosfolipid yang membungkus keseluruhan organel dan memisahkan penggalan inti dengan sitoplasma sel, serta lamina inti, suatu struktur dalam nukleus yang memberi derma mekanis menyerupai sitoskeleton yang menyokong sel secara keseluruhan. Secara garis besar, membran inti terdiri atas tiga bagian, yaitu membran luar, ruang perinuklear, dan membran dalam. Membran luar dari nukleus berkesinambungan dengan retikulum endoplasma (RE) garang yang bertaburan dengan ribosom. Sifat membran inti yang tak permeabel terhadap sebagian besar molekul menciptakan nukleus memerlukan pori inti biar molekul sanggup bergerak melintasi membran.Pori nukleus bagaikan terowongan yang terletak pada membran nukleus yang berfungsi menghubungkan nukleoplasma dengan sitosol. Fungsi utama dari pori nukleus ialah untuk sarana pertukaran molekul antara nukleus dengan sitoplasma. Molekul yang keluar, kebanyakan mRNA, digunakan untuk sintesis protein.
Pori nukleus tersusun atas 4 subunit, yaitu subunit kolom, subunit anular, subunit lumenal, dan subunit ring. Subunit kolom berfungsi dalam pembentukan dinding pori nukleus, subunit anular berkhasiat untuk membentuk spoke yang mengarah menuju tengah dari pori nukleus, subunit lumenal mengandung protein transmembran yang menempelkan kompleks pori nukleus pada membran nukleus, sedangkan subunit ring berfungsi untuk membentuk permukaan sitosolik (berhadapan dengan sitoplasma) dan nuklear (berhadapan dengan nukleoplasma) dari kompleks pori nukleus.Meskipun penggalan dalam nukleus tidak mengandung tubuh yang dibatasi oleh membran, isi nukleus tidak seragam dan mempunyai beberapa tubuh subnukleus yang terbentuk dari protein-protein unik, molekul RNA, serta gugus DNA. Contoh utama dari tubuh subnukleus ialah nukleolus, yang terutama terlibat dalam pembentukan ribosom. Setelah diproduksi oleh nukleolus, ribosom diekspor ke sitoplasma untuk menjalankan fungsi translasi mRNA.
Inti Sel (nukleus)
Inti sel merupakan penggalan sel yang paling mencolok diantara organel-organel di dalam sel. Pada sel eukariotik, inti sel dibatasi oleh membran inti mempunyai pori berukuran 60 nm. Membran inti berkhasiat untuk pertukaran materi antara nukleoplasma (plasma inti) dengan sitoplasma. Nukleoplasma mengandung nukleolus (anak inti) dan kromosom. Nukleoplasma merupakan tempat pembentukan dan pematangan RNA ribosomal (salah satu baban pembentuk ribosom). Struktur kromosom terlihat dengan terperinci pada ketika sel melaksanakan pembelahan (tahap metafase). Pada sel yang tidak membelah (tahap interfase) hanya benang-benang kromatin saja yang terlihat.
Inti atau nukleus mempunyai komponen-komponen sebagai berikut :
1) Selaput inti
2) Nukleoplasma
3) Nukleolus
4) Kromatin
Komponen inti yang utama ialah Kromatin. Kromatin ini mengandung ADN, yang jadi sumber segala kegiatan dan kehidupan sel. Jika sel tak berinti maka kegiatan sel umumnya terbatas sekali, menyerupai dijumpai pada eritrosit Mammalia.
Pada lazimnya sel berinti satu saja. Kekecualian ialah beberapa Protozoa (memiliki inti makro dan mikro), sel hati dan sel tulang osteoklast. Bentuk bulat atau lonjong, diameter 5-10 um. Ada juga yang polimorf, menyerupai pada lekosit dan sel sertoli dalam testis.
Selaput Inti
Sebelum periode ME, disebut juga karyotheca, dari kata karyon = inti; dan theca = kulit. Di bawah MC memang terperinci sekali tampak selaput inti itu, jauh lebih tebal dan gelap dibandingkan dengan membran sel sendiri. Di bawah ME sanggup diketahui, selaput inti terdiri dari 2 lapis unit membrane. Antara membran luar dan membran dalam ada celah, disebut perinuclear cisternae, lebar 50 nm. Cisterna tepi inti ini bekerjasama dengan cisterna RE pada beberapa tempat, yang berperan sebagai terusan transport zat. Karena plasmalema sendiri hanya dibina atas 1 unit membrane, jelaslah bagi kita kenapa selaput inti jauh lebih terperinci dan tebal tampak di bawah MC dari pada membran sel sendiri.
Dengan ME jenis transmisi (MET) dan dengan teknik freeze-fracture kita sanggup melihat akan banyaknya terdapat lobang halus pada selaput inti itu, yang disebut pori inti. Pori itu relatif sama besar semua, diameter 80 nm. Bentuk setiap porus hampir poligonal atau secara garang berbentuk lingkaran. Pori menempati sekitar 40% seluruh permukaan selaput inti. Pada porilah bersatunya membran luar dan membran dalam.
Pori berperan sebagai diafragma, pintu keluar masuk zat yang bersifat statis. Namun kehadirannya dinamis, artinya adanya pori di suatu penggalan selaput inti tidak tetap, sanggup hilang, kemudian muncul lagi suatu waktu, sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan kegiatan. Makin banyak acara inti makin banyak pori itu. Letaknya pun sanggup berubah-ubah.
ARN yang ditranskripsi (dihasilkan, dicetak) oleh ADN pada kromatin dikira ditransport melalui pori. Nukleosida, fosfat, dan histon yang perlu untuk memproduksi ARN atau ADN disalurkan kedalam inti lewat 2 jalan :
1. Lewat pori inti
2. Lewat cisterna RE terus masuk cisterna tepi inti, kemudian berdifusi ke dalam nukleoplasma.
Ketika sel membelah, selaput inti hancur dan bersebar dalam sitoplasma berupa gelembung (vesikula) dan patahan-patahan membran. Selaput gres sel inti anak berasal dari RE atau sanggup juga berasal dari berasosiasinya kembali vesikula bekas hancuran selaput inti induk.
Nukleoplasma
Disebut juga Karioplasma. Cairan inti yang lebih kental daripada sitoplasma. Di dalam terenddam kromatin dan nukleolus. Mengandung protein, enzim, metabolit, dan ion.
Nukleolus
Disebut juga butir inti atau anak inti. Dalam jamak nukleolus ialah nukleoli. Bentuknya bundar, gelap. Ada juga yang bervakuola di dalamnya. Berdiameter 0,3 um. Tidak bermembran. Besar pada sel yang aktif, kecil atau tak ada pada sel yang dormant (non aktif). Waktu sel aktif mensintesa zat nukleolus tampak tumbuh jadi kian besar. Begitu juga pada sel kanker. Lazimnya setiap sel hanya mengandung 1 nukleolus. Pada sel muda banyak nukleloli. Jika sel membelah organel ini akan hilang, dan muncul lagi pada sel anak.
Nuklelous dibikin oleh “nucleolar organizing center” kromatin, dan menempel ke tempat kromatin tersebut. Nukleolus berisi ARN, sebab itu bersifat basofil. Di bawah MC nukleolus dibedakan atas 2 penggalan :
1. Nukleolonema
2. Pars amorpha
Nukleolonema berbentuk bunga karang atau trabeculae dan gelap, sedangkan pars amorpha berupa celah-celah yang terang. Sejak periode ME nukleolus disebut mempunyai 4 penggalan :
1. Daerah butiran (granuler)
2. Daerah serat (fibriler)
3. Daerah kromatin
4. Kandung (matriks)
Daerah butiran mengandung butiran-butiran yang bulat gelap, diameter 15 -20 nm, sedikit lebih kecil daripada ribosom. Daerah serat mengandung serat-serat berdiameter 5 – 10 nm. Ke dua tempat butiran dan tempat serat dihubungkan oleh semacam benang halus, dan sama terendam dalam kandung (matriks).
Daerah kromatin terdiri dari serat-serat yang lebih terang daripada daeah serat, berdiameter 10 nm, membentang dari satu sisi ke sisi lain nukleolus. Daerah inilah sebetulnya “nucleolar organizing centre” kromatin. Pusat pengatur nukleolus ini terletak pada tempat gentingan setiap kromatin, dan selama interfase selalu terletak pada penggalan dalam nukleolus.
Daerah butiran ada hubungan dengan pembentukan ribosom. Dikira butiran-butiran itu sendirilah yang bakal jadi subunit ribosom itu. Daerah serat mengandung ADN dan ARN-r. dengan perbesaran ME yang kuat, sanggup tampak bahwa daeah butiran terdiri dari 2 bagian, melihat kepada gelap terangnya. Masing-masing dikira subunit 60S dan 40S. kedua subunit bakal ribosom ini kemudian akan bermigrasi ke sitplasma lewat pori. Lalu bergabung membentuk ribosom matang.
Terzakis (1965) memperlihatkan, bahwa nukleolus sel-sel endometrium uterus mengandung sederet terusan semenjak awal hingga pertengahan masa menggetahkan dalam daur haid. Waktu ini tampak sitoplasma menjorok kedalam inti, dan berdekatan dengan kandung nukleolus. Dalam kejadian ini mungkin ARN-r masuk kedalam sitoplasma.
Besar nukleolus sesuai dengan aktifitas sel. Jika nukleolus besar, berarti sel ulet mensintesa. Dari pengamatan dengan ME diketahui, bahwa ribosom (dengan ARN-r) disintesa oleh ADN di dalam nukleolus, dan diangkut ke sitoplasma lewat pori inti.
Ada 3 jenis nukleoli :
1. Berongga
2. Padat
3. Cincin
Pada jenis berongga ada lobang-lobang terang di dalam tempat yang gelap. Pada jenis padat tak ada lobang-lobang terang, semua penggalan nukleolus homogen. Pada jenis cincin daerah gelap membentuk cincin di sebelah luar penggalan terang yang berupa lobang besar di tengah.
Yang terbanyak dijumpai ialah jenis pertama, yakni yang berongga-rongga. Nukleolus jenis ini terdapat pada sel hati, lekosit, lomfoblast (sel induk limfosit), mieloblast, dan lain-lain. Jenis cincin terdapat pada sel otot polos, endotel, dan sel plasma.
Menarik sekali untuk diamati, bahwa pada sel-sel patologis banya terdapat nukleolus jenis ketiga (cincin), yang dalam keadaan normal (sehat) sebetulnya sel-sel itu mengandung nukleolus jenis pertama (berongga) atau kedua (padat). Makara oleh keadaan patologis nukleolus sanggup berubah bentuk.
Bentuk dan ukuran nukleolus teratur dan tetap pada sel normal, dan menjadi tak karuan pada sel tumor. Pada penderita leukemia limfoblast yang parah jenis ketiga ditemukan bersama jenis pertama yang normal. Pada leukemia mieloblast yang parah ukuran nukleolus bertambah besar, tapi jumlahnya berkurang. Namun orang harus berhati-hati, sebab variasi bentuk dan jumlah nukleoli juga dipengaruhi oleh umur dan pertumbuhan jaringan. Misalnya, jumlah nukleoli dalam sel hati orang cendekia balig cukup akal muda ada 1 hingga 7 butir. Kadang-kadang ada yang hingga 11 butir, sesuai dengan acara sel bersangkutan. Pada sel hati orang jompo jumlahnya sanggup meningkat menjadi 12 butir, dan pada tikus bau tanah sanggup antara 6 hingga 30 butir.
Biasanya nukleolus besar sekali pada sel neoplastik (membelah abnormal), dan tak sebanding dengan ukuran besarnya inti. Jika perbandingan besar antara nukleolus dan inti lebih dari 0,25 (> 0,25) dan diameter nukleolus lebih besar dari 1/3 (> 1/3) diameter inti, sanggup membantu mengidentifikasi apakah sesuatu sel jadi menganker (ganas) atau tidak.
Pembesaran nukleoli tak selalu membuktikan sifat keganasan. Nukleolus yang membesar ditemukan juga pada sel yang sedang tumbuh, atau sel non-neoplastik yang menggetahkan protein. Demikian juga pada sel yang diinfeksi virus. Namun, sikap nukleolus yang diamati dibawah ME sanggup digunakan dalam diagnosa penyakit.
Kromatin
Zat warna mikroteknik tampak di bawah MC banyak diserap oleh struktur yang menciptakan citra menyerupai jala benang halus, sehingga disebut kromatin. (Dari kata chroma = berwarna; tin = benang halus). Di bawah ME ternyata susunan kromatin sering berciri khas bagi sesuatu jenis sel dan bervariasi antara satu jenis jaringan dengan jaringan lain. Pada beberapa sel kromatin nampak tersebar halus, ada yang bergumpal, ada pula berbentuk jala menyerupai tampak di bawah MC.
Kromatin dibina atas :
1. ADN, sebagai materi genetis, melilit teras
2. Protein, sebagai teras
ADN dibawah ME dan dengan teknik penguraian tertentu, tampak berupa sepasang untaian molekul yang berpilin-pilin sesama (double helix). Ini sesuai pula dengan inovasi J.D Watson dan F.H.C Crick (1953) dan disempurnakan oleh M.H.F.Wilkins (1961). (Gb. 2.70 dan 2.71).
Jika diuraikan 1 kromatin mengandung ADN sepanjang 5 cm. jadi dalam keadaan biasa, tanpa diberi materi pelonggar atau pengurai untaian berpilin itu, ADN nampak dibawah mikroskop berupa benang halus yang melilit-lilit dalam nukleoplasma, setebal 25nm. Seutas benang itu kalau diuraikan sebetulnya dibina atas 2 benang halus setebal 10 nm yang berpilin sesama dan sejajar.
Pada interfase kromatin terdiri dari 2 macam :
1. Heterokromatin
2. Eukromatin
Heterokromatin padat, gelap, sebab menarik banyak zat warna teknik mokroskopis. Daerah heterokromatin banyak menumpuk di tepi inti, sebelah ke dalam membran dalam selaput inti itu. Heterokromatin inilah yang menciptakan selaput inti itu tampak amat terperinci di bawah MC.
Heterokromatin terdiri dari ADN yang melilit rapat. Ini mengandung ADN yang sedang dalam non-aktif (dormant).
Eukromatin sedikit sekali menarik zat warna, sebab itu tampak dibawah mikroskop berwarna pucat atau terang. Ini sebab pilihan pasangan ADN-nya sedang dalam longgar, dan ADN itu sedang aktif.
Para hebat sitogenetika berpendapat, bahwa kromatin itu sanggup saling berubah dari hetero ke eukromatin atau sebaliknya, sesuai dengan aktivitasnya.
Protein yang jadi teras kromatin terdiri dari histon. (Ada juga sedikit protein non-histon di sela-sela histon). Histon itu berupa butiran atau manik, dan ADN melilit tiap manik. Lilitan ADN ini tidak longgar lepas menyerupai kabel melilit kumparan listrik. Tapi membenam di lapisan histon, sehingga ADN dan histon membina ikatan erat. Jika ADN akan melaksanakan tugasnya untuk acara sel (sintesa protein atau membelah), lilitan itu akan lepas dari benamannya pada histon, berkat kehadiran enzim polimerase. Serentak dengan itu pilinan sejajar (double helix) ADN lepas pula.
Aaron Klug dkk. (1984) mengatakan bahwa 1 manik histon dibina atas 4 pasang kepingan protein.Jika sel membelah pilinan “benang” ADN kromatin akan merapat dan memadat sekali, sehingga ia akan jadi pendek dan tebal. Kini ia disebut kromosom, dari kata chroma = berwarna; dan soma = badan.
Ketika dalam bentuk kromosom, akan terperinci terlihat, bahwa materi genetis itu terdiri dari 2 tempat :
1. Kepala
2. Lengan
Kepala (sentromer, kinetokor), lazimnya hanya 1 pada tiap kromosom; sedang lengan ada dua. Lengan ini ada yang sama panjang, ada yang satu lebih pendek, adapula yang satu pendek sekali.
Kromosom tampak bermacam-macam dalam setiap sel, baik bentuk maupun panjang. Tapi macamnya itu selalu tetap pada setiap species. Diantara yang bermacam-macam itu ada yang sama 2 buah (sepasang-sepasang). Kromosom yang sama itu disebut homolog. Pada Mammalia jumlah kromosomnya sekitar 60. Karena ada 2 -2 yang homolog, maka jumlah macam kromosom Mammalia ada sekitar 30. Orang mempunyai 46 kromosom dalam tiap selnya. Berarti jumlah macam kromosom orang ada ½ x 46 = 23.
Setiap macam kromosom (kromatin ketika sel dalam interfase atau tak membelah) mengandung ADN yang susunan kimianya secara terinci ialah khas, tidak sama dengan susunan kimia AND macam kromosom lain. Kromosom homolog mengandung ADN yang sama susunan kimianya, demikian pula fiilnya.
Unit materi genetis (hereditas, sifat keturunan) ialah gen. gen itu dibina atas ADN. Apakah 1 gen sama dengan 1 molekul ADN, belum terperinci hingga kini. Namun pada satu kromosom jumlah gen itu ribuan samapi puluhan ribu.Setiap gen mempunyai peranan atau fiil yang khas pula, demikian pula susunan molekul ADN-nya. Gen menumbuhkan karakter (sifat keturunan baik struktural maupun fungsional). Ada 1 gen menumbuhkan 1 karakter, ada banyak gen menumbuhkan 1 karakter, ada pula 1 gen menumbuhkan banyak karakter.
Karena itu gen hanya nama fungsional, bukan struktural. Nama strukturalnya tentulah ADN itu. Beberapa sarjana beropini bahwa gen ialah nama unit fungsional, sedang nukleosom ialah nama unit struktural materi genetis. 1 nukleoplasma mengandung beberapa lilitan ADN yang berpilin. Kromosom homolog mengandung gen yang sama, baik struktural, fungsional, maupun letaknya. Letak gen pada kromosom itu disebut lokus, yang secara teoritis (perhitungan di kertas), sanggup dibentuk petanya pada setiap kromosom. Lokus gen itu ditentukan berapa jaraknya berdasarkan unit ukuran tertentu (disebut mM = mili Morgan) dari sentromer. Sentromer tidak mengandung gen, dan dalam peta kromosom ditulis terletak pada titik 0. Mengetahui bentuk dan jumlah kromosom sesuatu individu makhluk penting, bukan hanya untuk mendeterminasi mengetahui normal-tidaknya susuna genetis individu atau populasi bersangkutan.
Karena itu dibentuk orang kariotipe, artinya susunan kromosom sesuatu individu atau populasi suatu spesies. Kariotipe itu dibbuat pada ketika sel sedang membelah. Karena pada tingkat metafase semua kromosom terletak di bidang ekuator, berarti dalam satu bidang, maka orang sanggup “menjaring” semua kromosom suatu individu (sel yang sedang membelah) pada satu bidang sayatan pada tingkat metafase itu. Yakni kalau sayatan mikroteknik persis kena pada bidang ekuator sel yang sedang membelah
Untuk memudahkan biasanya suatu jaringan yang ulet membelah (pucuk akar, sumsum tulang, gonad, kulit) dibentuk pertanamannya (di kultur), kemudian diberi kolkhisin, yang peranannya menghentikan pembelahan pada metafase. Sehingga semua sel yang membelah pada jaringan bersangkutanberada pada tingkat itu. Lalu dibentuk sayatan-sayatan berulang kali, dan pada suatu ketika akan lewat bidang ekuator pembelahan. Kemudian di potret dengan kamera mikroskop, dicetak- besarkan beberapa ratus kali, kemudian digunting-gunting setiap kromosomnya. Kemudian disusun berjeje, mulai dari yang terpanjang hingga yang terpendek. Di potret lagi, sehingga dapatlah kita citra susunan kromosom sesuatu individu dengan lengkap. Itulah yang disebut dengan kariotipe.
Waktu sel membelah kromosom akan mengganda jadi sepasang disebut kromatid (kromosom anak). Tapi hanya lengan yang dua,sedangkan sentromer tetap satu pada tingkat metafase. Karena itu citra kariotipe sesuatu individu selalu mengatakan kromosom sedang mengganda, dengan sebtromer satu. Dalam lapangan kesehatan atau kedokteran kariotipe itu penting sekali. Banyak kelainan atau penyakit keturunan yang sanggup didiagnosa secara tepat lewat analisa kariotipe seseorang. Sebab kalau ada susunan kromosom itu ada kelainan dari normal, berarti timbul pula kelainan dalam susunan gen-gen nya, yang kesudahannya kelainan pula dalam krakternya.
B. FUNGSI NUKLEUS
Inti disebut pusat sel. Untuk itu ia mempunyai 2 macam fungsi :
1. Mengontrol dan menghasilkan zat yang perlu untuk metabolisme.
2. Berisi materi genetis atau hereditas yang akan diwariskan kepada keturuna atau sel anak. Dengan materi genetis yang diwariskan itulah keturunan sanggup “hidup”.
Kedua fungsi itu ditangani oleh ADN dalam kromatin. Untuk fungsi pertama ADN menempuh suatu proses yang disebut transkripsi, dan untuk fungsi yang kedua ia mengalami proses yang disebut replikasi.
Dalam proses transkripsi ADN mensintesa ARN, yang terdiri dari ARN-t (transfer). ARN-r (ribosom) dan ARN-m (mesenger). ARN-t dan ARN-m ditransfer ke dalam sitoplasma, sedang ARN-r dirakit dulu di dalam nukleolus, masuk ke bakal ribosom, gres kemudian merembes ke sitoplasma bersama ribosom-ribosom itu. Ketiga macam ARN bekerja sama untuk mensintesa protein dari asam amino yang ada dalam sitoplasma. ARN-m menciptakan ribosom dalam sitoplasma akan beruntai, membentuk suatu untaian yang terdiri dari 5 -7 ribosom disebut polisom. (istilah polisom ini biasanya teruntuk bagi ribosom bebas).
Asam-asam amino diangkut ARN-t ke dalam ribosom, kemudian terjadi proses yang disebut translasi (menerjemahkan). Artinya, informasi genetis yang dicetak oleh ADN inti pada ARN-m, diterjemahkan oleh untaian ribosom jadi untaian asam amino (peptida), yang kesudahannya jadi protein (polipeptida). Sebelum sel membelah, lebih dulu ADN dalam kromatin mengganda (replikasi). Terbentuk ADN-ADN anak yang merupakan cetakan juga dari ADN induk.
Transkripsi dan replikasi memerlukan beberapa zat, yakni ATP, nukleosida, fosfat, ribosa, histon (protein yang jadi pelilitan ADN), protein non-histon, asam amino, dan yang sangat memilih hadirnya enzim-enzim khusus. Makara bukan hanya ARN dan ribosom yang hanya keluar inti lewat selaput inti dalam proses transkripsi, tapi juga terjadi transfort arah sebaliknya. Yakni dengan masuknya aneka macam zat yang diharapkan untuk acara ADN tadi dari sitoplasma ke dalam inti. Jika kromatin sedang melaksanakan transkripsi, oleh hadirnya enzim polimerase, pilinan untaian molekul ADNnya akan melonggar, dan ia dalam fase eukromatin. Kalau nanti ia tak aktif lagi melaksanakan transkripsi, akan kembali berada dalam fase heterokromatin.
Suatu kromatin melaksanakan transkripsi bergantung kepada kebutuhan sel. Untuk ini ada proses umpan-balik (feedback). Jika zat yang di sintesa sudah cukup banyak, transkripsi akan berhenti, maka tempat kromatin yang bersangkutan akan berada dalam fase heterokromatin. Jika suatu ketika ada tempat kromatin lain yang perlu melaksanakan transkripsi, sesuai dengan kebutuhan, maka dari fase hetero- ia akan berubah jadi eu-kromatin, dan terjadilah pelonggaran pilinan ADN, dan dengan demikian terjadilah transkripsi.
C. PERANAN NUKLEUS DALAM KEHIUPAN
Nukleus ialah merupakan penggalan terpenting yang mengatur seluruh penggalan sel. Biasanya berbentuk inti sel bulat dan didalam terdapat kromosom yang merupakan benang – benang pembawa sifat keturunan.
Nukleus ini mempunyai peranan yang sangat vitul dalam kehidupan sebuah sel. Peranan nukleus dalam hal ini ialah untuk mengatur dan mengontrol segala acara kehidupan sel serta membawa informasi genetik yang diturunkan ke generasi berikutnya. Infomasi genetik ini disimpan dalam suatu molekul polinukleutida yaitu yang disebut DNA ( deoxyribonucleic acid ), DNA pada umumnya tersebar didalam nukleus sebagai matriks menyerupai benang yang disebut kromosom. Kromosom tersusun atas molekul DNA dan protein histon. Stuktur di dalam nukleus yang merupakan tempat berkosentrasinya molekul DNA adalah nucleolus ( anak inti ). Nucleolus berperan sebagai tempat terjadinya sintesis molekul RNA ( Ribonucleic acid ) dan ribosom. RNA merupakan hasil salinan DNA yang akan ditransfer ke sitoplasma untuk diterjemahkan menjadi rantai asam amino yang disebut protein. Ketika sel akan memulai membelah, kromatin akan berkondensasi membentuk struktur yang lebih padat dan memendek yang selanjutnya.
Nukleus ialah organel yang ditemukan pada sel eukariotik. Didalam organel ini mengadung sebagian besar materi genetik sel dangan bentuk molekul DNA linear panjang yang membentuk kromosom bersama dangan bermacam-macam jenis protein menyerupai histon. Gen di dalam kromosom – kromosom inilah yang membentuk genom inti sel. Nukleus sering kita kenal dengan nama inti sel. Nukleus pertama kali dikenalkan oleh Brown pada tahun 1831 yang mengamati sel – sel tumbuhan. Stuktur nucleus sel tumbuhan (eukariot) mempunyai inti sel yang terperinci ketika di amati, sebab materi – materi inti yang ada di dalam nucleus dibatasi oleh membran inti (karyotheca), yaitu struktur membran phospolipid bilayer menyerupai dengan struktur membrane plasma.
Daftar Pustaka
Yatim, wildan.(1996).Biologi Modern. Bandung : Tarsito
Saharjo, S.(1980).Biologi Umum 11. Jakarta : Gramedia
Sumber http://consisteria.blogspot.com
EmoticonEmoticon