Selasa, 31 Juli 2018

Apa Dan Bagaimana Kesulitan Berguru Siswa

Dalam acara pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang sanggup menempuh acara belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami banyak sekali kesulitan. Kesulitan mencar ilmu siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan sanggup bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada kesannya sanggup menyebabkan prestasi mencar ilmu yang dicapainya berada di bawah semestinya.



Kesulitan mencar ilmu siswa meliputi pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
1.    Learning Disorder atau kekacauan mencar ilmu yakni keadaan dimana proses mencar ilmu seseorang terganggu sebab timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil mencar ilmu yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras menyerupai karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam mencar ilmu menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.

2.    Learning Disfunction merupakan tanda-tanda dimana proses mencar ilmu yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun bergotong-royong siswa tersebut tidak memperlihatkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang mempunyai postur badan yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun sebab tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka beliau tidak sanggup menguasai permainan volley dengan baik.

3.    Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya mempunyai tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan memperlihatkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.

4.    Slow Learner atau lambat mencar ilmu yakni siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih usang dibandingkan sekelompok siswa lain yang mempunyai taraf potensi intelektual yang sama.

5.    Learning Disabilities atau ketidakmampuan mencar ilmu mengacu pada tanda-tanda dimana siswa tidak bisa mencar ilmu atau menghindari belajar, sehingga hasil mencar ilmu di bawah potensi intelektualnya.

Siswa yang mengalami kesulitan mencar ilmu menyerupai tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari banyak sekali tanda-tanda yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif . Beberapa sikap yang merupakan manifestasi tanda-tanda kesulitan belajar, antara lain :
1.    Menunjukkan hasil mencar ilmu yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.

2.    Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan perjuangan yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha ulet belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah

3.  Lambat dalam melaksanakan tugas-tugas acara belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.

4.    Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: hirau tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.

5.    Menunjukkan sikap yang berkelainan, menyerupai membolos, tiba terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam acara belajar, dan sebagainya.

6.    Menunjukkan tanda-tanda emosional yang kurang wajar, menyerupai : pemurung, gampang tersinggung, pemarah, tidak atau kurang bangga dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak memperlihatkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.

Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut beliau bahwa siswa dikatakan gagal dalam mencar ilmu apabila :
1.    Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference).

2.    Tidak sanggup mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat menurut ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini sanggup digolongkan ke dalam under achiever.

3.    Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diharapkan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini sanggup digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater)

Untuk sanggup memutuskan tanda-tanda kesulitan mencar ilmu dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diharapkan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini sanggup ditetapkan batas dimana siswa sanggup diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran sanggup memilih kegagalan atau kemajuan mencar ilmu siswa : (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil mencar ilmu dibandinngkan dengan potensi; dan (4) kepribadian.

1. Tujuan pendidikan
Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting, sebab akan memperlihatkan arah proses acara pendidikan. Segenap acara pendidikan atau acara pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang sanggup mencapai sasaran tujuan-tujuan tersebut sanggup dianggap sebagai siswa yang berhasil. Sedangkan, apabila siswa tidak bisa mencapai tujuan-tujuan tersebut sanggup dikatakan mengalami kesulitan belajar. Untuk menandai mereka yang menerima kendala pencapaian tujuan pembelajaran, maka sebelum proses mencar ilmu dimulai, tujuan harus dirumuskan secara terang dan operasional. Selanjutnya, hasil mencar ilmu yang dicapai dijadikan sebagai tingkat pencapaian tujuan tersebut. Secara statistik, menurut distribusi normal, seseorang dikatakan berhasil kalau siswa telah sanggup menguasai sekurang-kurangnya 60% dari seluruh tujuan yang harus dicapai. Namun kalau memakai konsep pembelajaran tuntas (mastery learning) dengan memakai evaluasi pola patokan, seseorang dikatakan telah berhasil dalam mencar ilmu apabila telah menguasai standar minimal ketuntasan yang telah ditentukan sebelumnya atau kini lazim disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebaliknya, kalau penguasaan ketuntasan di bawah kriteria minimal maka siswa tersebut dikatakan mengalami kegagalan dalam belajar. Teknik yang sanggup dipakai ialah dengan cara menganalisis prestasi mencar ilmu dalam bentuk nilai hasil belajar.

2. Kedudukan dalam Kelompok
Kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya akan menjadi ukuran dalam pencapaian hasil belajarnya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila memperoleh prestasi mencar ilmu di bawah prestasi rata-rata kelompok secara keseluruhan. Misalnya, rata-rata prestasi mencar ilmu kelompok 8, siswa yang menerima nilai di bawah angka 8, diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian, nilai yang dicapai seorang akan memperlihatkan arti yang lebih terang sehabis dibandingkan dengan prestasi yang lain dalam kelompoknya.

Dengan norma ini, guru akan sanggup menandai siswa-siswa yang diperkirakan menerima kesulitan belajar, yaitu siswa yang menerima prestasi di bawah prestasi kelompok secara keseluruhan.

Secara statistik, mereka yang diperkirakan mengalami kesulitan yakni mereka yang menduduki 25 % di bawah urutan kelompok, yang biasa disebut dengan lower group. Dengan teknik ini, kita mengurutkan siswa menurut nilai nilai yang dicapainya. dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah, sehingga siswa menerima nomor urut prestasi (ranking). Mereka yang menduduki posisi 25 % di bawah diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Teknik lain ialah dengan membandingkan prestasi mencar ilmu setiap siswa dengan prestasi rata-rata kelompok. Siswa yang menerima prestasi di bawah rata – rata kelompok diperkirakan pula mengalami kesulitan belajar.

3. Perbandingan antara potensi dan prestasi
Prestasi mencar ilmu yang dicapai seorang siswa akan tergantung dari tingkat potensinya, baik yang berupa kecerdasan maupun bakat. Siswa yang berpotensi tinggi cenderung dan seyogyanya sanggup memperoleh prestasi mencar ilmu yang tinggi pula. Sebaliknya, siswa yang mempunyai potensi yang rendah cenderung untuk memperoleh prestasi mencar ilmu yang rendah pula. Dengan membandingkan antara potensi dengan prestasi mencar ilmu yang dicapainya kita sanggup memperkirakan hingga sejauhmana sanggup merealisasikan potensi yang dimikinya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila prestasi yang dicapainya tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Misalkan, seorang siswa sehabis mengikuti investigasi psikologis diketahui mempunyai tingkat kecerdasan (IQ) sebesar 120, termasuk kategori cerdas dalam skala Simon & Binnet. Namun ternyata hasil belajarnya hanya menerima nilai angka 6, yang seharusnya dengan tingkat kecerdasan yang dimikinya beliau paling tidak beliau bisa memperoleh angka 8. Contoh di atas menggambarkan adanya tanda-tanda kesulitan belajar, yang biasa disebut dengan istilah underachiever.

4. Kepribadian

Hasil mencar ilmu yang dicapai oleh seseorang akan tercerminkan dalam seluruh kepribadiannya. Setiap proses mencar ilmu akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam aspek kepribadian. Siswa yang berhasil dalam mencar ilmu akan memperlihatkan pola-pola kepribadian tertentu, sesuai dengan tujuan yang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa diakatan mengalami kesulitan belajar, apabila memperlihatkan pola-pola sikap atau kepribadian yang menyimpang dari seharusnya, menyerupai : hirau tak acuh, melalaikan tugas, sering membolos, menentang, isolated, motivasi lemah, emosi yang tidak seimbang dan sebagainya.




= Baca Juga =




Sumber http://forumgurunusantara.blogspot.com


EmoticonEmoticon