Jumat, 13 Januari 2017

Pengertian Limfosit Dan Antibodi

Struktur Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh- Sistem kekebalan badan pada organisme tingkat tinggi, terutama burung dan Mammalia, bertumpu pada sel-sel darah putih (leukosit). Leukosit dibuat di dalam sumsum tulang oleh sebuah jaringan meristematik yang disebut stem cells (sel induk darah) (Gambar 11.9).

Struktur Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh Pengertian Limfosit dan AntibodiGambar 11.9 Diferensiasi sel induk darah.
Leukosit yang berperan dalam sistem kekebalan badan terdiri atas fagosit dan limfosit. Fagosit merupakan sel yang akan menghancurkan benda abnormal yang masuk dalam badan dengan cara menelannya (fagositosis). Fagosit terdiri atas neutrofil dan makrofag. Neutrofil terdapat di dalam darah, sedangkan makrofag bisa memasuki ke dalam jaringan ataupun rongga tubuh. Limfosit terdiri atas dua jenis, yaitu limfosit B dan limfosit T.
1. Limfosit B
Limfosit B terbentuk dan dimatangkan dalam sumsum tulang (bone marrow). Dalam sumsum tulang, limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma yang berfungsi bertugas menyekresikan antibodi kedalam cairan badan dan sel limfosit B-memori yang berfungsi menyimpan gosip antigen. Informasi ini disimpan dalam bentuk DNA yang sanggup memproduksi antibodi yang cocok dengan antigen. Sel limfosit B hidup dalam jangka waktu yang lama.
Struktur Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh Pengertian Limfosit dan AntibodiGambar 11.10 Proses pembentukan sel T (T cell) dan sel B (B cell). Sel B matang di sumsum tulang, sedangkan sel T matang di kelenjar timus.
2. Limfosit T
Limfosit T dimatangkan di kelenjar timus (Gambar 11.10). Di kelenjar timus, limfosit T juga berdiferensiasi menjadi sel T sitotoksik (cytotoxic T cell), sel T penolong (helper T cell), sel T supressor (supressor T cell), dan sel Tmemori (memory T cell). Masing-masing mempunyai fungsi berbeda. Sel T sitotoksik berfungsi dalam membunuh sel yang terinfeksi. Sel T penolong berfungsi mengaktifkan limfosit B dan limfosit T. Sel supressor berfungsi dalam mengurangi produksi antibodi oleh sel-sel plasma dengan cara menghambat acara sel T penolong dan sel T sitotoksik. Sel T memori diproduksi untuk “mengingat” antigen yang telah masuk ke dalam tubuh. Jika kelak antigen yang sama menyerang badan kembali, maka dengan adanya sel T memori akan terjadi respons sekunder yang lebih cepat dan kuat. Akibatnya, sering antigen telah dihancurkan sebelum terjadi demam atau radang. Baik limfosit B dan limfosit T akan masuk ke dalam sistem peredaran limfatik atau getah bening (Gambar 11.10). Sel limfosit banyak terdapat pada sistem peredaran darah limfatik, sumsum tulang, kelenjar timus, kelenjar limfa, amandel (tonsil), darah, dan dalam sistem pencernaan. Pada proses transplantasi jaringan, penolakan badan donor yang menimbulkan kerusakan jaringan yang akan ditransplantasikan, sanggup disebabkan oleh sel limfosit T. Hal ini terjadi lantaran limfosit T menganggap jaringan tersebut bukan kepingan dari tubuh.
Struktur Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh Pengertian Limfosit dan AntibodiGambar 11.11 Sistem peredaran limfatik Manusia
3. Antibodi
Limfosit B membentuk sistem kekebalan di dalam cairan badan (humor), sehingga efektif dalam mengatasi infeksi oleh kuman dan virus yang bersifat ekstraseluler. Sel Limfosit B sanggup membentuk struktur protein khusus, yaitu Immunoglobulin atau disebut juga antibodi. Protein khusus ini dimigrasikan ke kepingan membran sel, kemudian berfungsi mengenali dan mengikat sel abnormal atau organisme abnormal yang ditemui, dan melumpuhkannya. Antibodi intinya yakni protein yang sangat spesifik yang terbentuk sebagai respons dari kehadiran antigen. Immunoglobin terdiri dari dua rantai ringan (Light Chain, rantai L) dan dua rantai berat (Heavy Chain, rantai H). Setiap rantai L dan H terdiri atas dua terminal, yaitu terminal C (Constant) dan terminal V (Variable). Immunoglobin (disingkat Ig) dibagi menjadi lima kelas, yaitu IgA, IgD, IgE, IgG, IgM (Gambar 11.12).
Struktur Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh Pengertian Limfosit dan AntibodiGambar 11.12 Immunoglobin terdiri atas lima kelas yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE.
IgM merupakan antibodi pertama yang disekresikan sebagai respons kekebalan tubuh. Setelah mengikat antigen, IgM memicu aktifnya protein komplemen. IgM juga sanggup mengikat antigen atau patogen menjadi gumpalan sehingga memudahkan fagositosis makrofag. IgG mengaktifkan protein aksesori dan menetralkan banyak racun. Jumlah IgG paling banyak dan tahan lama. IgG merupakan satu-satunya antibodi yang sanggup melewati plasenta dan menjaga janin dengan kekebalan badan ibunya. IgG juga disekresikan dalam kolostrum. IgA mencegah masuknya virus atau kuman melalui jaringan epitel mukosa sistem pencernaan, pernapasan, dan kanal reproduksi. IgA ditemukan juga pada air liur, air mata, dan kolostrum. IgE memicu peradangan kalau cacing benalu menyerang tubuh. IgE juga berperan dalam reaksi alergi. IgD tidak mengaktifkan sistem aksesori dan tidak sanggup melewati plasenta. IgD diduga berfungsi dalam diferensi sel limfosit B menjadi sel plasma dan sel B memori.

Mekanisme Sistem Pertahanan Tubuh

Ketika Anda mendapat luka, maka selain reaksi pembekuan darah, badan juga dengan cepat melindungi bukaan pada luka dari infeksi kuman dan mikroorganisme lainnya. Adanya luka secara eksklusif telah merusakkan sistem pertahanan badan nonspesifik eksternal. Ketika terjadi luka, histamin dilepaskan oleh mast cell (mastosit), dan sel basofil yang tersebar di seluruh jaringan. Histamin yang diterima reseptor pada otot polos dan endotelium di dinding kapiler darah menimbulkan kapiler darah mengalami vasodilatasi (penambahan diameter), sementara vena menyempit. Hal ini menimbulkan kapiler darah menjadi lebih permeabel. Daerah tersebut akan terlihat memerah dan membengkak (Gambar 11.13).
Struktur Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh Pengertian Limfosit dan AntibodiGambar 11.13 Proses pertahanan badan dari patogen berupa kuman dikala terjadi luka di jaringan kulit.
Selain mengeluarkan histamin, mastosit juga menghasilkan faktor kemotaksis untuk ‘menarik’ dan mengaktifkan eosinofil, neutrofil, dan monosit (sel fagosit), serta faktor pengaktif keping darah yang akan terlibat dalam proses pembekuan darah. Sel fagosit, gres akan terlihat di sekitar kawasan luka sesudah sekitar 30 hingga 90 menit kemudian.
Eosinofil berperan dalam menghambat dan mengurangi konsentrasi histamin yang dikeluarkan mastosit, semoga tidak terjadi reaksi yang berlebihan. Jika terjadi infeksi oleh bakteri, maka neutrofil akan mengaktifkan lisosom. Lisosom melepaskan enzim lysozim yang akan mendegradasi kuman dan selsel dari jaringan yang rusak di sekitar luka.
Monosit dan makrofag juga menghasilkan endogenous pyrogen. Zat ini menawarkan sinyal pada pengatur suhu di hipotalamus, untuk menaikkan suhu badan beberapa derajat. Kita menyebut situasi ini sebagai demam. Hal ini terjadi terutama kalau infeksi yang diderita cukup berat. Naiknya suhu badan dimaksudkan untuk menghambat pertumbuhan kuman atau organisme patogen, semoga lebih gampang dilumpuhkan. Respons badan ini sanggup dikatakan sebagai respons sistem pertahanan badan nonspesifik dan belum melibatkan sel-sel limfosit.
Makrofag, yang jumlahnya hanya beberapa persen dari jumlah keseluruhan leukosit ini memainkan peranan penting. Makrofag mempunyai protein MHC (macrophage’s histocompatibility complex) yang kemudian akan berikatan dengan antigen pada mikroba. Kompleks MHC-antigen ini kemudian dimigrasikan ke membran sel makrofag (Gambar 11.14).
Struktur Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh Pengertian Limfosit dan AntibodiGambar 11.14 Aktivasi oleh sel T penolong. Sel T penolong akan membelah diri dan mengaktifkan sel B dan sel T sitoksin.
Sel limfosit juga turut serta dalam melumpuhkan mikroba yang masuk ke dalam tubuh, hanya saja dengan prosedur yang berbeda. Sel limposit B dengan reseptor aksesori berikatan dengan antigen dari kuman atau organisme patogen. Hal ini untuk mengenali antigen tersebut. Limfosit B akan membelah dan berdiferensiasi menjadi sel memori dan sel plasma. Sel plasma menyekresikan antibodi yang sanggup melumpuhkan mikroba yang masuk ke dalam cairan badan (humor). Target operasi limfosit B yakni bakteri, virus yang berada di luar sel, jamur dan protista. Limfosit T membentuk sistem kekebalan seluler. Sel sitotoksik akan melekat pada sel yang sudah terinfeksi virus, sel kanker, atau sel abnormal yang ditransplantasikan ke tubuh. Reseptor pada sel T penolong berikatan dengan kompleks MHC-antigen makrofag. Ikatan ini menimbulkan sel T penolong menghasilkan hormon interleukin yang menginduksi sel T penolong untuk membelah dan berdiferensiasi menjadi sel memori. Sel T penolong juga sanggup berikatan dengan sel limfosit B dan menginduksi (dengan proteksi hormon interleukin) sel limfosit B untuk membelah dan berdiferensiasi menjadi sel memori dan sel plasma. Sel plasma akan menyekresikan antibodi.
Antibodi yang disekresikan sel plasma akan berikatan dengan antigen mikroba, untuk kemudian sanggup dikenali oleh makrofag dan dicerna. Fenomena ini disebut opsonic adherence (Opsin adalah istilah yang berarti “bersiap untuk makan”) atau opsonisasi. Proses ini intinya yakni prosedur penandaan sel mikroba pelumpuh antigen dengan antibodi. Sel T sitotoksik juga sanggup aktif membelah dan berdiferensiasi dengan proteksi hormon interleukin yang disekresikan dari sel T penolong. Sel sitotoksik mengenali sel-sel abnormal atau sel yang terinfeksi virus di dalam tubuh, kemudian menguraikan membran selnya dengan protein yang dihasilkannya. Hal ini sangat penting, lantaran antibodi tidak sanggup menyerang patogen yang telah menginfeksi sel tubuh.

SUMBER : http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-xi/struktur-mekanisme-sistem-kekebalan-tubuh/
Sumber http://sulaiman4fun.blogspot.com


EmoticonEmoticon