Jumat, 28 Juli 2017

Makalah Psikiatrik Perihal Obsesif Kompulsif

KATAPENGANTAR
Puja dan puji syukur  penulis panjatkan kehadirat ALLAH Yang Maha Esa yang telah memperlihatkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis sanggup menuntaskan makalah ini dengan judul OBSESIF KOMPULSIF  Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi kiprah mata kuliah PSIKIATRIK, Program Studi Keperawatan.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh pemberian dari banyak sekali layanan internet. Oleh lantaran itu, Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap agar makalah ini sanggup bermanfaat bagi untuk saya maupun untuk semuanya.

                     Makassar, Mei 2014
                                                                                                           Penulis









DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................
KATA PENGANTAR…...........................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG...................................................................................
B.     RUMUSAN MASALAH………………………………………………….
C.     TUJUAN……………………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.    DEFINISI......................................................................................................
B.     EPIDEMIOLOGI...........................................................................................
C.     ETIOLOGI.....................................................................................................
D.    GEJALA KLINIS...........................................................................................
E.     DIAGNOSIS..................................................................................................
F.      TERAPI…………………………………………………………………….
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………….
A.    KASUS 3 …………………………………………………………………..
B.     KATA KUNCI …………………………………………………………….
C.     DIAKNOSA………………………………………………………………..
BAB III KESIMPULAN.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................






BAB1
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Ganguan obsesif–kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan sanggup mengakibatkan penderitaan. Gangguan ini prevalensinya diperkirakan 2 – 3% dari populasi.
Gangguan obsesif kompulsif menduduki peringkat keempat dari gangguan jiwa sesudah fobia, penyalahgunaan zat dan gangguan depresi berat.
Kebanyakan pasien dengan gangguan obsesif – kompulsif tiba ke beberapa dokter sebelum mereka ke psikiater dan umumnya 9 tahun mendapat terapi, gres kemudianmendapat diagnosis yang benar.
Hal ini memperlihatkan bahwa dokter selain psikiater  penting untuk mendapat diagnosis yang benar. 

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Definisi obsesif kompulsif?
2.      Epidemiologi obsesif kompulsif?
3.      Etiologi obsesif kompulsif?
4.      Gejala klinis dari obsesif kompulsif?
5.      Diagnosis dari obsesif kompulsif?
6.      Terapi atau pengobatan obsesif kompulsif?
C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetetahui definisi dari obsesif kompulsif
2.      Untuk mengetahui epidimiologi dari obsesif kompulsif
3.      Untuk mengetahui etiologi dari obsesif kompulsif
4.      Untuk mengetahui tanda-tanda klinis dari obsesif kompulsif
5.      Untuk mengetahui diagnosis dari obsesif kompulsif
6.      Untuk mengetahui terapi atau pengobatan dari obsesif kompulsif



























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    DEFINISI
Obsesi ialah ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yangtidak sanggup ditentang yang tidak sanggup dihilangkan dari kesadaran oleh perjuangan logika,yang disertai dengan kecemasan. Sedangkan kompulsi ialah kebutuhan yang patologisuntuk melaksanakan suatu impuls yang kalau ditahan menyebabkan kecemasan.
Gangguan obsesif – kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan sanggup mengakibatkan penderitaan (distress).

B.     EPIDEMIOLOGI
Prevalensi dari gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum ialah 2-3%. Pada sepertiga pasien obsesif-kompulsif, onset gangguan ini ialah sekitar usia 20 tahun, pada laki-laki sekitar 19 tahun pada perempuan sekitar 20 tahun. Perbandingan yang sama dijumpai pada laki-laki dan perempuan dewasa, akan tetapi remaja laki – laki lebih gampang terkena dari pada remaja perempuan.

C.    ETIOLOGI
1.      Faktor Biologis
Banyak penelitian yang mendukung adanya hipotesis bahwa disregulasi serotonin kuat pada pembentukan tanda-tanda gangguan obsesif-kompulsif, tetapiserotonin sebagai penyebab gangguan obsesif kompulsif masih belum jelas. Genetik juga diduga kuat untuk terjadinya gangguan obsesif-kompulsif dimana ditemukan perbedaan yang bermakna antara kembar monozigot dan dizigot. 
2.      Faktor Tingkah Laku
Menurut teori, obsesi adalah stimulus yang terkondisi. Sebuah stimulus yangrelatif netral diasosiasikan dengan rasa takut atau cemas melalui proses pengkondisianresponden yaitu dengan dihubungkan dengan kejadian – kejadian yang menimbulkanrasa cemas atau tidak nyaman.
Kompulsi terjadi dengan cara yang berbeda. Ketika seseorang menyadari bahwa perbuatan tertentu sanggup mengurangi kecemasan akhir obsesif, orang tersebut mengembangkan suatu taktik penghindaran aktif dalam bentuk kompulsi atau ritualuntuk mengendalikan kecemasan tersebut. Secara perlahan, lantaran efikasinya dalam mengurangi kecemasan, taktik penghindaran ini menjadi suatu pola tetap dalam kompulsi.
3.      Faktor Psikososial
Menurut Sigmund Frued, gangguan obsesif – kompulsif bisa disebabkan karenaregresi dari fase anal dalam fase perkembangannya. Mekanisme pertahanan psikologismungkin memegang peranan pada beberapa manifestasi gangguan obsesif – kompulsi.Represi perasaan murka terhadap seseorang mungkin menjadi bantalan an timbulnya pikiran berulang untuk menyakiti orang tersebut. 

D.    GEJALA KLINIS
Gejala pasien gangguan obsesif – kompulsif mungkin berubah sewaktu – waktutetapi gangguan ini mempunyai empat pola tanda-tanda yang paling sering ditemui, yaitu:
1.      Kontaminasi
Obsesi akan kontaminasi biasanya diikuti oleh pencucian atau kompulsimenghindar dari objek yang dirasa terkontaminasi. Objek yang ditakuti biasanyasulit untuk dihindari, contohnya feces, urine, debu, atau kuman.
2.      Keraguan
Patologis Obsesi ini biasanya diikuti oleh kompulsi investigasi berulang. Pasien mempunyai keraguan obsesif dan merasa selalu merasa bersalah tentangmelupakan sesuatu atau melaksanakan sesuatu.
3.      Pemikiran yang Mengganggu
Obsesi ini biasanya meliputi pikiran berulang perihal tindakan kasar atausecual yang salah oleh pasien.
4.      Simetri 
Kebutuhan untuk simetri atau ketepatan akan menjadikan kompulsi kelambanan. Pasien membutuhkan waktu berjam-jam untuk menghabiskan makanan atau bercukur.
Beberapa tanda-tanda yang bekerjasama dengan gangguan obsesif – kompulsif adalahsebagai berikut :















E.     DIAGNOSIS
1.      Pedoman diagnostik 
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2minggu berturut-turut.
Gejala-gejala obsesif harus meliputi hal-hal berikut :
·         Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.
·         Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipunada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
·         Pikiran untuk melaksanakan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yangmemberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atauanxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas).
·         Gagasan , bayangan pikiran atau impuls tersebut harus merupakan pengulanganyang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive)
Ada kaitan erat antara tanda-tanda obsesif, terutama pikiran obsesif dengan depresi.Penderita gangguan obsesif – kompulsif sering kali juga memperlihatkan tanda-tanda depresi dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang sanggup memperlihatkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresinya. Dalam banyak sekali situasi dari kedua haltersebut, meningkat atau menurunnya tanda-tanda depresif umumnya dibarengi secara paraleldengan perubahan tanda-tanda obsesif. Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, makadiagnosis diutamakan dari gejala-gejala yang timbul terlebih dahulu. Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresif pada ketika tanda-tanda obsesif-kompulsif tersebut timbul. Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejalayang paling bertahan ketika tanda-tanda yang lain menghilang. Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom Tourette, atau gangguan mental organik, harus dianggap sebagai kepingan dari kondisitersebut. 
2.      Predominan Pikiran Obsesif atau Pengulangan
Ø  Pedoman Diagnostik 
Keadaan ini sanggup berupa : gagasan, bayangan pikiran atau impulls (dorongan perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien). Meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda, umumnya hamper selalu mengakibatkan penderitaan (distress).
3.      Predominan Tindakan Kompulsi
Ø  Pedoman Diagnostik 
Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan: kebersihan (khususnya mencuci tangan), menilik berulang untuk meyakinkan bahwa suatu situasi yang dianggap berpotensi ancaman tidak terjadi atau masalah kerapihan danketeraturan.
Hal tersebut dilatar belakangi perasaan takut terhadap ancaman yang mengancamdirinya atau bersumber dari dirinya dan tindakan ritual tersebut meriupakanikhtiar simbolik dan tidak efektif untuk menghindari ancaman tersebut.
Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita waktu sampai beberapa jam dalam sehari dan kadang-kadang berkaitan dengan ketidak mampuan mengambil keputusan dan kelambanan. 
4.      Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif 
Ø  Pedoman Diagnostik 
Kebanyakan dari penderita-penderita obsesif kompulsif memperlihatkan pikiran serta tindakan kompulsif. Diagnosis ini dipakai bilamana kedua hal tersebut sama-sama menonjol,yang umumnya memang demikian.
Apabila salah satu memang terperinci lebih dominan, sebaiknya dinyatakan dalam diagnosis 2 atau 3. Hal ini berkaitan dengan respon yang berbeda terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih responsif terhadap terapi perilaku. 
Terapi Tingkah Laku
Baku emas terapi tingkah laris untuk gangguan obsesif kompulsif meliputi paparan dan pencegahan ritual. Pada terapi ini pasien dipaparkan dengan stimuli yang memprovokasi obsesinya contohnya denganmenyentuh objek yang tercemar dan juga pasien ditahan untuk tidak kompulsi misalnya menunda mencuci tangan.Terapi tingkah laris ini dimulai dengan pasien menciptakan daftar tentang obsesinyakemudian diatur sesuai hierarki mulai dari yang kurang menciptakan cemas hingga yang paling menciptakan cema. Dengan melaksanakan paparan berulang terhadap stimulusdiharapkan akan menghasilkan kecemasan yang minimal lantaran adanya habituasi.

F.     TERAPI ATAU PENGOBATAN
1.      Farmakoterapi
Kemanjuran farmakoterapi dalam gangguan obsesif-kompulsif telah dibuktikan dalam banyak uji coba klinis. Manfaat tersebut ditingkatkan oleh pengamatan bahwa penelitian menemukan angka respons placebo ialah kira-kira 5 persen. Persentase tersebut ialah rendah, dibandingkan dengan angka respons placebo 30 hingga 40 persen yang sering ditemukan pada penelitian obat antidepresan dan ansiolitik.
Data yang tersedia menyatakan bahwa obat, semuanya dipakai untuk mengobati gangguan depresif atau gangguan mental lain, sanggup dipakai dalam rentang takaran yang biasanya. Efek awal biasanya terlihat sesudah empat hingga enam ahad pengobatanuntuk mendapat manfaat terapeutik yang maksimum. Walaupun pengobatan dengan obat antidepresen ialah masih kontroversial, sebagian bermakna pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif yang berespon terhadap pengobatan antidepresen sepertinya mengalami relaps kalau terapi obat dihentikan.
Pendekatan standar ialah memulai dengan obat spesifik-serotonin (sebagai contoh, clomipramine (Anafranil) atau inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRI-serotonin-specific reuptake inhibitor), menyerupai fluoxetine (Prozac) – dam selanjutnya pindah ke taktik farmakologis lain kalau obat spesifik serotonin tidak efektif. Banyak andal terapi memperkuat obat pertama dengan menambahkan lithium (Eskalith). Obat lain yang sanggup dicoba ialah inhibitor monoamine oksidase (MAOI; monoamine oxidase inhibitor), khususnya phenelzine (Nardil). Obat farmakologis yang kurang diteliti ialah buspirone (BuSpar), fenfluramine (Pondimin), tryptophan, dan clonazepam (Klonopin).
2.      Terapi Perilaku
Walaupun beberapa perbandingan telah dilakukan, terapi sikap ialah sama efektifnya dengan farmakoterapi pada gangguan obsesif-kompulsif, dan beberapa data menyatakan bahwa imbas bermanfaat ialah berlangsung usang dengan terapi perilaku. Dengan demikian, banyak klinisi mempertimbangkan terapi sikap sebagai terapi terpilih untuk gangguan obsesif-kompulsif. Terapi sikap sanggup dilakukan pada situasi rawat inap maupun rawat jalan. Pendekatan sikap utama pada gangguan obsesif-kompulsif ialah pemaparan dan pencegahan respons. Desentisasi, menghentikan pikiran, pembanjiran, terapi implosi, dan adaptasi tegas juga telah dilakukan pada pasien gangguan obsesif-kompulsif. Dalam terapi sikap pasien harus benar-benar menjalankannya untuk mendapat perbaikan.

3.      Psikoterapi
Tanpa adanya penelitian yang adekuat perihal psikoterapi berorientasi tilikan untuk gangguan obsesif-kompulsif, tiap generalisasi yang sah perihal keuntungannya ialah sukar untuk dibuat, walaupun terdapat laporan anecdotal perihal keberhasilan tersebut. Ahli analisis individual telah melihat secara terperinci dan berlangsung selamanya perubahan yang lebih baik pada pasien dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif, khususnya kalau mereka bisa untuk tiba dengan impuls kasar terletak di belakang sifat abjad pasien. Tampaknya, andal analisis dan dokter psikiatrik berorientasi tilikan telah mengamati tanda-tanda perbaikan yang bermakna pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif di dalam perjalanan analisis atau psikoterapi tilikan yang panjang.
Psikoterapi suportif terperinci mempunyai bagiannya, khususnya untuk pasien gangguan obsesif-kompulsif yang, walaupun gejalanya mempunyai banyak sekali derajat keparahan, ialah bisa untuk bekerja dan menciptakan penyesuaian sosial. Dengan kontak yang kontinu dan teratur dengan orang professional yang tertarik, simpatik, dan mendorong, pasien mungkin bisa untuk berfungsi menurut pemberian tersebut, tanpa hal tersebut tanda-tanda mereka akan mengakibatkan gangguan bagi mereka. Kadang-kadang kalau ritual dan kecemasan obsessional mencapai intensitas yang tidak sanggup ditoleransi, pasien perlu dirawat di rumah sakit untuk menghilangkan stress lingkungan eksternal hingga tanda-tanda hingga pada tingkat yang sanggup ditoleransi.
4.      Terapi Lain
Terapi keluarga sering kali berkhasiat dalam mendukung keluarga, membantu menurunkan percekcokan perkawinan yang disebabkan gangguan, dan membangun ikatan terapi dengan anggota keluarga untuk kebaikan pasien.
Terapi kelompok berkhasiat sebagai system pendukung bagi beberapa pasien. Untuk pasien yang sangat kebal terhadap pengobatan, terapi elektrokonvulsif (ECT) dan bedahpsiko (psychosurgery) harus dipertimbangkan. ECT tidak seefektif bedah-psiko tetapi kemungkinan harus dicoba sebelum pembedahan. Prosedur bedah-psiko yang paling sering dilakukan untuk gangguan obsesif-kompulsif ialah singulotomi, yang berhasil dalam mengobati 25 hingga 30 persem pasien yang tidak responsive terhadap pengobatan lain. Komplikasi yang paling sering dari bedah-psiko ialah perkembangan kejang, yang hampir selalu dikendalikan dengan pengobatan phenytoin (Dilantin). Beberapa pasien yang tidak berespons dengan bedah-psiko saja dan yang tidak berespons terhadap farmakoterapi atau terapi sikap sebelum operasi menjadi berespons terhadap farmakoterapi atau terapi sikap sesudah bedah psiko.












BAB III
PEMBAHASAN
A.    Kasus 3
Ny. Becce, 34 tahun, ibu dari 2 anak, datang  menemui psikolog dengan keluhan sikap yang mengganggu. Berdasarkan investigasi yang dilakukan, ditemukan bahwa Ny. Becce disarankan kepsikolog oleh suaminya, lantaran beberapa perilakunya cenderung berlebihan. MenurutNy. Becce, ia ialah pecinta kebersihan dan takut akan basil yang ada dimana-mana. Ny. Becce menceritakan, bahwa setiap hari ia mandi hingga 6 kali, dan mencuci tangan lebih sering lagi. Setiap kali mandi, Ny. Becce menyabuni badannya sebanyak 5 kali; kalau tidak, ia merasa belum bersih. Demikian juga kalau sedang basuh tangan, ia berkali-kali membersihkan tangan dengan sabun. Sebelum mandi Ny. Beccese kemudian berusaha membersihkan dan menyikat lantaikamar mandi dan klosetter lebih dahulu. Akibatnya waktuNy. Becce banyak terbuang dalam acara mandi dan mencuci tangan. Ny. Becce memperkirakan kebiasaan itu berlangsung ketika ia SMA, dan makin usang makin parah. Ny. Becce merasa terganggu dengan kebiasaan ini, lantaran membuang waktunya dan membuatnya tidak sanggup melaksanakan aktifitas lainnya. Namun demikian Ny. Becce tidak berdaya untuk menghentikannya, dan ingin mencari pertolongan untuk sanggup mengontrol perilakunya tersebut.
B.     Kata Kunci
v  Resah, terganggu
v  Berlebihan
v  Sangat menyayangi kebersihan dan ketakutan akan basil dimana-mana
v  Kegiatan yang berulang
v  Membuang-buang waktu
v  Tidak bisa untuk menghentikannya



C.    Diagnosa
Ø  Obsesif kompulsif disorder/ gangguan obsesif kompulsif
Sebelum seseorang dilabel mengidap OCD, mereka perlu memenuhi kriteria sebagai berikut :
·         Orang itu obsesional dari aspek pemikiran, bayangan atau cara yang bertubi-tubi (rumination), contohnya ia merasa tangannya kotor walaupun hakikatnya tidak.
·         Individu tersebut berada dalam keadaan resah, cemas, tertekan dan merasa tidak nyaman dengan keadaan ini.
·         Sadar dan apa yang berlaku bekerjsama bukan sesuatu yang sengaja dibuat-buat tetapi tiba dari luar ‘ego alien‘ pada dirinya.
·         Individu tersebut tahu bahwa fatwa atau bayangan yang hadir dalam dirinya itu ialah kacau, tidak logis dan tidak sepatutnya terjadi.
·         Melawan dan menahan fatwa yang tiba dan mengakibatkan dirinya menjadi resah.
Gejala:
·         Obsesi yang umum bisa berupa kegelisahan mengenai pencemaran, keraguan, kehilangan dan penyerangan.
·         Penderita merasa terdorong untuk melaksanakan ritual, yaitu tindakan berulang, dengan maksud tertentu dan disengaja. Ritual dilakukan untuk mengendalikan suatu obsesi dan bisa berupa :Mencuci atau membersihkan supaya terbebas dari pencemaran.
·         Penderita bisa terobsesi oleh segala hal, dan ritual yang dilakukan tidak selalu secara logis bekerjasama dengan rasa tidak nyaman yang akan berkurang kalau penderita menjalankan ritual tersebut.
·         Penderita yang merasa khawatir perihal pencemaran, rasa tidak nyamannya akan berkurang kalau ia memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Karena itu setiap obsesi perihal pencemaran timbul, maka ia akan berulang-ulang memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.
·         Sebagian besar penderita menyadari bahwa obsesinya tidak mencerminkan resiko yang nyata. Mereka menyadari bahwa sikap fisik dan mentalnya terlalu berlebihan bahkan cenderung aneh.
























BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kelompok kami menyimpulkan pada kasus 3 merupakan gangguan obsesif kompulsif lantaran kata kunci yang kami sanggup sesuai dengan cirri dan tanda-tanda dari gangguan obsesif kompulsif.
Gangguan obsesif kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan sanggup mengakibatkan penderitaan (distress). Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, ataukedua – duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 ahad berturut- turut. Ada beberapa terapi yang bias dilakukan untuk penatalaksanaan gangguan obsesif kompulsif antara lain terapi farmakologi (farmakoterapi) dan terapi tingkahlaku. Prognosis pasien dinyatakan baik apabila kehidupan sosial dan pekerjaan baik,adanya stressor dan tanda-tanda yang bersifat periodic.
B.     Saran
Kami mengharapkan makalah ini sanggup membantu mahasiswa dalam menambah wawasan pengetahuannya mengenai gangguan jiwa khususnya obsesif kompulsif, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.







DAFTAR PUSTAKA
Diagnostic and statistical manual of mental disorder, 4 thed. DSM-IVWashington DC : American Psychiatry Association, 1994.
Saddock BJ, Saddock VA. Obsessive-Compulsive Disorder. Dalam : Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry, ninth ed. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2003. h 616-23.3.
Khouzan HR. Obsessive compulsive disordes : what to do if you recognize baffling behaviour. Postgard Med 1999; 106(7): 133-41.4.
Jenike MA. Obsessive compulsive disorder. N Engl J Med 2004; 350 : 259-655.
Gangguan obsesif – kompulsif. Dalam : Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa;rujukan ringkas dari PPDGJ – III. Maslim R, penyunting. Jakarta; 2003.767.



Sumber http://faidinaidin.blogspot.com


EmoticonEmoticon