Senin, 07 Januari 2019

Bimbingan Konseling - Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini

PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI






A.   Hakikat Anak Usia Dini

Dalam undang-undang ihwal sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini yaitu suatu upaya pelatihan yang ditujukan kepada anak semenjak lahir hingga dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui sumbangan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani semoga anak mempunyai kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).

Anak usia dini yaitu anak yang gres dilahirkan hingga usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan huruf dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.

Ada aneka macam kajian ihwal hakikat anak usia dini, khususnya anak Taman Kanak-kanak diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12 – 1.13) sebagai berikut.
1)      Anak bersifat unik.
2)      Anak mengekspresikan perilakunya secara relative spontan.
3)      Anak bersifat aktif dan enerjik.
4)      Anak itu egosentris.
5)      Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar lengan berkuasa dan antusias terhadap banyak hal.
6)      Anak bersifat eksploratif dan berjiwa  petualang.
7)      Anak umumnya kaya dengan fantasi.
8)      Anak masih gampang frustrasi.
9)      Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak.
10)  Anak mempunyai daya perhatian yang pendek.
11)  Masa anak merupakan masa berguru yang paling potensial.
12)  Anak semakin memperlihatkan minat terhadap teman.


B.   Karakteristik Cara Belajar Anak Usia Dini

Anak mempunyai karakteristik yang berbeda dengan orang sampaumur dalam berperilaku. Dengan demikian dalam hal berguru anak juga mempunyai karakteristik yang tidak sama pula dengan orang dewasa. Karakteristik cara berguru anak merupakan fenomena yang harus dipahami dan dijadikan teladan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini. Adapun karakterisktik  cara berguru anak berdasarkan Masitoh dkk. (2009: 6.9 – 6.12) yaitu :
1)      Anak berguru melalui bermain.
2)      Anak berguru dengan cara membangun pengetahuannya.
3)      Anak berguru secara alamiah.
4)      Anak berguru paling baik kalau apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional.


C.     Karakteristik Pembelajaran untuk Anak Usia Dini

Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, berdasarkan Sujiono dan Sujiono (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 138), intinya yaitu pengembangan kurikulum secara faktual berupa seperangkat planning yang berisi sejumlah pengalaman berguru melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan kiprah perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.

Atas dasar pendapat di atas sanggup dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak usia dini mempunyai karakteristik sebagai berikut.

1.      Belajar, bermain, dan bernyanyi

Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi (Slamet Suyanto,  2005: 133).  Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga sanggup menciptakan anak aktif, senang, bebas memilih.  Anak-anak berguru melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta manusia. Anak berguru dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan. Hasil berguru anak menjadi lebih baik kalau kegiatan berguru dilakukan dengan sahabat sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya.

2.      Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan

Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu : 1) berorientasi pada usia yang tepat, 2) berorientasi pada individu yang tepat, dan 3) berorientasi pada konteks social budaya (Masitoh dkk., 2005: 3.12).

Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan sanggup dicapai, serta kegiatan berguru tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut.

Manusia merupakan makhluk individu. Perbedaan individual juga harus manjadi pertimbangan guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi cita-cita anak.

Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak. Untuk sanggup menyebarkan acara pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya.


D.   Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran sebagai segala perjuangan guru dalam menerapkan aneka macam metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Masitoh dkk., 20056.3). Ada majemuk taktik pembelajaran yang sanggup dipilih oleh guru Taman Kanak-kanak. Pemilihan taktik pembelajaran hendaknya mempertimbangkan beberapa faktor penting, yaitu: a. karakteristik tujuan pembelajaran, b. karakteristik anak dan cara belajarnya, c. daerah berlangsungnya kegiatan belajar, d. tema pembelajaran, serta  e. pola kegiatan (Masitoh dkk., 2005: 6.3).


E.   Jenis-jenis Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

1.      Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Anak
a.      Pendekatan yang melandasi pembelajaran yang berpusat pada anak
Anak merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang. Anak juga merupakan makhluk yang aktif.  Atas dasar fakta tersebut maka dikembangkan taktik pembelajaran berdasarkan: 1)  pendekatan perkembangan dan 2) pendekatan berguru aktif.

b.      Karakteristik pembelajaran yang berpusat pada anak
Pembelajaran yang berpusat pada anak mempunyai karakteristik sebagai berikut (Masitoh dkk., 2005: 8.5 – 8.6).
1)      Prakarsa kegiatan tumbuh dari anak.
2)      Anak menentukan bahan-bahan dan memutuskan apa yang akan dikerjakan.
3)      Anak mengekspresikan bahan-bahan secara aktif dengan seluruh inderanya.
4)      Anak menemukan alasannya yaitu tanggapan melalui pengalaman eksklusif dengan objek.
5)      Anak mentransformasi dan menggabungkan bahan-bahan.
6)      Anak menggunakan otot kasarnya.

c.       Sintaks pembelajaran yang berpusat pada anak
Pembelajaran yang berpusat pada anak terdiri dari 3 tahap utama, yaitu : tahap merencanakan, tahap bekerja, dan tahap review.
1)      Tahap merencanakan (planning time)
Pada tahap ini guru member kesempatan kepada bawah umur untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukannya. Guru, misalnya, menyediakan alat-alat bermain yang terdiri dari : a) balok-balok kayu, b) model buah-buahan, c) alat-alat transportasi, d) buku-buku cerita, e) peralatan menggambar, dan f) macam-macam boneka.
2)      Tahap bekerja (work time)
Setelah menentukan kegiatan yang akan dilakukannya, anak kemudian dikelompokkan berdasarkan kegiatan yang dipilih. Pada tahap ini anak mulai bekerja, bermain, atau memecahkan duduk masalah sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Guru mendampingi siswa, memberikan dkungan dan siap memberikan bimbingan kalau anak membutuhkan.
3)      Review / recall
Setelah bawah umur selesai melaksanakan aktivitasnya, mereka kemudian diberi kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannya secara langsung. Pada tahap ini guru berusaha semoga ana-anak mengungkapkan perasaannya dengan tepat.
2.      Strategi Pembelajaran Melalui Bermain
a.      Rasional taktik pembelajaran melalui bermain
Bermain merupakan kebutuhan anak. Bermain merupakan acara yang menyatu dengan dunia anak, yang di dalamnya terkandung majemuk fungsi ibarat pengembangan kemampuan fisik motorik, kognitif, afektif, social, dst. Dengan bermain akan mengalami suatu proses yang menarahkan pada perkembangan kemampuan manusiawinya. 
b.      Sintaks pembelajaran melalui bermain
Strategi pembelajaran melalui bermain terdiri dari 3 langkah utama, yaitu: tahap prabermain, tahap bermain, dan tahap penutup. 
1)      Tahap prabermain
Tahap  prabermain terdiri  dari  dua  macam  kegiatan   persiapan :     kegiatan penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain dan  kegiatan penyiapan materi dan peralatan yang siap untuk dipergunakan.
a)      Kegiatan penyiapan siswa terdiri dari : (1) guru memberikan tujuan kegiatan bermain kepada para siswa, (2) guru memberikan aturan-aturan yang harus diikuti dalam kegiatan bermain, (3) guru memperlihatkan kiprah kepada masing-masing anak, contohnya menciptakan istana, membuat, menara, dst., dan (4) guru memperjelas apa yang harus dilakukan oleh setiap anak dalam melaksanakan tugasnya.
b)      Kegiatan penyiapan materi dan peralatan yang diperlukan, contohnya menyiapkan kolam pasir, ember, bendera kecil, dsb.
2)      Tahap bermain 
Tahap bermain terdiri dari rangkaian kegiatan berikut : a) semua anak menuju daerah yang sudah disediakan untuk bermain, b) dengan bimbingan guru, akseptor permainan mulai melaksanakan tugasnya masing-masing, c)  sehabis kegiatan selesai setiap anak menata kembali materi dan peralatan permainannya, dan d) bawah umur mencuci tangan. 
3)      Tahap penutup
Tahap epilog dari taktik pembelajaran melalui bermain terdiri dari kegiatan-kegiatan : a) menarik perhatian dan membangkitkan minat anak ihwal aspek-aspek penting dalam membangun sesuatu, ibarat mengulas bentuk-bentuk geometris yang dibuat anak, dsb., b) menghubungkan pengalaman anak dalam bermain yang gres saja dilakukan dengan pengalaman lain, contohnya di rumah, c) memperlihatkan aspek-aspek penting dalam bekerja secara kelompok, d) menekankan petingnya kerja sama.
3.      Strategi Pembelajaran Melalui bercerita
a.      Rasional taktik pembelajaran melalui bercerita
Pencapaian tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak sanggup ditempuh dengan taktik pembelajaran melalui bercerita. Masitoh dkk. (2005: 10.6) mengidentifikasi manfaat dongeng bagi anak TK, yaitu sebagai berikut.
1)      Bagi anak Taman Kanak-kanak mendengarkan dongeng yang menarik dan erat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan.
2)      Guru sanggup memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan nilai-nilai positif pada anak.
3)      Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan social, nilai-nilai tabiat dan keagamaan.
4)      Pembelajaran dengan bercerita memberikan memberikan pengalaman berguru untuk mendengarkan.
5)      Dengan dengan mendengarkan dongeng anak dimungkinkan untk menyebarkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
6)      Membantu anak untuk membangun majemuk kiprah yang mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.
b.      Sintaks pembelajaran melalui bercerita
Strategi pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5 langkah. Langkah-langkah dimaksud yaitu sebagai berikut.
1)      Menetapkan tujuan dan tema cerita.
2)      Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih, contohnya bercerita dengan membaca eksklusif dari buku cerita, menggunakan gambar-gambar, menggunakan papan flannel, dst.
3)      Menetapkan materi dan alat yang diharapkan dalam kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.
4)      Menetapkan  rancangan langkah - langkah kegiatan bercerita, yang terdiri dari :
a)      menyampaikan tujuan dan tema cerita,
b)      mengatur daerah duduk,
c)      melaksanaan kegiatan pembukaan,
d)     mengembangkan cerita,
e)      menetapkan teknik bertutur,
f)       mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.
5)      Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita
Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran dilaksanakan penilaian dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bekerjasama dengan isi dongeng untuk menyebarkan pemahaman anak aka isi dongeng yang telah didengarkan.

4.      Strategi Pembelajaran Melalui Bernyanyi
a.      Rasional taktik pembelajaran melalui bernyanyi
Honig, dalam Masitoh dkk. (2005: 11.3) menyatakan bahwa bernyanyi mempunyai banyak manfaat untuk praktik pendidikan anak dan pengembangan pribadinya secara luas lantaran : 1) bernyanyi bersifat menyenangkan,
1)      bernyanyi sanggup digunakan untuk mengatasi kecemasan,
2)      bernyanyi merupakan media untuk mengekspresikan perasaan,
3)      bernyanyi sanggup membantu membangun rasa percaya diri anak,
4)      bernyanyi sanggup membantu daya ingat anak,
5)      bernyanyi sanggup menyebarkan rasa humor,
6)      bernyanyi sanggup membantu pengembangan keterampilan berpikir dan kemampuan motorik anak, dan
7)      bernyanyi sanggup meningkatkan keeratan dalam sebuah kelompok.
b.      Sintaks pembelajaran melalui bernyanyi
Strategi pembelajaran dengan bernyanyi terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut.
1)      Tahap perencanaan, terdiri dari: (a) penetapkan tujuan pembelajaran, (b)  penetapan materi pembelajaran, (c) memutuskan metode dan teknik pembelajaran, dan (d) memutuskan penilaian pembelajaran.
2)      Tahap pelaksanaan, berupa pelaksanaan apa saja yang telah direncanakan, yang terdiri dari:
a)      kegiatan awal : guru memperkenalkan lagu yang akan dinyanyikan bersama dan memberi contoh bagaimana seharusnya lagu itu dinyanyikan serta memberikan isyarat bagaimana suara tepuk tangan yang mengiringinya.
b)      Kegiatan embel-embel : anak diajak mendramatisasikan lagu, contohnya lagu Dua Mata Saya, yaitu dengan melaksanakan gerakan menunjuk organ-organ badan yang ada dalam lirik lagu.
c)      Kegiatan pengembangan : guru membantu anak untuk mengenal nada tinggi dan rendah dengan alat musik, contohnya pianika.
3)      Tahap penilaian, dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang telah dicapai anak secara individual maupun kelompok.
5.  Strategi Pembelajaran Terpadu
a.      Rasional taktik pembelajaran terpadu
Anak yaitu makhluk seutuhnya, yang mempunyai aneka macam aspek kemampuan, yang semuanya perlu dikembangkan. Berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak sanggup berkembang kalau ada stimulasi untuk hal tersebut. Dengan pembelajaran terpadu, pembelajaran yang mengintegrasikan ke dalam semua bidang kurikulum atau bidang-bidang pengembangan,  aneka macam kemampuan anak yang ada pada anak diharapkan sanggup berkembangan secara optimal.
b.      Karakteristik taktik pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu mempunyai karakteristik : 1) dilakukan melalui kegiatan pengalaman langsung, 2) sesuai dengan kebutuhan dan minat anak, 3) memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan semua pemikirannya, 4) menggunakan bermain sebagai wahana belajar, 5) menghargai perbedaan individu, dan 6) melibatkan orag bau tanah atau keluarga untuk mengoptimalkan pembelajaran (Masitoh dkk., 2005: 12.10).
c.       Prinsip-prinsip taktik pembelajaran terpadu
Strategi pembelajaran terpadu direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip: 1) berorientasi pada perkembangan anak, 2) berkaitan dengan pengalaman nyata anak, 3) mengintegrasikan isi dan proses belajar, 4) melibatkan inovasi aktif, 5) memadukan aneka macam bidang pengembangan, 6) kegiatan berguru bervariasi, 7) mempunyai potensi untuk dilaksanakan melalui proyek oleh anak, 8) waktu pelaksanaan fleksibel, 9) melibatkan anggota keluarga anak, 10) tema sanggup diperluas, dan 11) direvisi sesuai dengan minat dan pemahaman yang ditunjukkan anak (Masitoh dkk., 2005: 12.10).
d.      Manfaat taktik pembelajaran terpadu
Ada beberapa manfaat dari taktik pembelajaran terpadu, yaitu: 1) meningkatkan perkembangan konsep anak, 2) memungkinkan anak untuk mengeksplorasi pengetahuan melalui aneka macam kegiatan, 3) membantu guru dan praktisi lainnya untuk menyebarkan kemampuan profesionalnya, dan 4) sanggup dilaksanakan pada jenjang acara yang berbeda, utnuk semua tingkat usia, dan untuk bawah umur berkebutuhan khusus.
e.       Sintaks pembelajaran terpadu
Prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut (Masitoh dkk., 2005: 12.19 – 12.20).
1)      Memilih tema
Pemilihan tema untuk pembelajaran terpadu sanggup bersumber dari: (a) minat anak, (b) insiden khusus, (c) insiden yang tidak diduga, (d) materi yang dimandatkan oleh lembaga, dan (e) orang bau tanah dan guru.
Ada beberapa kriteria untuk pemilihan tema, yaitu: (a) relevansi topik dengan karakteristik anak, (b) pengalaman langsung, (c)  keragaman dan keseimbangan dalam area kurikulum, (d) ketersediaan alat-alat, dan (e) potensi proyek.
2)      Penjabaran tema
Tema yang sudah diplih harus dijabarkan ke dalam sub tema-sub tema dakan konsep-konsep yang didalamnya terkandung istilah (term), fakta (fact), dan prinsip (principle), kemudian dijabarkan ke dalam bidang-bidang pengembangan dan kegiatan berguru yang lebih operasional.
3)      Perencanaan
Perencanaan harus dibuat secara tertulis sehingga memudahkan guru untuk mengetahui langkah-langkah apa yang harus ditempuh. Tentukan tujuan pembelajaran, kegiatan belajar, waktu, pengorganisasian anak, sumber rujukan, alat-permainan yang diperlukan, dan penilaian yang akan dilakukan.
4)      Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan dan dikembangkan kegiatan berguru sesuai dengan planning yang telah disusun. Pada dikala proses berlangsung dilakukan pengamatan terhadap proses berguru yang dilakukan oleh anak.
5)      Penilaian
Penilaian dilakukan pada dikala pelaksanaan dan pada selesai kegiatan pembelajaran dengan tujuan untuk mengamati proses dan kemajuan yang dicapai anak melalui kegiatan pembelajaran terpadu.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Agus Suprijono. (2009) Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
2.      Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta:  Pusat Pnerbit Universitas Terbuka.
3.      Slamet Suyanto. (2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidiikan Tenaga Kependidikan dan Ketegagaan Perguruan Tinggi.
4.      Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:  PT Indeks.
5.      UU No. 20 Tahun 2003 ihwal Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 14 Tahun 2005 ihwal Guru dan Dosen. Jakarta: Visimedia
6.      Sumber : http://pgpaud.unpkediri.ac.id/index.php/web/detberita/berita/22



Sumber http://ekonominator.blogspot.com


EmoticonEmoticon