Minggu, 03 September 2017

Auto Bersyukur


Perjalanan kemanapun yakni daerah merenung ternyaman kedua bagi saya. Saya dapat nangis, ngomong, dongeng sendiri tanpa orang lain tau dan peduli, dalam hati tentunya.

Pagi itu dalam perjalanan ke majelis ilmu, sempurna beberapa meter dari lampu merah, aku melihat ada sebuah gerobak dari kejauhan. Setelah beberapa menit mendekat, perenungan aku pun buyar. Mashaa Allah.. yang punya gerobak yakni bapak-bapak paruh baya, dengan 3 anaknya yang naik di atas gerobaknya. Sekilas tampaknya ketiga anaknya itu umurnya gak jauh beda.

Hmm gak kebayang kalo aku ada di posisi mereka. Entah aku sebagai orang tuanya, atau sebagai anaknya.

Apa ya yang bakal diucapin orang tuanya buat meyakinkan anaknya kalo mereka bakal baik baik aja di jalanan yang zuuuper duper panas? Trus, gimana kalo pada laper atau ngantuk, pada tidur dimana? Sementara gerobaknya diisi barang-barang yang dicari bapaknya. Dan bapaknya harus dorong gerobak yang berisi barang-barang dan ketiga anaknya. Keliling!

Trus gimana ya rasanya jadi anaknya itu, yang kalo liat belum dewasa lain dapat main sama anak sebayanya di komplek, jajan bareng, kalo sore ngaji bareng, atau liburan sama keluarga pas weekend. Duuh :(

Mau ngeluh juga niscaya mereka udah tau, gak akan berguna. Tapi gimana lagi yaa kan. Yang aku liat dari sekilas lewat waktu itu yakni mereka saling menguatkan. Jelas banget kalo anaknya akal-akalan happy, sedangkan bapaknya lagi istirahat dari "perjalanan” yang mungkin gak ada ujungnya. Mungkin anaknya akal-akalan happy ngeliat bapaknya capek, dan bapaknya juga gak nunjukin muka capeknya ke anak-anaknya. Terlepas dari benar atau gak evaluasi aku ini, tapi mereka luar biasa.

Lalu, aku cerminkan dengan diri aku yang setidaknya sudah tercukupi tapi masih sering aja ngeluh dari a hingga z. Astaghfirullah :'( Memang ya, kadang buat bersyukur itu harus disentil dulu pake cara-cara  kayak gini. Entah disentil atau dipukul dulu gitu, padahal mah harusnya udah auto bersyukur kan ya :( Semoga sentilan-sentilan lain bakal selalu ada sebagai reminder untuk butiran bubuk yang kurang bersyukur ini.

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)
Kau punya mata yang dengannya dapat melihat. Kau punya pengecap yang dengannya dapat membedakan rasa manis, pahit, asam atatupun asin.  Kau juga punya tangan & kaki yang dengannya kamu dapat produktif dalam beraktivitas. Nikmat yang udah Allah kasih ini, pernahkah sekali aja mensyukurinya? Karena wallahi, sesering apapun kamu mensyukurinya, itu gak akan pernah cukup apalagi seimbang dengan nikmat yang Allah kasih. Lalu sekarang, masih mau berharap ataupun mengeluh ihwal nikmat-nikmat lain yang hakikatnya bersifat sekunder?

Untuk setiap udara yang masih dapat kamu hirup, sudahkah kamu bersyukur? Untuk pagi hari yang begitu cerah ini, sudahkah kamu bersyukur? Untuk nikmat sarapan yang mengenyangkanmu pagi ini, sudahkah kamu bersyukur? Untuk kesempatan tetap bertemu keluargamu pagi ini, sudahkah kamu bersyukur?

Renungkanlah.

Wallahu a'lam.


Sumber http://ismimiitsme.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)