Saat dimana hati berkecamuk, jantung berdenyut tak menentu, pikiran melalang buana di atas kepala, dan doa menjadi ikhtiar terakhir yang di punya.
Alhamdulillah, Sidang skripsi kala itu berbuah manis ujungnya, getar-getir yang selama ini dikhawatirkan luluh lantak kolam gunung merapi yang risikonya meletus sampai memuntahkan larvanya.
-----------------------------------------------------------------------------------------
Malam Sabtu, 11 Maret 2016.
Semua alat perang untuk sidang dipersiapkan.
Kaki mulai hambar deg-degan gak karuan.
Tidur lebih awal tapi hampir setiap jam terbangunkan.
Jam 2 terbangun, lanjut mencar ilmu isi skripsi dengan mata setengah terbuka. Bolak-balik lembaran skrip, ngoceh-ngoceh kayak orang bener, mencar ilmu ulang statistik, semuaaa dilahap sampe subuh, terus mandi dan prepare. Sarapan hanya segigit risol daging, bekal hanya susu coklat dan gak lupa ngunyah permen chewy.
Jam 6:10 berangkat menuju kampus dengan wejangan-wejangan dari ibu & ayah, “gak usah terburu-buru, gak baik. Dibawa santai aja, gak usah gugup. Do'a jangan lupa”. 45 menit kemudian sampe kampus, eksklusif searching ruang sidang, dapatlah di ruang B205. Denger bisik-bisik tetangga wacana dosen penguji, dan ternyata benar, ketiga dosen penguji saya yang saya kenal & pernah ngajar saya (Syukur yang pertama).
Di dalam ruang sidang,
hal yang pertama saya lakukan ialah menghubungkan laptop dengan proyektor, bersih-bersih ruangan, terus latihan speak out. Yeah, I'm reaaaady!
Sekitar 10 menit menuju jam 8, suddenly proyektor mati. Coba colok sana-sini masih gak nyala, nyariin OB tapi gak tau kemana. At last, cari ruang sidang cadangan. Alhamdulillah ketemu ruangan yang lagi gak dipake (Syukur yang kedua).
Gak usang sehabis itu dosen datang, dan saya pun mengusulkan pindah ke ruang B208. Saat presentasi, saya memberikan slide demi slide dengan pedenya, padahal dalem hati mah.. dag dig dug. Tanpa distop presentasinya, saya tutup dengan mengucap alhamdulillah dalam hati. Lalu mulai lah dengan sesi pertanyaan dengan dipersilahkannya saya duduk (syukur yang ketiga).
- Dosen pertama(X): sekitar 5 pertanyaan terlontar dari beliau, nanya eksklusif jawab dan harus siap. Revisi: penambahan teori di cuilan 2.
- Dosen kedua(Y): sekitar 3 pertanyaan yang terlontar dari beliau. pada dasarnya sih wacana judul dan citra kedepannya. Pertanyaan awalnya sih simple, "ide awal judul ini darimana?". Jreng! sempet bikin saya tersudut juga denger pertanyaan ia ini, sebab judul saya kan usulan dosen. Sedikit berpikir panjang, saya pun melontarkan jawaban-jawaban yang kedengarannya 'meyakinkan' namun ternyata tidak bagi ia -.-". Dosen Z pun membantu saya, dengan menyampaikan kalo dosen Z lah yang mengusulkan judul ini ke saya *terharu*. Situasi pun damai sekitar 2-3 detik, kemudian dosen X,Y dan Z pun tertawa pecah entah kenapa, saya pun ikut tertawa walau gak tau ngetawain apa dan dalem benak bertanya-tanya heran, "kenapaaa?!" Revisi: no revisi!! (Syukur yang keempat).
- Dosen ketiga(Z) : dosen ini sangat kenal dengan saya sebab ia yang nyidang saya ketika sidang proposal, alhasil ia tau keseluruhan isi skripsi saya. Lebih dari itu, ia lah yang berperan penting dalam derma judul skripsi saya ini. Revisi : penambahan kesimpulan & saran di cuilan 6 .
Semenjak situasi pecah tersebut, entah kenapa ketiga dosen tersebut menanyakan hal-hal yang jauh dari materi skripsi saya, salah satunya mengenai rencana saya kedepan, wacana pekerjaan dan jodoh. Keadaan pun semakin mencair, sampe gak terasa udah hampir satu jam saya disidang mempertanggung jawabkan apa yang saya tulis.
Senin, 14 Maret 2016
Daftar kelulusan sidang skripsi pun diumumkan. Alhamdulillah, saya dinyatakan 'Lulus'.
Daftar kelulusan sidang skripsi pun diumumkan. Alhamdulillah, saya dinyatakan 'Lulus'.
Honestly, gak nyangka udah 3,5 tahun kuliah & udah melewati skripsi yang dinanti-nanti. Ada banyak tangan Allah yang kasat mata yang bikin semuanya terasa lebih mudah, salah satunya kedua pembimbing saya yang udah banyakk banget membantu saya dalam pengerjaan skripsi ini.
Kalo boleh jujur selama pengerjaan skripsi ini saya merasa hampir 'diperbudak' dunia. Tetapi, Allah masih baik banget menawarkan saya lampu kuning ketika saya lebih mengutamakan dunia. Saya menyerupai dikasih warning such as, 'Allah gak nilai kau dari hasil skripsi, mi. Allah nilai kau dari proses kau menuju hasil tersebut, dengan cara yang diridhoi Allah atau enggak'.
Kerikil-kerikil itu niscaya ada, tergantung cara kita aja melewatinya. Intinya, Allah-lah yang gak pernah henti-hentinya memperhatikan kita, maka ingatlah Allah selalu.
Bagi temen-temen yang belum sidang (inshaa Allah disegerakan), jangan lupa imbangi ikhtiar dan do'a kepada Allah supaya sekuat apapun cobaan, kita tetap diberikan Allah bahu yang besar lengan berkuasa untuk menahannya, bukan meminta supaya diringankan cobaannya. Jadi, jangan minta, "semoga pengujiku Ibu X aja ah, ibunya baik. atau Bapak Y aja, bapaknya gak nanya sampe detail." Tapi mintalah supaya siapapun pengujinya, kita selalu diberikan kemampuan untuk menjawab pertanyaannya dengan benar, tepat, dan lugas. Semoga diberikan kekuatan, kemudahan, dan kelancaran.
Tugas kita hanya berusaha sebaik-baiknya. Ada yang lebih berhak memilih hasilnya, yaitu Allah :)
Supaya goresan pena ini gak semakin panjang, saya ingin menulis goresan pena ini dalam paragraf terakhir wacana pelajaran yang saya dapatkan dari proses mengerjakan skripsi. Intinya, segala sesuatu itu tidak tidak mungkin di raih kalo memang kita punya keyakinan untuk meraihnya. Sang Pencipta akan dengan sangat baik hati membantu, asal kita pun jujur ketika pengerjaanya dan mau berpikir positif. Bukankah Allah sesuai prasangka hamba-Nya?
No fuss, no hassle, because everything will be alright if you have a good mind in your heart :)
EmoticonEmoticon