Jumat, 03 November 2017

Metabolisme Karbohidrat

1.     Glikolisis
Glikolisis berlangsung di dalam sitosol semua sel. Lintasan katabolisme ini yakni proses pemecahan glukosa menjadi:
a.      Asam piruvat, pada suasana aerob (tersedia oksigen)
b.      Asam laktat, pada suasana anaerob (tidak tersedia oksigen)
Glikolisis merupakan jalur utama metabolisme glukosa supaya terbentuk asam piruvat, dan selanjutnya asetil-KoA untuk dioksidasi dalam siklus asam sitrat (Siklus Kreb’s). Selain itu glikolisis juga menjadi lintasan utama metabolisme fruktosa dan galaktosa.
Keseluruhan persamaan reaksi untuk glikolisis yang menghasilkan laktat adalah:
Glukosa + 2ADP +2Pi à 2L(+)-Laktat +2ATP +2H2O
Tahap tahap proses glikolisis :
1.          Glukosa masuk lintasan glikolisis melalui fosforilasi menjadi glukosa-6 fosfat dengan dikatalisir oleh enzim heksokinase atau glukokinase pada sel parenkim hati dan sel Pulau Langerhans pancreas. Proses ini memerlukan ATP sebagai donor fosfat. ATP bereaksi sebagai kompleks Mg-ATP. Terminal fosfat berenergi tinggi pada ATP digunakan, sehingga karenanya yakni ADP. (-1P) Reaksi ini disertai kehilangan energi bebas dalam jumlah besar berupa kalor, sehingga dalam kondisi fisiologis dianggap irrevesibel. Heksokinase dihambat secara alosterik oleh produk reaksi glukosa 6-fosfat.
Mg2+
        Glukosa + ATP   à    glukosa 6-fosfat + ADP
2.        Glukosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa 6-fosfat dengan sumbangan enzim fosfoheksosa isomerase dalam suatu reaksi isomerasi aldosa-ketosa. Enzim ini hanya bekerja pada anomer µ-glukosa 6-fosfat.
µ-D-glukosa 6-fosfat « µ-D-fruktosa 6-fosfat
3.          Fruktosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa 1,6-bifosfat dengan sumbangan enzim fosfofruktokinase. Fosfofruktokinase merupakan enzim yang bersifat alosterik sekaligus sanggup diinduksi, sehingga berperan penting dalam laju glikolisis. Dalam kondisi fisiologis tahap ini sanggup dianggap irreversible. Reaksi ini memerlukan ATP sebagai donor fosfat, sehingga karenanya yakni ADP.(-1P)
µ-D-fruktosa 6-fosfat + ATP « D-fruktosa 1,6-bifosfat
4.            Fruktosa 1,6-bifosfat dipecah menjadi 2 senyawa triosa fosfat yaitu gliserahdehid 3-fosfat dan dihidroksi aseton fosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim aldolase (fruktosa 1,6-bifosfat aldolase).
D-fruktosa 1,6-bifosfat« D-gliseraldehid 3-fosfat + dihidroksiaseton fosfat
5.              Gliseraldehid 3-fosfat dapat menjelma dihidroksi aseton fosfat dan sebaliknya (reaksi interkonversi). Reaksi bolak-balik ini mendapat katalisator enzim fosfotriosa isomerase.
D-gliseraldehid 3-fosfat « dihidroksiaseton fosfat
6.             Glikolisis berlangsung melalui oksidasi Gliseraldehid 3-fosfat menjadi 1,3-bifosfogliserat, dan alasannya yakni acara enzim fosfotriosa isomerase, senyawa dihidroksi aseton fosfat juga dioksidasi menjadi 1,3-bifosfogliserat melewati gliseraldehid 3-fosfat.
D-gliseraldehid 3-fosfat + NAD+ + Pi« 1,3-bifosfogliserat + NADH + H+
Enzim yang bertanggung jawab terhadap oksidasi di atas yakni gliseraldehid 3-fosfat dehidrogenase, suatu enzim yang bergantung kepada NAD.
Atom-atom hydrogen yang dikeluarkan dari proses oksidasi ini dipindahkan kepada NAD+ yang terikat pada enzim. Pada rantai respirasi mitokondria akan dihasilkan tiga fosfat berenergi tinggi. (+3P)
Catatan:
Karena fruktosa 1,6-bifosfat yang mempunyai 6 atom C dipecah menjadi Gliseraldehid 3-fosfat dan dihidroksi aseton fosfat yang masing-masing memiliki 3 atom C, dengan demikian terbentuk 2 molekul gula yang masing-masing beratom C tiga (triosa). Jika molekul dihidroksiaseton fosfat juga menjelma 1,3-bifosfogliserat, maka dari 1 molekul glukosa pada pecahan awal, hingga dengan tahap ini akan menghasilkan 2 x 3P = 6P. (+6P)
7.            Energi yang dihasilkan dalam proses oksidasi disimpan melalui pembentukan ikatan belerang berenergi tinggi, sehabis fosforolisis, sebuah gugus fosfat berenergi tinggi dalam posisi 1 senyawa 1,3 bifosfogliserat. Fosfat berenergi tinggi ini ditangkap menjadi ATP dalam reaksi lebih lanjut  dengan ADP, yang dikatalisir oleh enzim fosfogliserat kinase. Senyawa sisa yang dihasilkan yakni 3-fosfogliserat.
1,3-bifosfogliserat + ADP « 3-fosfogliserat + ATP
Catatan:
Karena ada dua molekul 1,3-bifosfogliserat, maka energi yang dihasilkan yakni 2 x 1P = 2P. (+2P)
8.             3-fosfogliserat diubah menjadi 2-fosfogliserat dengan dikatalisir oleh enzim fosfogliserat mutase. Senyawa 2,3-bifosfogliserat (difosfogliserat, DPG) merupakan intermediate dalam reaksi ini.
3-fosfogliserat « 2-fosfogliserat
9.             2-fosfogliserat diubah menjadi fosfoenol piruvat (PEP) dengan sumbangan enzim enolase. Reaksi ini melibatkan kehilangan cairan tubuh serta pendistribusian kembali energi di dalam molekul, menaikkan valensi fosfat dari posisi 2 ke status berenergi tinggi.
Enolase dihambat oleh fluoride, suatu unsure yang sanggup dipakai jikalau glikolisis di dalam darah perlu dicegah sebelum kadar glukosa darah diperiksa. Enzim ini bergantung pada keberadaan Mg2+ atau Mn2+.
2-fosfogliserat « fosfoenol piruvat + H2O
10.         Fosfat berenergi tinggi PEP dipindahkan pada ADP oleh enzim piruvat kinase sehingga menghasilkan ATP. Enol piruvat yang terbentuk dalam reaksi ini mengalami konversi impulsif menjadi keto piruvat. Reaksi ini disertai kehilangan energi bebas dalam jumlah besar sebagai panas dan secara fisiologis yakni irreversible.
Fosfoenol piruvat + ADP à piruvat + ATP
Catatan:
Karena ada 2 molekul PEP maka terbentuk 2 molekul enol piruvat sehingga total hasil energi pada tahap ini yakni 2 x 1P = 2P. (+2P)
11.           Jika keadaan bersifat anaerob (tak tersedia oksigen), reoksidasi NADH melalui pemindahan sejumlah unsure ekuivalen pereduksi akan dicegah. Piruvat akan direduksi oleh NADH menjadi laktat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim laktat dehidrogenase.
Piruvat + NADH + H+ à L(+)-Laktat + NAD+
Dalam keadaan aerob, piruvat diambil oleh mitokondria, dan sehabis konversi menjadi asetil-KoA, akan dioksidasi menjadi CO2 melalui siklus asam sitrat (Siklus Kreb’s). Ekuivalen pereduksi dari reaksi NADH + H+ yang terbentuk dalam glikolisis akan diambil oleh mitokondria untuk oksidasi melalui salah satu dari reaksi ulang alik (shuttle).
Kesimpulan:
Pada glikolisis aerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:
-   hasil tingkat substrat                                                      :+ 4P
-   hasil oksidasi respirasi                                                     :+ 6P
    jumlah                                                                              +10P
-   dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 6P        : - 2P
                                                                                                + 8P
Pada glikolisis anaerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:
-   hasil tingkat substrat                                                      :+ 4P
-   hasil oksidasi respirasi                                                     :+ 0P
    jumlah                                                                               + 4P
-   dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 6P        : - 2P
       + 2P
     2.     Siklus Asam Sitrat
Siklus ini juga sering disebut sebagai siklus Kreb’s dan siklus asam trikarboksilat dan berlangsung di dalam mitokondria. Siklus asam sitrat merupakan jalur bersama oksidasi karbohidrat, lipid dan protein.
Siklus asam sitrat merupakan rangkaian reaksi yang menimbulkan katabolisme asetil KoA, dengan membebaskan sejumlah ekuivalen hidrogen yang pada oksidasi menimbulkan pelepasan dan penangkapan sebagaian besar energi yang tersedia dari materi baker jaringan, dalam bentuk ATP. Residu asetil ini berada dalam bentuk asetil-KoA (CH3-CO KoA, asetat aktif), suatu ester koenzim A. Ko-A mengandung vitamin asam pantotenat.
Fungsi utama siklus asam sitrat yakni sebagai lintasan tamat bersama untuk oksidasi karbohidrat, lipid dan protein. Hal ini terjadi alasannya yakni glukosa, asam lemak dan banyak asam amino dimetabolisir menjadi asetil KoA atau intermediat yang ada dalam siklus tersebut.
Selama proses oksidasi asetil KoA di dalam siklus, akan terbentuk ekuivalen pereduksi dalam bentuk hidrogen atau elektron sebagai hasil kegiatan enzim dehidrogenase spesifik. Unsur ekuivalen pereduksi ini kemudian memasuki rantai respirasi daerah sejumlah besar ATP dihasilkan dalam proses fosforilasi oksidatif. Pada keadaan tanpa oksigen (anoksia) atau kekurangan oksigen (hipoksia) terjadi kendala total pada siklus tersebut.
Enzim-enzim siklus asam sitrat terletak di dalam matriks mitokondria, baik dalam bentuk bebas ataupun menempel pada permukaan dalam membran interna mitokondria sehingga memfasilitasi pemindahan unsur ekuivalen pereduksi ke enzim terdekat pada rantai respirasi, yang bertempat di dalam membran interna mitokondria.
Reaksi-reaksi pada siklus asam sitrat diuraikan sebagai berikut:
1.        Kondensasi awal asetil KoA dengan oksaloasetat membentuk sitrat, dikatalisir oleh enzim sitrat sintase menimbulkan sintesis ikatan karbon ke karbon di antara atom karbon metil pada asetil KoA dengan atom karbon karbonil pada oksaloasetat. Reaksi kondensasi, yang membentuk sitril KoA, diikuti oleh hidrolisis ikatan tioester KoA yang disertai dengan hilangnya energi bebas dalam bentuk panas dalam jumlah besar, memastikan reaksi tersebut selesai dengan sempurna.
Asetil KoA + Oksaloasetat + H2O à Sitrat + KoA
2.   Sitrat dikonversi menjadi isositrat oleh enzim akonitase (akonitat hidratase) yang mengandung besi Fe2+ dalam bentuk protein besi-sulfur (Fe:S). Konversi ini berlangsung dalam 2 tahap, yaitu: dehidrasi menjadi sis-akonitat, yang sebagian di antaranya terikat pada enzim dan rehidrasi menjadi isositrat.
Reaksi tersebut dihambat oleh fluoroasetat yang dalam bentuk fluoroasetil KoA mengadakan kondensasi dengan oksaloasetat untuk membentuk fluorositrat. Senyawa terakhir ini menghambat akonitase sehingga menjadikan penumpukan sitrat.
3.        Isositrat mengalami dehidrogenasi membentuk oksalosuksinat dengan adanya enzim isositrat dehidrogenase. Di antara enzim ini ada yang spesifik NAD+, hanya ditemukan di dalam mitokondria. Dua enzim lainnya bersifat spesifik NADP+ dan masing-masing secara berurutan dijumpai di dalam mitokondria serta sitosol. Oksidasi terkait rantai respirasi terhadap isositrat berlangsung hampir tepat melalui enzim yang bergantung NAD+.
Isositrat + NAD+ « Oksalosuksinat « µ–ketoglutarat + CO2 + NADH + H+
(terikat enzim)
Kemudian terjadi dekarboksilasi menjadi µ–ketoglutarat yang juga dikatalisir oleh enzim isositrat dehidrogenase. Mn2+ atau Mg2+ merupakan komponen penting reaksi dekarboksilasi. Oksalosuksinat sepertinya akan tetap terikat pada enzim sebagai intermediate dalam keseluruhan reaksi.
4.      Selanjutnya µ–ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif melalui cara yang sama dengan dekarboksilasi oksidatif piruvat, dengan kedua substrat berupa asam µ–keto.
µ–ketoglutarat + NAD+ + KoA à Suksinil KoA + CO2 + NADH + H+
Reaksi tersebut yang dikatalisir oleh kompleks µ–ketoglutarat dehidrogenase, juga memerlukan kofaktor yang idenstik dengan kompleks piruvat dehidrogenase, contohnya TDP, lipoat, NAD+, FAD serta KoA, dan menghasilkan pembentukan suksinil KoA (tioester berenergi tinggi). Arsenit menghambat reaksi di atas sehingga menimbulkan penumpukan µ–ketoglutarat.
5.        Tahap selanjutnya terjadi perubahan suksinil KoA menjadi suksinat dengan adanya tugas enzim suksinat tiokinase (suksinil KoA sintetase).
Suksinil KoA + Pi + ADP « Suksinat + ATP + KoA
Dalam siklus asam sitrat, reaksi ini yakni satu-satunya teladan pembentukan fosfat berenergi tinggi pada tingkatan substrat dan terjadi alasannya yakni pelepasan energi bebas dari dekarboksilasi oksidatif µ–ketoglutarat cukup memadai untuk menghasilkan ikatan berenergi tinggi disamping pembentukan NADH (setara dengan 3 P.
6.       Suksinat dimetabolisir lebih lanjut melalui reaksi dehidrogenasi yang diikuti oleh penambahan air dan kemudian oleh dehidrogenasi lebih lanjut yang menghasilkan kembali oksaloasetat.
Suksinat + FAD « Fumarat + FADH2
Reaksi dehidrogenasi pertama dikatalisir oleh enzim suksinat dehidrogenase yang terikat pada permukaan dalam membrane interna mitokondria, berbeda dengan enzim-enzim lain yang ditemukan pada matriks. Reaksi ini yakni satu-satunya reaksi dehidrogenasi dalam siklus asam sitrat yang melibatkan pemindahan pribadi atom hydrogen dari substrat kepada flavoprotein tanpa tugas NAD+. Enzim ini mengandung FAD dan protein besi-sulfur (Fe:S). Fumarat terbentuk sebagai hasil dehidrogenasi. Fumarase (fumarat hidratase) mengkatalisir penambahan air pada fumarat untuk menghasilkan malat.
Fumarat + H2O « L-malat
Enzim fumarase juga mengkatalisir penambahan unsure-unsur air kepada ikatan rangkap fumarat dalam konfigurasi trans.
Malat dikonversikan menjadi oksaloasetat dengan katalisator berupa enzim malat dehidrogenase, suatu reaksi yang memerlukan NAD+.
L-Malat + NAD+ « oksaloasetat + NADH + H+
Enzim-enzim dalam siklus asam sitrat, kecuali alfa ketoglutarat dan suksinat dehidrogenase juga ditemukan di luar mitokondria. Meskipun sanggup mengkatalisir reaksi serupa, sebagian enzim tersebut, contohnya malat dehidrogenase pada kenyataannya mungkin bukan merupakan protein yang sama menyerupai enzim mitokondria  yang mempunyai nama sama (dengan kata lain enzim tersebut merupakan isoenzim).
Energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat
Pada proses oksidasi yang dikatalisir enzim dehidrogenase, 3 molekul NADH dan 1 FADH2 akan dihasilkan untuk setiap molekul asetil-KoA yang dikatabolisir dalam siklus asam sitrat. Dalam hal ini sejumlah ekuivalen pereduksi akan dipindahkan ke rantai respirasi dalam membrane interna mitokondria (lihat kembali gambar wacana siklus ini).
Selama melintasi rantai respirasi tersebut, ekuivalen pereduksi NADH menghasilkan 3 ikatan fosfat berenergi tinggi melalui esterifikasi ADP menjadi ATP dalam proses fosforilasi oksidatif. Namun demikian FADH2 hanya menghasilkan 2 ikatan fosfat berenergi tinggi. Fosfat berenergi tinggi selanjutnya akan dihasilkan pada tingkat siklus itu sendiri (pada tingkat substrat) pada ketika suksinil KoA diubah menjadi suksinat.
Dengan demikian rincian energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat adalah:
1. Tiga molekul NADH, menghasilkan               : 3 X 3P                           =  9P
2. Satu molekul FADH2, menghasilkan              : 1 x 2P                           =  2P
3. Pada tingkat substrat                                                                                =  1P
Jumlah                                                                                                            = 12P
Satu siklus Kreb’s akan menghasilkan energi 3P + 3P + 1P + 2P + 3P   = 12P.
Kalau kita hubungkan jalur glikolisis, oksidasi piruvat dan siklus Kreb’s, akan sanggup kita hitung bahwa 1 mol glukosa jikalau dibakar tepat (aerob) akan menghasilkan energi dengan rincian sebagai berikut:
1.          Glikolisis                                   :  8P
2.        Oksidasi piruvat (2 x 3P)        :  6P
3.          Siklus Kreb’s (2 x 12P)            : 24P
Jumlah                                             : 38P
Gambar : Lintasan detail Siklus Kreb’s (sumber: Murray dkk. Biokimia Harper)

Glikogenesis
Tahap pertama metabolisme karbohidrat yakni pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke dalam rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi.
Proses di atas terjadi jikalau kita membutuhkan energi untuk aktifitas, contohnya berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika kita mempunyai glukosa melampaui kebutuhan energi, maka kelebihan glukosa yang ada akan disimpan dalam bentuk glikogen. Proses anabolisme ini dinamakan glikogenesis.
Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam badan dan analog dengan amilum pada tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai 6%), otot jarang melampaui jumlah 1%. Akan tetapi alasannya yakni massa otot jauh lebih besar daripada hati, maka besarnya simpanan glikogen di otot  sanggup mencapai tiga hingga empat kali lebih banyak. Seperti amilum, glikogen merupakan polimer µ-D-Glukosa yang bercabang.
Glikogen otot berfungsi sebagai sumber heksosa yang tersedia dengan gampang untuk proses glikolisis di dalam otot itu sendiri. Sedangkan glikogen hati sangat bekerjasama dengan simpanan dan pengiriman heksosa keluar untuk mempertahankan kadar glukosa darah, khususnya pada ketika di antara waktu makan. Setelah 12-18 jam puasa, hampir semua simpanan glikogen hati terkuras habis. Tetapi glikogen otot hanya terkuras secara bermakna sehabis seseorang melaksanakan olahraga yang berat dan lama.
Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut:
1.        Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh heksokinase sedangkan di hati oleh glukokinase.
2.      Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan sumbangan katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil pecahan di dalam reaksi reversible yang intermediatnya yakni glukosa 1,6-bifosfat.
Enz-P + Glukosa 6-fosfat «Enz + Glukosa 1,6-bifosfat « Enz-P + Glukosa 1-fosfat
3.        Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim UDPGlc pirofosforilase.
UTP + Glukosa 1-fosfat « UDPGlc + PPi
4.      Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik akan menarik reaksi kea rah kanan persamaan reaksi
5.        Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan glikosidik dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya (disebut glikogen primer) harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya sanggup terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai glikogenin.
UDPGlc + (C6)n à UDP + (C6)n+1
         Glikogen       Glikogen
Residu glukosa yang lebih lanjut menempel pada posisi 1à4 untuk membentuk rantai pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka glikogenin tetap menempel pada sentra molekul glikogen, sedangkan di hati terdapat jumlah molekul glikogen yang melebihi jumlah molekul glikogenin.
6.       Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang memindahkan pecahan dari rantai 1à4 (panjang minimal 6 residu glukosa) pada rantai yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 1à6 sehingga menciptakan titik cabang pada molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan penambahan lebih lanjut 1àglukosil dan pembentukan cabang selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal yang non reduktif bertambah, jumlah total tapak reaktif dalam molekul akan meningkat sehingga akan mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis.

Glikogenolisis
Jika glukosa dari diet tidak sanggup mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk mendapat glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis. Glikogenolisis seperti kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi bahwasanya tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi satu dari glikogen dibutuhkan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis rangkaian 1à4 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul glikogen dibuang secara berurutan hingga kurang lebih ada 4 buah residu glukosa yang tersisa pada tiap sisi cabang 1à6.
(C6)n + Pi à (C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat
Glikogen      Glikogen
Glukan transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit trisakarida dari satu cabang ke cabang lainnya sehingga menciptakan titik cabang 1à6 terpajan. Hidrolisis ikatan 1à6 memerlukan kerja enzim enzim pemutus cabang (debranching enzyme) yang spesifik. Dengan pemutusan cabang tersebut, maka kerja enzim fosforilase selanjutnya sanggup berlangsung.

Glukoneogenesis
Glukoneogenesis terjadi jikalau sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka badan yakni memakai lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak tersedia, barulah memecah protein untuk energi yang sesungguhnya protein berperan pokok sebagai pembangun tubuh.
Jadi sanggup disimpulkan bahwa glukoneogenesis yakni proses pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa non karbohidrat, sanggup dari lipid maupun protein.
Secara ringkas, jalur glukoneogenesis dari materi lipid maupun protein dijelaskan sebagai berikut:
1.     Lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol. Asam lemak sanggup dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk dalam siklus Kreb’s. Sementara itu gliserol masuk dalam jalur glikolisis.
2.     Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke dalam siklus Kreb’s.
Untuk sanggup masuk ke dalam proses glukoneogenesis asam amino perlu melaksanakan deaminasi (pelepasan gugus amino). Masing-masing jenis asam amino mempunyai jalur yang berbeda tergantung dari sifatnya. Namun, pada umumnya asam amino tersebut bersiifat glukogenik dan campuran, hanya leusin yang bersifat ketogenik murni.
Sisa dari metabolisme asam amino dalam darah berupa amonia (NH3) yang kemudian akan disintesis oleh hati menjadi urea (NH4OH). Selanjutnya akan dikeluarkan melalui urin dan keringat.
Gambar : Jalur glukoneogenesis (sumber: Murray dkk. Biokimia Harper)
Gambar : Glukoneogenesis dari materi protein. Dalam hal ini protein telah dipecah menjadi aneka macam macam asam amino (sumber : Murray dkk. Biokimia Harper)

Sumber http://consisteria.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)