Jumat, 12 Januari 2018

Nilai Agama Sebagai Modal Sosial

Agama berdasarkan Francis Fukuyama, merupakan salah satu unsur utama modal sosial. Ajaran agama merupakan salah satu sumber dari nilai dan norma yang menuntun sikap masyarakat, agama menjadi sumber utama inspirasi, energi sosial serta menawarkan ruang bagi terciptanya orientasi hidup penganutnya.Salah satu bentuk memperkuat modal sosial faktual yakni melalui pendidikan agama sebagai sumber pengembangan nilai-nilai luhur untuk membangun sifat kebersamaan dan saling percaya sesame manusia. Namun demikian, pendekatannya tidak sebatas perkembangan kognitif namun seharusnya pada pengembangan sikap atau afektif.Nilai agama sebagai modal sosial dimana agama menjadi sumber utama inspirasi, energi sosial, serta menawarkan ruang bagi terciptanya orientasi hidup. Nilai-nilai sanggup diterapkan dalam kehidupan yang menjadi aliran bagi insan untuk bertindak, bersikap, dan member teladan yang baik bagi penganutnya.

Menurut Gidden (Damsar, 2009:188-190) dalam masyarakat pramodern ditemukan empat lingkungan yang menumbuh kembangkan kepercayaan sebuah nilai yaitu:

1. Hubungan kekerabatan menyediakan suatu mata rantai korelasi sosial yang sanggup dipercaya suatu mata rantai korelasi sosial yang sanggup dipercaya secara prinsip dan umum dilakukan, membentuk media pengorganisasian korelasi kepercayaan, menyerupai sistem kekerabatan matrilineal yang bermula dari korelasi semade, seperut, senenek, seninik, sekaum dan sesuku telah menjadi perekat korelasi sesama satu kerabat dan sebagai jembatan yang menghubungi dengan kelompok, terutamakelompok luar. Hubungan kekerabatan Minangkabau yang menjadi perekat dan jembatan relasional tersebut, pada gilirannya, pada gilirannya, menerbitkan bibit kepercayaan, baik antara sesame kerabat maupun dengan kelompok luar.

2. Komunitas masyarakat local menawarkan lingkungan yang baik bagi tumbuh kembangnya kepercayaan di masyarakat pra-modern. Menurut Gidden komunitas lokal tidak dikaitkan dengan romantisme budaya, tetapi lebih kepada arti penting dari korelasi local yang diatur dalam konteks tempat, dimana kawasan belum ditransformasikan oleh korelasi ruang waktu yang berjarak. Oleh alhasil komunitas lokal sebagai kawasan yang menyediakan suatu milieu yang bersahabat. Kembali pada teladan masyarakat pada Minangkabau, selain jaringan kekerabatan matrilineal juga jaringan komunitas local yang sanggup konteks bagi tumbuh kembang kepercayaan menyerupai jaringan sedusun, sekampung, sejorong, senagari, selunak dan Minangkabau merupakan jaringan komunitas masyarakat lokal yang ditarik dari komunitas terkecil hingga terbesar pada setting masyarakat Minangkabau.

3. Kosmologi religius merupakan bentuk kepercayaan dan praktik ritual yang menyediakan interpretasi provindential atas kehidupan dan alam.  
Kosmologi religious menyediakan interpretasi budbahasa dan praktik bagi kehidupan sosial dan kehidupan langsung dan bagi dunia alam. Yang menginterpretasikan lingkungan yang kondusif bagi pemeluknya.

4. Tradisi juga sanggup menjadi lingkungan bagi perkembangan kepercayaan masyarakat. Tradisi merupakan sarana untuk mengaitkan masa sekarang dengan masa depan, berorientasi kepada masa kemudian dan waktu yang sanggup berulang. Tradisi yakni rutinitas, namun ia yakni rutinitas yang penuh makna secara intrinsik, ketimbang hanya sekedar sikap kosong yang hanya berorientasi kepada kebiasaan semata. Makna kegiatan rutin berada di dalam penghormatan atau pemujaan yang menempel dalam tradisi dan dalam kaitan antara tradisi dan ritual.

Sumber http://belajarilmukomputerdaninternet.blogspot.com


EmoticonEmoticon