2016 telah berlalu, sekarang saatnya mengalihkan pandangan ke OSN Pekanbaru 2017. Pilihanku dari awal bulat: maju terus! Banyak yang mendukungku untuk memperjuangkan sekeping kegembiraan di OSN Pekanbaru 2017. Hmm… apa yang harus dilakukan untuk mempersiapkan?
Belajar dari pengalaman! Selama pelatda OSN 2016, saya mendapat banyak ‘pencerahan’ dari senior-senior, jadi tahu buku-buku apa saja yang menjadi kitab suci untuk OSN, terutama dari teman-teman sekolah Pasiad yang populer auto imba. Jelaslah, bukan buku-buku yang berembel-embel “sukses” atau “pasti emas”, atau buku keluaran forum pelatihan, melainkan textbook kuliahan. Pulang dari OSN 2016, saya menghabiskan sebagian besar waktu luang untuk mencar ilmu persiapan OSN, alias ambis. Makara teman-teman, ambis itu wajib ya untuk OSN 🙂 Untuk menghadapi OSN Pekanbaru 2017, tentu saya harus tahu di mana titik lemahku: kimia organik. Namun, dari situlah saya menemukan cinta sejati di kimia…
Organic Chemistry <3
Buku yang kuselesaikan yaitu 2 jilid Fessenden (buku cetak). Aku tidak ingat berapa usang buku itu dihabiskan, tapi yang terang saya masih merasa sangat kurang, terutama lantaran Fessenden banyak hafalannya, ketika disuguhi soal yang sulit akupun kehilangan kecerdikan gimana cara ngerjainnya. Kemudian, saya menciptakan loncatan yang sungguh besar dalam hal ambis, yaitu saya tetapkan untuk mulai membaca e-book berbahasa Inggris yaitu Clayden. Awalnya memang berat, yang pertama adalah, terang saya tidak terbiasa membaca buku di laptop meskipun setiap hari pegang laptop (buat ngegame, hehe). Yang kedua, buku ini berbahasa Inggris, terang ini juga berat. Yang ketiga… Baru pertama kali saya membaca buku sains setebal 1300++ halaman A4.
Lama-kelamaan, saya menemukan kecintaanku di dunia kimia organik, thanks to Clayden. Hal-hal di atas ternyata tidak sesukar bayanganku, oleh lantaran ternyata kimia organik begitu seru dan banyak ‘main logika’. Ternyata semua-semua di kimia organik lebih banyak pakai kecerdikan dan firasat, bukan sekedar hafalan. Salah satu keunggulanku dibanding akseptor lain sebelum OSN adalah: tamat Clayden saking cintanya, boleh percaya boleh tidak
Intermezzo: E-book?!
Ya, benar! Saya tidak bohong pada bab sebelumnya jika saya baca textbook hingga tuntas. Oh iya, jadi bagi kalian yang merasa bahwa e-book bahasa Inggris berat karena: 1. bikin mata capek (di komputer), 2. berbahasa Inggris, dan 3. belum saatnya dipelajari anak SMA… IMHO kalian tidak cocok menjadi anak olimpiade. Anak olimpiade harus bekerja keras dan ekstra. Percaya sama saya, di awal memang berat. Lama-kelamaan, anda niscaya terbiasa baca e-book dan terbiasa dengan goresan pena berbahasa Inggris. Ini sangat membantu loh, apalagi jika anda bermimpi kuliah di luar negeri, anda sudah terbiasa dengan e-book bahasa Inggris. Belum lagi, terbiasa membaca semua dalam bahasa Inggris sangat anggun untuk memudahkan TOEFL atau IELTS 🙂 Oh iya, mungkin ada juga kalian yang merasa, memakai bahasa Inggris kurang nasionalis. Well… Terserah.
Nah, berapa usang waktu yang dipakai untuk menghabiskan textbook, it depends on how much you love Chemistry. Bila anda ingin tahu mengenai waktu yang dialokasikan untuk olimpiade… Anda sanggup menemukannya di post cara mencar ilmu saya.
OSK
Untuk persiapan OSN Pekanbaru 2017, semua tampak begitu mulus. Aku sangat percaya diri, salah satunya terwujud dengan menolak anjuran sekolah untuk ikut pelatihan. Aku hanya mencar ilmu bersama guruku, Bu Priscilla, dan mengerjakan latihan-latihan soal. Untuk pra-OSK, beberapa hari sebelum OSK belum dewasa di sekolahku ‘dibebastugaskan’ untuk mencar ilmu OSK. Di sini saya mengerjakan soal-soal setingkat OSP dan menghabiskan banyak paket soal USNCO dengan nilai tinggi-tinggi, di kala bidang lain sedang galau dengan soal OSK 😆
Di OSK, saya berhasil mencetak sejarah!! (Katanya sih) saya meraih nilai OSK Kimia tertinggi se-Indonesia, yaitu 136/140 alias 97%++. Salah di 2 soal pilihan ganda lantaran kurang teliti 😥 Tapi tidak apa-apa, sudah luar biasa… Aku terus bermimpi untuk meraih yang tertinggi. Bu Priscilla, yang mempunyai karunia Roh, bilang begini:
Tuhan telah memulai dengan memberi kau yang terbaik dan tertinggi, Tuhan juga yang niscaya akan menutup dengan yang terbaik dan yang tertinggi.
Anda niscaya sudah tahu kelanjutannya! Praise The Lord. Segala kemuliaan hanya bagi nama Tuhan. AMDG. OSK sudah lewat… tentu saya tidak mau predikat “nilai tertinggi” hanya berhenti di OSK. Aku ingin di OSP dan OSN pun semuanya tertinggi!! Pikirku dulu, lha jika memang mau emas IChO maka di tingkat provinsi dan nasional harus jadi yang terbaik dulu dong…
OSP
Pra-OSP, semua tetap terlihat mulus. Aku mencar ilmu soal-soal di atas OSP tentunya, yaitu soal OSN dan jika tidak mager ya soal olimpiade luar, sembari tetap baca textbook. OSP kali ini di Hotel Neo Semarang, tidak seseru tahun kemudian di Solo… Jalan-jalannya kurang! Hehehe…
Di OSP 2017 ini, saya bersama sahabat sekolahku Michael Patrick Andoko (FTI ITB 2018) yang juga dari Kimia dan Daniel Sugihantoro dari bidang Matematika. Selama di hotel, hal yang kulakukan adalah… baca komik… ngegame… ngewibu… Ya, ini yaitu strategi yang sering saya lakukan di perlombaan manapun. Saya sarankan semua dari anda juga melaksanakan seni administrasi ini, yaitu mencar ilmu hanya dikala sebelum lomba, dan pada dikala lomba, bermain-mainlah dan bersenang-senanglah. Apa tujuannya? Sekali dayung dua pulau terlewati, sekali tembak dua burung mati. Tujuan pertama yaitu supaya pikiran anda fresh sebelum kompetisi, dan tujuan kedua adalah, dengan melaksanakan hal tersebut, secara tidak pribadi anda sedang mengintimidasi kompetitor anda (dalam konteks positif).
Kerjakanlah dengan santai dan kalem, ini salah satu hal yang saya selalu tekankan, namun hampir selalu gagal di tengah-tengah. Nightmare OSP 2017: KUBANA! Ada 1 soal uraian yang menciptakan pikiran sedikit blank dan waktu terkuras banyak, yaitu soal uraian wacana Kubana. Dulu sih sempat jadi trending topic di kalangan belum dewasa Kimia… Tapi overall pengerjaan cukup memuaskan, saya sempat berpikir akan mendapat sekitar 80% lebih dan peringkat atas OSP…
Hohoho… Tidak Semudah itu Ferguso
Dan ternyata saya hanya mendapat 68%. Not even peringkat I Jawa Tengah. Saya hanya peringkat III di Jawa Tengah. Wow, saya sempat shock sebenarnya… Sempat agak kurang terima! Belum lagi, saya dulunya tidak mengenal siapa peringkat I nya (yang nantinya jadi sahabat seperjuangan saya, Anisa Auliya Fadhila Rahma). Terasa ibarat saya telah dikalahkan oleh no namer. Rasanya kesaaaallll pooollllllll… Peringkat II dikala itu, tidak lain dan tidak bukan yaitu Mutiara Auliya Firdausy dari Sekolah Menengan Atas Semesta BBS Semarang. Yang ini sih saya maklum, secara selama ini saya memang selalu di bawah Muti :v
Oh iya, sama ibarat OSN Palembang 2016, saya juga satu-satunya akseptor dari sekolah saya yang lolos ke OSN Pekanbaru 2017. Oke, saya tidak akan kalah di OSN! Saya berjanji pada diri sendiri saya harus jadi yang terbaik di antara kontingen Jawa Tengah pada OSN Pekanbaru 2017. Nantikan Part II dari kisah ini 🙂
EmoticonEmoticon