KATA PENGANTAR
“Syukur Alhamdulillah” ungkapan yang patutu dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, kasih sayang dan pertolongan – Nya sehingga makalah yang berjudul “GANGGUAN MOBILTAS PADA PASIEN POST OPERASI” ini sanggup terselesaikan sebagaimana yang diharapkan.Shalawat dan Taslim kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan pengikutnya sampai hari kiamat.
Adalah penting bagi manasiswa memahami serta menginterprestaikan mengenai PKKDM 1 mengenai Asuhan Keperawatan pada aneka macam penyakit khuusnya GANGGUAN MOBILITAS MOBILITAS PADA PASIEN POST OPERASI.Oleh sebab itu, penyusun merasa perlu penyajian makalah yang sanggup mendukung salah satu indikator pembelajaran PKKDM 1.
Dengan segala kerendahan hati, penyusun memberikan bahwa makalah ini masih banyak kekurang sehingga diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini.Namun terlepas dari kekurangan yang ada, semoga makalah ini dapatbermanfaat bagi para penggunanya “Mahasiswa UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR”.
NOVEMBER, 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Fraktur merupakan salah satu problem kesehatan yang mengakibatkan abnormalitas pada anggota gerak tubuh yang mengalami fraktur. Pasien post operasi fraktur di Rumah Sakit,sering mengalami keterlambatan dalam melaksanakan pergerakan yaitu terjadi kelemahan otot.Latihan rentang gerak yang dipakai untuk meningkatkan kekuatan otot post operasi fraktur di Rumah Sakit ialah dengan latihan Range of Motion (ROM). Tujuan; Mengetahui efek latihan Range of Motion (ROM) aktif terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi fraktur humerus, untuk itu diharuskan segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan klien dari abnormalitas fisik. Sedangkan abnormalitas fisik sanggup dipulihkan secara sedikit demi sedikit melalui latihan rentang gerak yaitu dengan latihan Range of Motion(ROM) yang dievaluasi secara aktif, yang merupakan kegiatan penting pada periode post operasi guna mengembalikan kekuatan otot pasien (Lukman dan Ningsih, 2009).
Mobilitas merupakan indikator kunci kesehatan pasien post operasi. Oleh sebab itu dokter perlu melaksanakan penampisan terkait gejala penurunan kemampuan fisik pada pasien pot operasi. Studi ini mengonfirmasi peningkatan acara fisik dan olahraga sangatlah penting untuk kesehatan untuk pasien post operasi. Masalah mobilitas seringkali merupakan tanda awal dari penurunan kemampuan fungsional di masa depan pada pasien post operasi.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang mengakibatkan pasien abnormalitas pada anggota gerak tubuh
2. Bagaiman efek dalam posisi tidur
3. Kecemasan akan terjadi penurunan status jikalau terjadi mobilitas menurun
4. Ketegangan dalam mempelajari tugas gres dari status jabatan yang meningkat
5. Keretakan korelasi antar anggota kelompok primer yang semula sebab seseorang berpindah status yang lebih tinggi atau ke status yang lebih rendah.
C. Tujuan
1. Mengetahui abnormalitas pada anggota gerak tubuh
2. Menggurangi ketegangan pada pasien
3. Penyembuhan lebih cepat
BAB II
PEMBAHASAN
A. MENGATUR POSISI
Pasien yang mengalami gangguan fungsi sistem skeletal, saraf atau otot dan peningkatan kelemahan serta kekakuan biasanya membutuhkan pertolongan perawat untuk memperoleh kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat tidur atau duduk.
- TUJUAN MERUBAH MENGATUR POSISI:
Ø Mencegah nyeri otot
Ø Mengurangi tekanan
Ø Mencegah kerusakan saraf dan pembuluh darah superfisial
Ø Mencegah kontraktur
Ø Mempertahankan tonus otot dan refleks
Ø Memudahkan suatu tindakan baik medik maupun keperawatan.
- MACAM-MACAM POSISI TIDUR SERTA FUNGSI DAN GANGGUANN/MASALAH UMUM PADA PASIEN POST OPERASI
1. POSISI SIM’S ( SEMIPRONE)
Merupakan adonan posisi miring dan prone (tengkurap) . Pada posisi ini lengan bawah ada dibelakang pasien dan lengan atas fleksi pada pundak dan siku, kedua kaki fleksi ke depan, tungkai atas lebih fleksi pada panggul dan lutut dibandingkan tungkai yang satunya.
KEGUNAAN :
Pada pasien tidak sadar untuk mencegah aspirasi
· Pada pasien lumpuh ( paraplegia atau hemiplegia) sanggup mengurangi tekanan pada sakrum dan trohanter pada panggul.
· Pada pasien yang akan mengalami investigasi atau pengobatan tempat perineal.
Masalah umum yang terjadi pada posisi Sim’s:
· Fleksi lateral pada leher
· Rotasi dalam, adduksi atau kurang sokongan di pundak dan panggul
· Kurang sokongan di kaki
· Kurang proteksi dari titik pemfokusan di tulang illium, humerus, klavikula, lutut dan pergelangan kaki.
2. POSISI SEMI FOWLER
Posisi semi fowler ( setengah duduk ) ialah posisi berbaring dengan menaikan kepala dan tubuh 30 -45 derajat .
KEGUNAAN :• Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan.
3. POSISI FOWLER
Posisi fowler ialah posisi berbaring dengan menaikan kepala dan tubuh 80 – 90 derajat . Posisi fowler dengan sandaran memperbaiki curah jantung dan ventilasi dan eleminasi urine dan bowel. Sudut ketinggian kepala dan lutut serta lamanya klien berada pada posisi fowler dipengaruhi oleh penyakit dan kondisi pasien secara keseluruhan. Penyokong harus mengakibatkan pinggul maupun lutut fleksi, dan tepatnya kesejajaran garis vertebra servical, torakal, dan lumbal yang normal.
Masalah umum yang sering terjadi :
a. Meningkatnya fleksi servikal sebab bantal di kepala terlalu tebal dan kepela terdorong ke depan.
b. Ektensi lutut memungkinkan klien meluncur ke kepingan kaki tempat tidur.
c. Tekanan lutut kepingan posterior, menurunkan sirkulasi ke kaki
d. Rotasi luar pada pinggul
e. Lengan mengantung di sisi klien tanpa disokong
f. Kaki tidak tersokong
g. Titik pemfokusan di sakrum maupun di tumit yang tidak terlindungi.
4. POSISI TRENDELENBURG
Posisi kepingan kepala lebih rendah dari kepingan kaki
KEGUNAAN :
· Pada pasien yang mengalami shock
· Pasien hypotensi.
5. POSISI LITOTOMY
Posisi pasien dalam keadaan terlentang dengan ke dua kaki diangkat, lutut di tekuk ke arah dada.
KEGUNGAANNYA untuk mempermudah ketika persalinan.
6. POSISI ORTHOPNEIC
Merupakan pembiasaan dari posisi high fowler . Pasien duduk pada tempat tidur atau pinggir tempat tidur dengan sokongan meja di samping tempat tidur lebih tinggi dari tempat tidur.
KEGUNAAN : Memperbaiki respirasi sebab pelebaran rongga dada maksimal terutama pada pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan udara pernapasan.
7. POSISI DORSAL RECUMBENT.
Posisi pasien dengan posisi terlentang dengan kedua kaki /tungkai di tekuk, sedikit direnggangkan dan kedua kaki menapak pada kasur.
Kegunaan perilaku ini untuk memudahkan investigasi palpasi tempat perut, rektal touch, v@gin@ touch , memudahkan pelaksanaan mekanisme keperawatan seperta : pemasangan kateter perempuan , vulva hygiene.
8. POSISI SUPINE
Posisi terlentang korelasi antar kepingan tubuh intinya sama dengan kesejajaran berdiri yang baik kecuali tubuh berada pada potongan horizontal.
Tujuannya memberikan garis lurus pada tulang belakang sesuai dengan posisi yang sebenarnya.
Indikasi :
· Klien dengan posisi post spinal anestesi
· Klien dengan operasi tulang belakang
· Posisi alternatif untuk klien yang bedrest.
9. POSISI TELUNGKUP ( PRONE )
Klien berada dalam posisi telungkup ialah berbaring dengan wajah menghadap ke bawah , kepala miring kesalah satu sisi .Keuntunan ini menciptakan panggul dan lutut ektensi penuh.
KEGUNAAN : Menghindari kontraktur
Memudahkan drainage lisan : khusus pada pasien tdk sadar yang telah menjalani operasi lisan atau tenggorokan. Posisi ini dilarang dilakukan pada paien gangguan leher dan lumbal.
Masalah yang sering terjadi ;• Hyperekstensi leher• Hyperekstens spinal lumbal• Plantarfleksi pergelangan kaki• Titik pemfokusan di dagu ,siku, pinggul, lutut, dan jarijari kaki tidak terlindungi.
KEGUNAAN :
· Mengurangi lordosis dan memperbaiki susunan tulang belakang.
· Membantu mengurangi tekanan pada sakrum dan bokong
· Nyaman bagi pasien yang mengalami defisit sensori dan motorik
10. POSISI GENUPEKTORALIS
Posisi tubuh kepala lebih rendah dari tubuh , panggul /bokong diatas disokong oleh kaki /paha dengan lutut kaki datar sejajar dengan kepala.
Keguaannya :untuk mempermudah dalam investigasi tempat rektum, upaya untuk membantu rotasi /perputaran posisi bayi letak sungsang.
11. POSISI MIRING/ LATERAL•
Sikap pasien miring pada salah satu sisi tubuh, dengan sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul dan bahu. Kesejajaran tubuh harus sama ketika berdiri.
Contohnya , struktur tulang belakang harus tetap dipertahankan, kepala disokong pada garis tengah tubuh, dan rotasi tulang belakang harus dihindari.
Masalah yang umum terjadi pada posisi miring :
· Fleksi lateral pada leher
· Lengkung tulang belakang keluar dari kesejajaran tubuh normal.
· Persendian pundak dan pinggul berotasi dalam, adduksi, atau tidak disokong
· Kurangnya sokongan
· Titik pemfokusan di telinga, tulang illium, lutut, dan pergelangan kaki kurang terlindungi.
- ALAT-ALAT BANTU YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGATUR POSISI TEPAT
1. Bantal
Memberi sokongan tubuh dan ekstremitas, meninggikan beberapa kepingan tubuh, membebat tempat insisi untuk mengurangi sakit pasca operasi
2. Papan kaki/Footguard
Mempertahankan dorsofleksi pada kaki
3. Trochanter roll
Mencegah rotasi luar pada tungkai ketika klien posisi supine
4. Sanbag ( bantal pasir )
Memberi sokongan dan bentuk struktur tubuh, menciptakan imobilisasi ektremitas, mempertahan kesejajaran tubuh spesifik
5. Gulungan tangan ( hand roll )
Mempertahankan ibu jari sedikit aduksi dan berlawanan pada jari, mempertahankan jari-jari tangan dalam posisi sedikit fleksi.
6. Trapeze bar
Memampukan klien untuk mengangkat tubuh dari tempat tidur , memungkinkan klien berpindah dari tempat tidur ke bangku roda, memungkinkan klien melaksanakan latihan untuk menguatkan lengan kepingan atas.
7. Pagar tempat tidur
Memungkinkan klien lemah berguling dari sisi ke sisi lain atau duduk di atas tempat tidur
8. Papan tempat tidur
Memberikan sokongan pemanis pada matras dan memperbaiki kesejajaran tulang vertebra.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien yang mengalami gangguan fungsi sistem skeletal, saraf atau otot dan peningkatan kelemahan serta kekakuan biasanya membutuhkan pertolongan perawat untuk memperoleh kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat tidur atau duduk. Mobilitas merupakan indikator kunci kesehatan pasien post operasi. Oleh sebab itu dokter perlu melaksanakan penampisan terkait gejala penurunan kemampuan fisik pada pasien pot operasi. Studi ini mengonfirmasi peningkatan acara fisik dan olahraga sangatlah penting untuk kesehatan untuk pasien post operasi. Masalah mobilitas seringkali merupakan tanda awal dari penurunan kemampuan fungsional di masa depan pada pasien post operasi.
B. Saran
Saya harap supaya di krik demi untuk kelengkspan makalah sebab makalah ini masih jau dari sempurna
EmoticonEmoticon