Menjadi sukses tak selalu soal penemuan yang luar biasa, alasannya yakni kejelian mata bisnis kita dalam menangkap peluang yang muncul dari potensi di sekitar kita juga sanggup menjadi sebuah jalan menuju sukses. Demikian pula dengan cerita sukses Cahsim Cahyadi dengan bisnis kecil kecilan yang menguntungkan miliknya. Merintis perjuangan dari potensi tape ketan yang memang sudah menjadi produk khas kampung halamannya rupanya mengantarkannya mencapai kesuksesan besar.
Selama ini desanya di tempat Kuningan, desa Tarikolot memang sudah dikenal sebagai penghasil tape ketan. Pada hari raya lebaran, berbondong-bondong orang berdatangan ke desa ini untuk membeli tape ketan berbungkus daun jambu air. Biasanya tape ketan ini dipakai sebagai sajian khas lebaran ala Kuningan dan sebagai oleh-oleh.
Tape ketan khas Tarikolot memang sudah dikenal di antero Kuningan. Penggunaan beras ketan yang berkualitas dan pembungkusan dengan daun jambu air dan daun katuk memberi hasil rasa tape ketan yang khas dan digemari.
Hanya saja selama ini tape ketan hanya dikenal sebagai penganan khas lebaran saja. Di hari biasa tak ada orang yang mencari penganan ini. Jadilah masyarakat Tarikolot juga hanya memproduksi tape ketan di hari raya saja.
Ini rupanya menarik mata bisnis seorang laki-laki muda berjulukan Cahsim Cahyadi untuk mengakibatkan bisnis tape ketan ini sebagai bisnis kecil kecilan yang menguntungkan. Menurutnya seharusnya tape ketan ini sanggup menjadi penganan kegemaran dan sanggup dibeli kapanpun oleh penggemarnya. Lagi pula tidak sedikit orang luar kota yang mencari buah tangan tape ketan harus gigit jari alasannya yakni tidak menemukan tape ketan selain waktu lebaran.
Akhirnya laki-laki ini memulai bisnis kecil kecilan yang menguntungkan tersebut dengan modal sangat mepet. Kebetulan laki-laki yang dahulunya sempat bekerja di Bandung ini berhadapan dengan situasi ekonomi pasca krismon yang membuatnya harus keluar dari pekerjaan dan pulang kampung. Uang pesangon yang hanya sebesar beberapa juta saja dipakai sebesar 100 ribu untuk membeli materi dan sewa sebuah kios kecil milik seorang teman di sentra kota Kuningan sebesar 250 ribu.
Untuk peralatan Cahsim masih memakai peralatan biasa yang dimiliki oleh kerabatnya di kampung. Ini untuk menekan biaya yang terus jelas memang harus sangat diefisiensi mengingat modal yang juga pas-pasan.
Pada beberapa hari pertama bisnis kecil kecilan yang menguntungkan yang dirintis Cahsim terus menemui rintangan. Tidak banyak konsumen yang tertarik membeli tape ketannya, sampai-sampai setiap hari Cahsin membuatkan tape ketan ke para tukang becak daripada terbuang percuma. Total Cahsim keluar modal 600 ribu untuk materi dan tidak kembali.
Namun salah satu tukang becak memberinya saran untuk menjajal menunjukkan produk tape ketannya ke hotel-hotel di sekitar Kuningan dan Cirebon. Tukang becak ini biasa melayani undangan untuk transportasi para tamu hotel, jadi sanggup melihat adanya peluang perjuangan di sini.
Merasa menerima inspirasi yang menarik untuk dijajal, Cahsim mulai menciptakan beberapa paket tape ketan, satu persatu ia memasuki hotel-hotel besar di sekitar Kuningan dan Cirebon. Menawarkan kerjasama untuk memenuhi undangan buah tangan tamu hotel sambil disertai mengatakan beberapa sampel tape ketan untuk dicicipi.
Memasuki lebih dari 10 hotel rupanya upaya Cahsim mulai membuahkan hasil. Salah satu hotel akan mengadakan pertemuan sebuah instansi dari Jakarta. Hotel ini pribadi memesan 60 paket tape ketan yang tiap paketnya berisi 20 bungkus tape ketan.
Mungkin satu kali pesanan ini cukup memuaskan dan para pemilik hotel ini saling memberi isu mengenai pelayanan dari Cahsim yang mengusung merk tape ketan Pamela orisinil Tarikolot. Terbukti dalam beberapa bulan setelahnya ada saja pesanan paket massal macam itu dari banyak sekali hotel, instansi hingga pemda setempat.
Akhirnya sehabis tiga tahun berjalan bisnis kecil kecilan yang menguntungkan mulai kelihatan ‘buahnya’. Cahsim mulai berani menyewa sebuah kios yang lebih layak di tengah kota Kuningan dan membangun pula satu cabang di kota Cirebon. Pada periode ini Cahsim juga mulai melaksanakan beberapa eksperimen untuk menemukan ide-ide unik dari tape ketan biatan Cahsim, hingga akibatnya lahir banyak sekali tape ketan aneka rasa ibarat rasa stawberry, vanilla, pandan dan lain sebagainya.
Cahsim juga melibatkan banyak warga desanya di Tarikolot untuk mendukung usahanya. Karena sehabis berjalan dengan dua kios buah tangan ini, Cahsim harus sanggup menciptakan lebih dari 35 kg tape ketan tiap harinya. Dan sanggup meningkat 2 kali dikala demam isu liburan dan demam isu lebaran.
Cahsim sekarang juga membuka satu kedai kecil di dalam stasiun Cirebon untuk meningkatkan penjualan. Siapa yang sangka dengan bisnis tape ketan bermodal tak lebih dari 1 juta, Cahsim sanggup sukses dengan bisnis kecil kecilan yang menguntungkan ini.
sumber gambar: tapeketanwadedenajib.wordpress.com
Sumber https://www.pojokbisnis.com
EmoticonEmoticon