Belakangan kebanyakan Tenaga Kerja Indonesia yang siap menjadi pendekar devisa ini memang diarahkan untuk berangkat ke negara Korea. Beberapa alasan menguatkan pengiriman TKI ke negeri Ginseng yang sedang dikenal dunia dengan demam musik dan dramanya ini menyerupai jaminan kesejahteraan yang lebih baik dan penggajian yang jauh lebih tinggi. Dan siapa sangka dari sini muncul pandangan gres perjuangan berdikari modal kecil yang potensial.
Bagi daerah-daerah tertentu yang memang termasuk pelanggan pengiriman TKI dari tahun ke tahun, maka perkembangan ini memicu meningkatnya kebutuhan akan pendidikan dan training bahasa Korea. Mengingat sebagian besar penduduk Korea tidak berkomunikasi dalam bahasa Inggris sebagaimana negara-negara lain yang menjadi destinasi pengiriman TKI, maka penguasaan bahasa Korea baik secara verbal maupun goresan pena menjadi sangat krusial.
Inilah yang dibaca oleh Sanusi, seorang laki-laki berusia 29 tahun yang gres saja menyelesaikan masa kontraknya selama 5 tahun bekerja di salah satu pabrikan produsen kendaraan beroda empat ternama di Korea. Setelah masa kontraknya habis, laki-laki yang sekarang gres saja menikah itu menentukan kembali ke Indonesia dan menata masa depannya dengan merintis perjuangan berdikari modal kecil. Kini laki-laki ini menentukan menetap di Banyumas, kota asalnya.
Pasalnya, menetap di negeri Ginseng bagaimanapun tidak senyaman di tanah air, demikian legalisasi Sanusi. Mereka memang menggaji cukup besar, dalam satu bulan Sanusi bisa menabung hingga 7 – 8 juta tiap bulan padahal sudah mengirim orang tuanya sebesar 3 juta dan untuk menopang hidupnya sendiri selama menetap di sana. Padahal pendidikan Sanusi hanya lulusan STM. Tetapi bekerja di sana, memaksanya harus siap bekerja hingga 15 jam sehari.
Sepulangnya dari Korea, Sanusi bergotong-royong belum punya bayangan akan bekerja atau menjalankan perjuangan apa. Karena ia tidak mempunyai pengalaman dalam bidang pertanian jadi ia pesimis bisa bertani sebagaimana orang tuanya jalankan selama ini.
Sampai disadarinya, banyak penduduk di sekitar desanya tinggal bergotong-royong sangat ingin mengikuti jejaknya untuk berangkat ke Korea. Tetapi diakuinya jikalau berangkat dengan tangan kosong dan tanpa bekal memadai, mereka tidak akan sanggup bertahan apalagi hingga merasakan hasil besar dari perantauan mereka.
Dari sanalah pandangan gres Sanusi memulai perjuangan berdikari modal kecilnya. Usaha ini dimulainya dengan memanfaatkan sebuah garasi tak terpakai dari pamannya yang berada di tepian jalan utama Banyumas – Purwokerto. Pikirnya dengan berdiri di tepi jalan besar, usahanya ini akan gampang dijangkau oleh banyak konsumen dari banyak sekali penjuru.
Dengan modal hanya 6 juta, Sanusi menyulap garasi seluas 4 x 6 meter itu menjadi sebuah lobi lengkap sebuah ruang kelas berukuran 3 x 4 meter. Dinding ruang kelas memakai bahan gypsum sehingga tidak memakan biaya besar. Sisa modalnya dipakai untuk menyiapkan bangku dan meja kelas serta buku materi. Dan terakhir dipasangnya sebuah banner besar dengan nama kursusnya yang berjudul Kursus Cepat Bahasa Korea Mudah “Sanusi”.
Tampaknya memang memulai bisnis di desa bisa cukup gampang jikalau sudah banyak dikenal orang. Terbukti dalam hitungan hari saja, Sanusi sudah bisa memulai kelas pertamanya dan 1 ahad lalu Sanusi sudah membuka 3 kelas.
Tiap kelas berisi 15 penerima dengan jadwal kursus 3 kali seminggu. Dengan biaya tiap perserta sebesar 100 ribu per paket yang akan dijalani siswa dalam 20 hari kursus. Di sini juga disediakan kelas khusus paket advance yang diberikan sesudah menuntaskan kursus paket pertama. Biayanya lebih besar, sekitar 200 ribu untuk 35 kali pertemuan dengan bahan yang lebih mendalam dan pengenalan mengenai goresan pena Hangul Korea.
Kini perjuangan ini sudah berjalan selama 6 bulan dan omset yang dihasilkan dari perjuangan kursus bahasa Korea yang dijalankan sudah menghasilkan omset kisaran 18 jutaan. Margin yang dihasilkan kisaran 60% alasannya yaitu diakuinya modal dari perjuangan ini terbilang rendah. Hanya seputar biaya listrik dan fotokopi bahan dan pembayaran karyawan administrasi. Sanusi sendiri berencana mengajak satu rekannya semasa bekerja di rantau untuk membantunya menjadi tenaga pengajar.
Bagaimana berdasarkan Anda dengan perjuangan berdikari modal kecil yang dikembangkan oleh Sanusi? Dengan bermodal kemampuannya, Sanusi sukses membangun perjuangan berdikari modal kecil yang bisa menghasilkan omset belasan juta dalam tempo 6 bulan.
sumber gambar: kursusbahasakerumah.blogspot.com
Sumber https://www.pojokbisnis.com
EmoticonEmoticon