Rabu, 31 Oktober 2018

Ciri Dan Prinsip Pembelajaran Matematika Di Sd

Ciri dan Prinsip Pembelajaran Matematika di SD Ciri dan Prinsip Pembelajaran Matematika di SD
Seorang guru SD atau calon guru SD perlu mengetahui beberapa karakteristik pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa matematika ialah ilmu yang aneh dan deduktif, sedangkan yang kita ketahui, siswa SD yang berada pada usia 7 hingga 12 tahun masih berada pada tahap operasional konkrit yang belum sanggup berpikir formal. Oleh sebab itu pembelajaran matematika di SD selalu tidak terlepas dari hakikat matematika dan hakikat anak didik di SD. Sejalan dengan hal tersebut.

Ciri-ciri Pembelajaran Matematika di SD
Pembelajaran matematika di SD selalu berbeda

☛ Pembelajaran matematika memakai metode spiral.
Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan dimana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu mengkaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya. Topik sebelumnya sanggup menjadi prasyarat untuk sanggup memahami
dan mempelajari suatu topik matematika. Topik gres yang dipelajari merupakan pendalaman dan ekspansi dari topik sebelumnya.
Konsep diberikan dimulai dengan benda-benda konkrit kemudian konsep itu diajarkan kembali dengan bentuk pemahaman yang lebih aneh dengan memakai notasi yang lebih umum dipakai dalam matematika.

☛ Pembelajaran matematika bertahap
Materi pelajaran matematika diajarkan secara sedikit demi sedikit yaitu dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih sulit. Selain itu pembelajaran matematika dimulai dari yang konkret, ke semi positif dan kesudahannya kepada konsep abstrak. Untuk
mempermudah siswa memahami objek matematika maka benda-benda konkrit dipakai pada tahap konkrit, kemudian ke gambar-gambar pada tahap semi konkrit dan kesudahannya ke simbol-simbol pada tahap abstrak.
Contoh:
Seorang guru yang akan mengajar mengenai perkalian bilangan cacah di kelas 2, maka sanggup memperlihatkan pemahaman arti perkalian dengan memakai benda-benda konkrit ibarat permen, kelereng, buku,penggaris, dll.
Misal:
Pemahaman 3 x 2, sanggup dilakukan dengan memperlihatkan soal cerita, seperti, Ibu memiliki 3 bungkus kelereng yang tiap-tiap bungkus berisi 2 kelereng. Guru mengelompokkan 2 kelereng. Menggambar 2 kelereng sebanyak 3 kelompok .
Seperti berikut :

◯ ◯ ◯ ◯ ◯ ◯

Guru bertanya pada siswa bereapa banyak kelereng semuanya.
Guru memperlihatkan klarifikasi bahwa 3 kumpulan yang berisi 2 kelereng sama dengan kumpulan yang terdiri dari 6 kelereng.
Dengan menggambar dan menuliskan 3 x 2 = 6.

☛ Pembelajaran matematika memakai metode induktif.
Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun sebab sesuai tahap perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran matematika di SD dipakai pendekatan induktif.
Contoh :
Pengenalan bangun-bangun ruang tidak dimulai dari definisi, tetapi dimulai dengan memperhatikan contoh-contoh dari bangkit tersebut dan mengenal namanya.
Menentukan sifat-sifat yang terdapat pada bangkit ruang tersebut sehingga didapat pemahaman konsep bangun-bangun ruang itu.

☛ Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi
Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada kontradiksi antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jikalau didasarkan kepada pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah diterima kebenarannya. Meskipun di SD pembelajaran matematika dilakukan dengan cara induktif tetapi pada jenjang selanjutnya generalisasi suatu konsep harus secara deduktif.

☛ Pembelajaran matematika hendaknya bermakna
Pembelajaran secara bermakna merupakan cara mengajarkan bahan pelajaran yang mengutamakan pengertian daripada hafalan. Dalam berguru bermakna aturan-aturan, sifat-sifat, dan dalil-dalil tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi sebaliknya aturan-aturan, sifat-sifat, dan dalil-dalil ditemukan oleh siswa melalui contoh-contoh secara induktif di SD, kemudian dibuktikan secara deduktif pada jenjang selanjutnya.

Konsep-konsep matematika tidak sanggup diajarkan melalui definisi, tetapi melalui contoh-contoh yang relevan. Guru hendaknya sanggup membantu pemahaman suatu konsep dengan derma contoh-contoh yang sanggup diterima kebenarannya secara intuitif. Artinya siswa
sanggup mendapatkan kebenaran itu dengan pemikiran yang sejalan dengan pengalaman yang sudah dimilikinya. Pembelajaran suatu konsep perlu memperhatikan proses terbentuknya konsep tersebut.

Dalam pembelajaran bermakna siswa mempelajari matematika mulai dari proses terbentuknya suatu konsep kemudian berlatih menerapkan dan memanipulasi konsep-konsep tersebut pada situasi baru. Dengan pembelajaran ibarat ini, siswa terhindar dari verbalisme.
Karena dalam setiap hal yang dilakukannya dalam aktivitas pembelajaran ia memahaminya mengapa dilakukan dan bagaimana melakukannya. Oleh sebab itu akan tumbuh kesadaran perihal pentingnya belajar. Ia akan berguru dengan baik.

Contoh:
Pembelajaran matematika di yang bermakna
a. Untuk mendapatkan sifat komutatif perkalian
Misal : a × b = b × a
Maka sanggup dilakukan dengan memperlihatkan soal:
3 × 2 = ... 4 × 5 = ...
5 × 4 = ... 2 × 3 = ...
4 × 7 = ... 7 × 4 = ...
6 × 3 = ... 3 × 6 = ...
Selanjutnya guru sanggup membimbing siswa sehingga sanggup menyimpulkan a × b = b × a

b. Untuk mengajar konsep balok siswa diberi balok dan disuruh untuk menghitung banyak rusuk, titik sudut, bidang sisi balok sehingga siswa sanggup menyimpulkan definisi balok.

Prinsip Dalam Melaksanakan Pembelajaran Matematika di SD
Ada beberapa prinsip pembelajaran matematika di SD, yaitu:

1. Guru di SD sanggup menyusun Silabus atau perencanaan pembelajaran dengan mengacu dan berpedoman kepada Kurikulum.

2. Kecakapan matematika atau kemahiran matematika yang perlu dimiliki oleh siswa. Pembelajarannya tidak diberikan tersendiri tetapi harus diintegrasikan dengan bahan matematika. Kemahiran matematika yang disajikan secara eksplisit dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi sanggup menjadi perhatian dan pertimbangan guru untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran dan evaluasi hasil berguru siswa.
Kecakapan matematika atau kemahiran matematika yang harus, dicapai siswa dalam berguru matematika mulai dari SD / MI hingga Sekolah Menengan Atas / MA ialah sebagai berikut :
♛ Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma (secara lu hitung) secara luwes, akurat, efisien, dan sempurna dalam pemecahan masalah.
♛ Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik, atau dugaan untuk memperjelas keadaan atau masalah.
♛ Menggunakan daypikir pada pola, sifat atau melaksanakan manipulasi matematika dalam menciptakan generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan atau pernyataan matematika.
♛ Menyusun kemampuan taktik dalam menciptakan atau merumuskan, menafsirkan dan menuntaskan model matematika dalam pemecahan masalah.
♛ Memiliki perilaku menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

3. Kompetensi Dasar yang tertuang dalam Standar Kompetensi dalam Kurikulum Merupakan kemampuan minimal yang sanggup dikembangkan oleh sekolah. Guru sanggup memperlihatkan pembelajaran dengan mengkaitkan materi-materi matematika mulai dari kelas 1 hingga dengan kelas 6 pada Standar Kompetensi ini atau sanggup menambah dan memperluas bahan tersebut.

4. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran matematika ialah :
♝ Guru hendaknya mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus, konsep atau prinsip dalam matematika melalui bimbingan guru semoga siswa terbiasa melaksanakan penyelidikan dan menemukan sesuatu.
♝ Pembelajaran matematika berfokus kepada pendekatan pemecahan masalah. Pemecahan duduk kasus ini meliputi duduk kasus tertutup, memiliki solusi tunggal, terbuka atau duduk kasus dengan aneka macam cara penyelesaian.
♝ Beberapa keterampilan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan duduk kasus adalah:
✔ Memahami soal:
memahami dan mengidentifikasikan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, diminta untuk dicari atau dibuktikan.
✔ Memilih pendekatan atau taktik pemecahan:
Misalnya duduk kasus dalam bentuk diagram, menentukan dan memakai pengetahuan aljabar yang diketahui dan konsep yang relevan untuk membentuk model atau kalimat matematika.
✔ Menyelesaikan model:
melaksanakan operasi hitung secara benar dalam menerapkan strategi, untuk mendapatkan solusi dari masalah.
✔ Menafsirkan solusi:
menerjemahkan hasil operasi hitung dari model atau kalimat matematika untuk menentukan tanggapan dari duduk kasus semula.
♝ Pada setiap pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan penguasaan materi

5. Untuk mengetahui tingkat keberhasilandan efisiensi suatu pembelajaran guru perlu melaksanakan penilaian.

6. Guru sanggup memakai teknologi komputer, alat peraga atau media lainnya untuk meningkatkan efisiensi pembelajaran.

=============
Hakikat Matematika dan Pembelajaran Matematika SD
  • Pendahuluan
  • Kegiatan Belajar 1
    Hakikat Matematika, yang meliputi pengertian matematika, beberapa pendapat dari para jago mengenai matematika, matematika ialah ilmu deduktif, ilmu terstruktur, ilmu perihal pola dan hubungan, matematika ialah bahasa simbol dan kegunaan matematika.
  • Kegiatan Belajar 2
    Hakikat Anak Didik yang meliputi anak sebagai suatu individu dan anak usia SD dalam pembelajaran matematika di SD, meningkatkan minat berguru matematika pada anak dan upaya peningkatan prestasi anak dalam pembelajaran matematika.
  • Kegiatan Belajar 3
    Pembelajaran Matematika di SD yang meliputi ciri-ciri pembelajaran matematika di SD, yaitu pembelajaran matematika memakai pendekatan spiral, pembelajaran matematika bertahap, pembelajaran matematika memakai pendekatan indukktif, pembelajaran matematika kebenaran konsisten, dan pembelajaran matematika hendaknya bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
  • Andi Hakim, N. (1980). Landasan Matematika, Jakarta : Bharata Aksara.
  • Erman, S dan Winataputra, U.S. (1993). Strategi Belajar Mengajar Matematika, Jakarta : Universitas Terbuka.
  • Herman, H. (1990). Strategi Belajar Matematika, Malang : IKIP Malang.
  • Lisnawaty, S. (1992). Metode Mengajar Matematika 1, Jakarta : PT. Rineka Cipta
  • Ruseffendi, E.T. (1988). Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini Untuk Guru dan SPG, Bandung : Tarsito.
  • Ruseffendi, E.T. (1988). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA, Bandung : Tarsito.
  • Ruseffendi, E.T, dkk. (1992), Pendidikan Matematika 3, Jakarta : Depdikbud.
  • Wragg, E.C. (1997). Keterampilan Mengajar Di Sekolah Dasar, Jakarta : Gramedia

Mengerjakan pembagian pecahan umumnya kita harus kembalikan ke perkalian pecahan, lihat pada video ini dikerjakan dengan cara pilar (pintar bernalar);
Ciri dan Prinsip Pembelajaran Matematika di SD Ciri dan Prinsip Pembelajaran Matematika di SD


Sumber http://www.defantri.com


EmoticonEmoticon