PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banten ialah salah satu provinsi yang ada di Indonesia dan sekaligus nama suku bangsa asal yang terdapat di provinsi tersebut. Dalam sejarah ada Kerajaan Banten.
Kerajaan Banten merupakan kerajaan Bercorak islam yang berbentuk Kesultanan. Agama islam merupakan keyakinan yang dianut oleh masyarakat Banten. Pengaruh islam yang masuk di wilayah Banten dibawa masuk oleh para pedagang islam yang berasal dari Arab, Gujarat, Turki dan Negara islam lainnya. Para saudagar tersebut mengunjungi Banten tidak hanya untuk melaksanakan kegiatan perdagangan saja melainkan juga melaksanakan penyebaran agama islam. Kebanyakan para saudagar islam yang tiba dan kemudian menetap di Banten, walaupun adapula para pedagang yang kembali ke negara asalnya. Sehingga hasil peninggalan kebudayaan Kerajaan Banten menerima imbas dari kebudayaan islam salah satunya Kebudayaan Debus .
B. Tujuan
Tujuan makalah ini dibentuk untuk mengetahui lebih dalam wacana Interaksi yang terjadi di Banten dan mengetahui tantang Kebudayaan Debus di Banten .
PEMBAHASAN
A. Kebudayaan Debus
Pengertian Debus ialah suatu kesenian yang mempertunjukan kemampuan insan yang luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api, minum air keras, memasukan benda kedalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala dan lain-lain. Debus lebih dikenal sebagai kesenian orisinil masyarakat Banten, yang mungkin berkembang semenjak kala ke 18.
Pemain
Para pemain debus terdiri dari seorang syeh (pemimpin permainan), beberapa orang pezikir, pemain, dan penabuh gendang. 1-2 ahad sebelum diadakannya pertunjukan debus biasanya para pemain akan melaksanakan pantangan-pantangan tertentu supaya selamat ketika melaksanakan pertunjukan, yaitu: (1) dilarang minum-minuman keras; (2) dilarang berjodi; (3) dilarang mencuri; (4) dilarang tidur dengan isteri atau
wanita lain; dan lain sebagainya.
Tempat dan Peralatan Permainan
Permainan debus biasanya dilakukan di halaman rumah pada dikala diadakannya acara-acara lain yang melibatkan banyak orang. Peralatan yang dipakai dalam permainan adalah:
1) debus dengan gada-nya
2) golok yang dipakai untuk mengiris badan pemain debus
3) pisau juga dipakai untuk mengiris badan pemain
4) bola lampu yang akan dikunyah atau dimakan (sama menyerupai permainan kuda lumping di Jawa Tengah dan Timur
5) panci yang dipakai untuk menggoreng telur di atas kepala pemain
6) buah kelapa
7) minyak tanah dan lain sebagainya.
Sementara alat musik pengiringnya antara lain:
(1) gendang besar;
(2) gendang kecil;
(3) rebana;
(4) seruling; dan kecrek.
Jalannya Permainan
Permainan debus pada umumnya diawali dengan mengumandangkan beberapa lagu tradisional (sebagai lagu pembuka atau "gembung"). Setelah gembung berakhir, maka dilanjutkan dengan pembacaan zikir dan belum atau macapat yang berisi puji-pujian kepada Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw. Tujuannya ialah supaya menerima keselamatan selama mempertunjukkan debus. Setelah zikir dan macapat selesai, maka dilanjutkan dengan permainan pencak silat yang diperagakan oleh satu atau dua pemain tanpa memakai senjata tajam.
Kegiatan selanjutnya ialah permainan debus itu sendiri yang berupa banyak sekali macam atraksi, seperti: menusuk perut dengan memakai debus; mengupas buah kelapa dan memecahkannya dengan cara dibenturkan ke kepala sendiri; memotong buah kelapa dan membakarnya di atas kepala; menggoreng telur dan kerupuk di atas kepala; menyayat badan dengan sejata tajam menyerupai golok dan pisau; mengkremasi badan dengan minyak tanah atau berjalan-jalan di atas bara api; memakan kaca dan atau bola lampu; memanjat tangga yang anak tangganya ialah mata golok-golok tajam dengan bertelanjang kaki; dan menyiram badan dengan air keras.
Sebagai tambahan, pada atraksi penusukan perut dengan memakai debus, seorang pemain memegang debus, kemudian ujungnya yang runcing ditempelkan ke perut pemain lainnya. Setelah itu, seorang pemain lain akan memegang kayu pemukul yang disebut gada dan memukul pecahan pangkal debus berkali-kali. Apabila terjadi "kecelakaan" yang mengakibatkan pemain terluka, maka Syeh akan menyembuhkannya dengan mengusap pecahan badan yang terluka disertai dengan membaca mantra-mantra, sehingga luka tersebut dalam sanggup sembuh seketika. Kemudian, ketika atraksi penyayatan badan dengan sejata tajam menyerupai golok dan pisau, pemain akan menusukkan senjata tersebut ke beberapa pecahan tubuhnya seperti:: leher, perut, tangan, lengan, dan paha. Namun, melakukannya, ia mengucapkan mantra-mantra supaya tubuhnya kebal dari senjata tajam. Salah satu contoh mantranya adalah: "Haram kamu sentuh kulitku, haram kamu minum darahku, haram kamu makan dagingku, urat kawang, tulang wesi, kulit baja, saya keluar dari rahim ibunda. Aku mengucapkan kalimat la ilaha illahu". Dan, ketika atraksi pemakanan kaca dan atau bola lampu, yang dimuntahkan bukannya serpihan kaca melainkan puluhan ekor kelelawar hidup.
Nilai Budaya
Permainan debus yang dilakukan oleh masyarakat Banten, jikalau dicermati secara mendalam, maka di dalamnya mengandung nilai-nilai yang sanggup dijadikan sebagai contoh dalam kehidupan bersama dan bekal kehidupan di kemudian hari. Nilai-nilai itu antara lain kerja sama, kerja keras, dan religius.
Nilai kolaborasi tercermin dalam perjuangan para pemain yang saling sebenarnya dalam mengatakan atraksi-atraksi debus kepada para penonton. Nilai kerja keras tercermin dalam perjuangan pemain untuk sanggup memainkan debus. Dalam hal ini seseorang yang ingin memainkan debus harus berlatih secara terus menerus sambil menjalankan syarat-syarat dan pantangan-pantangan tertentu supaya ilmu debusnya menjadi sempurna. Dan, nilai religius tercermin dalam doa-doa yang dipanjatkan oleh para pemain. Doa-doa tersebut dibacakan dengan tujuan supaya para pemain selalu dilindungi dan menerima keselamatan dari Allah SWT selama menyelenggarakan permainan debus. (ali gufron).
B. Sejarah Kebudayaan Debus dan Proses Interaksi Tradisi Lokal dengan Islam dalam Kebudayaan Debus
Masuknya unsur-unsur budaya Islam di Banten tidak mengubah kebudayaan yang sudah ada . Bahkan , unsur-unsur tersebut diubahsuaikan dan dipadukan dengan kebudayaan di Banten , supaya masyarakat sanggup dengan gampang mendapatkan agama Islam tanpa mencicipi adanya perubahan kebudayaan . Maka , terjadilah akulturasi kebudayaan antara kebudayaan Islam dengan budaya Lokal .
Kerajaan Banten tidak lepas dari adanya imbas islam, bahkan kebanyakan dari peninggalan kebudayaan Kerajaan Banten bercorak islam. Peninggalan kebudayaan itu tidak hanya sekedar benda materi yang sanggup dilihat dengan mata ataupun diraba dengan tangan. Peninggalan kebudayaan Kerajaan Banten ada juga yang bersifat Non materi, dari adanya peninggalan kebudayaan inilah kita bisa melihat adanya sinkretisme ( yaitu perpaduan antara ideologi ).
Contoh adanya sinkretisme bisa kita lihat pada peninggalan kebudayaan islam yang berupa keyakinan pada kepercayaan islam. Misalnya saja dahulunya masyarakat Banten menganut anutan Hindu melaksanakan sembahyang, tapi semenjak berdirinya Kerajaan Banten maka terdapat beberapa imbas dari anutan islam menyerupai ibadah solat mempengaruhi masyarakat. Masyarakat berkeyakinan dengan melaksanakan ibadah maka Sang Pencipta akan bersahabat dengan mereka dan mengabulkan segala permohonan yang nrimo menurut kecintaan terhadap Allah. Dalam kegiatan ibadah secara islami terdapat peraturan solat lima waktu, puasa, dzakat ( sedekah ), membaca Alquran,dan melaksanakan ibadah haji merupakan bentuk dari adanya peninggalan kebudayaan islam yang diperoleh masyarakat dari adanya Kerajaan Banten
Selain itu ada juga ,kesenian bernapas Islam yang bertujuan untuk berbagi agama Islam yaitu Kesenian Debus .
Kesenian Debus merupakan kesenian orisinil masyarakat Banten yang diciptakan pada kala ke-16 yaitu tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570), dalam rangka penyebaran agama Islam. Agama Islam diperkenalkan ke Banten oleh Sunan Gunung Jati, salah satu pendiri Kesultanan Cirebon, pada tahun 1520, dalam ekspedisi damainya bersamaan dengan penaklukan Sunda Kelapa. Kemudian, ketika kekuasaan Banten dipegang oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682), debus difokuskan sebagai alat untuk membangkitkan semangat para p0juang dalam melawan penjajah Belanda. Apalagi, di masa pemerintahannya tengah terjadi ketegangan dengan kaum pendatang dari Eropa, terutama para pedagang Belanda yang tergabung dalam VOC. Kedatangan kaum kolonialis ini di satu sisi membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain menciptakan pendalaman kepercayaan Islam tidak merata, yaitu terjadinya percampuran kepercayaan dengan tradisi pra-Islam. Hal ini yang terdapat pada kesenian debus.
Kesenian Debus di Banten itu sendiri sebenarnya terdapat asimilasi kebudayaan Islam yaitu hubungannya dengan tarikat Rifaiah. Tarikat ini dibawa oleh Nurrudin Ar-raniry ke Aceh pada kala 16. Tarikat ini ketika melaksanakan ketika sedang dalam kondisi epiphany (kegembiraan yang tak terhingga sebab “bertatap muka” dengan Tuhan), mereka kerap menghantamkam banyak sekali benda tajam ke badan mereka. Filosofi sederhana yang saya tangkap ialah “lau haula walla Quwata ilabillahil ‘aliyyil adhim” atau tiada daya upaya melainkan sebab Allah semata. Makara kalau Allah tidak mengijinkan pisau, golok, bendo atau peluru sekalipun melukai mereka, maka mereka tak akan terluka.Pada kelanjutannya, tarikat ini hingga ke kawasan Minang dan di Minang pun dikenal istilah Dabuih.
Debus dalam bahasa Arab berarti tongkat besi dengan ujung runcing berhulu bundar, dan pada masa kini Debus sebagai seni beladiri yang banyak dipertontonkan untuk program kebudayaan ataupun upacara adat. Dan Debus mulai dikenal pada masyarakat Banten sebagai salah satu cara penyebaran agama Islam, namun ada juga yang menyebutkan Debus berasal dari kawasan Timur Tengah berjulukan Al-Madad yang diperkenalkan ke kawasan Banten ini sebagai salah satu cara penyebaran Islam pada waktu itu, dan yang lainnya menyebutkan bahwa Debus berasal dari tarekat Rifa’iyah Nuruddin al-Raniri yang masuk ke Banten oleh para pengawal Cut Nyak Dien (Tahun 1848—1908).
Pengaruh Islam dalam Kebudayaan Debus sanggup dibuktikan dari peralatan yang dipakai untuk melaksanakan Debus menyerupai rebana , yang merupakan ala music bernuansa Islam dan Para pemain Debus terdiri dari seorang Syeh (Pemimpin permainan), beberapa orang Pezikir, Pemain, dan Penabuh gendang. 1-2 ahad sebelum diadakannya pertunjukan Debus biasanya para pemain akan melaksanakan pantangan-pantangan tertentu supaya selamat ketika melaksanakan pertunjukan, yaitu :
1. Tidak boleh minum-minuman keras;
2. Tidak boleh berjodi;
3. Tidak boleh mencuri;
4. Tidak boleh tidur dengan isteri atau wanita lain; dan lain sebagainya
5. Harus beragama Islam
6. Berpuasa selama 40 hari
Apabila dicermati syarat untuk pemain Debus ini , terperinci diartikan sebagai media untuk mengajarkan agama Islam karna dalam agama Islam kita dilarang melaksanakan menyerupai halnya syarat pemain Debus dan dalam syarat itu diwajibkan beragama Islam dan berpuasa sehingga masyarakat Banten sanggup dengan gampang mendapatkan agama Islam tanpa mencicipi adanya perubahan kebudayaan .
Namun , Kesenian Debus yang ada di Banten tidak semua menerima imbas dari budaya Islam di Banten budaya yang berkembang terdapat imbas budaya Lokal misalnya alat musik pengiringnya antara lain: Gendang besar ,Gendang kecil , Rebana , Seruling dan Kecrek. Gendang merupakan alat music tradisional Indonesia , selain itu
Permainan Debus diawali dengan mengumandangkan beberapa lagu tradisional (sebagai lagu pembuka atau "gembung"). Setelah gembung berakhir, maka dilanjutkan dengan pembacaan zikir yang berisi puji-pujian kepada Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw yang tujuannya ialah supaya menerima keselamatan selama mempertunjukkan Debus. Setelah zikir selesai, maka dilanjutkan dengan permainan pencak silat yang diperagakan oleh satu atau dua pemain tanpa memakai senjata tajam.
Bukti lain terdapat pada , atraksi Debus menambah beberapa atraksi lainnya. Misalnya silat debus, main golok, makan kaca (pecahan kaca), nersisir dengan api, menggoreng di atas kepala, memotong tangan dan pengecap hingga berdarah, berguling di atas kawat berduri. Atraksi lain ialah mengupas kelapa dengan cara digigit, makan bara api, dan tusuk jarum . Atraksi ini merupakan atraksi orisinil yang tidak menerima imbas dari Budaya Islam menyerupai silat debus yang merupakan kesenian orisinil .
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan klarifikasi makalah diatas maka sanggup diambil kesimpulan bahwa perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang berlangsung dengan tenang dan serasi. Yaitu perpaduan kebudayaan antara Islam-Lokal dengan kebudayaan Indonesia, dimana perpaduan antara dua kebudayaan itu tidak menghilangkan unsur-unsur orisinil dari kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan tersebut saling menyesuaikan diri .
B. Saran
Untuk meningkatkan perilaku nasionalisme kita sebaiknya kita mencontoh akulturasi kebudayaan ini , bahwa berbedanya kebudayaan ini tidak mengakibatkan suatu perbedaan atau kontradiksi diantara keduanya tetapi akulturasi ini yang kemudian melahirkan kebudayaan gres yang dimiliki bangsa Indonesia .
DAFTAR PUSTAKA
Sumber data:
1. Djajadiningrat,P.A. Hoesein, 1983, Peninggalan Kebudayaan Kerajaan Banten
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_ Banten
3. Diposkan oleh Olan Withelmina Faresta di 02.11
4. giletules.blogspot.com/search?q=seni-debus-pusaka-banten
5. http://omigaplus.inspsearch.com/search/web?fcoid=417&q=peninggalan%
6. http://search.qone8.com/web?go=1&q=peninggalan+kebudayaan+islam Sumber http://makalahtugasmu.blogspot.com
EmoticonEmoticon