PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGGlobalisasi ialah suatu fenomena khusus dalam peradaban insan yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bab dari proses insan global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi membuat banyak sekali tantangan dan permasalahan gres yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu terkenal sebagai ideologi gres sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu gampang diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia bisa mengubah dunia secara mendasar. Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, hingga penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi dimana banyak sekali pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia sanggup bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain. Konsep akan globalisasi berdasarkan Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia sanggup dipahami dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia sanggup dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara budaya. Globalisasi mempunyai banyak penafsiran dari banyak sekali sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi ialah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi ibarat yang dikatakan oleh Barker (2004) ialah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke banyak sekali arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita. Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global Globalisasi ialah proses dimana banyak sekali peristiwa, keputusan dan acara di belahan dunia yang satu sanggup membawa konsekuensi penting bagi banyak sekali individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992). Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan pelopor globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mensugesti sektor-sektor lain dalam kehidupan, ibarat bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan sanggup mengakses informasi dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang kesudahannya akan saling mensugesti satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga besar lengan berkuasa terhadap cowok dalam kehidupan sehari-hari, ibarat budaya berpakaian, gaya rambut dan sebagainya
B. RUMUSAN MASALAH
Adanya globalisasi menjadikan banyak sekali persoalan terhadap keberadaan kebudayaan daerah, salah satunya ialah terjadinya penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa, pengikisan nilai-nilai budaya, terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya bermetamorfosis budaya massa.
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu : 1. Mengetahui imbas globalisasi terhadap keberadaan kebudayaan tempat 2. Untuk meningkatkan kesadaran arif balig cukup akal untuk menjunjung tinggi kebudayaan bangsa sendiri lantaran kebudayaan merupakan jati diri bangsa
PEMBAHASAN
A. GLOBALISASI DAN BUDAYAGaung globalisasi, yang sudah mulai terasa semenjak simpulan kala ke-20, telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus berkemas-kemas mendapatkan kenyataan masuknya imbas luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh ialah kebudayaan. Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan sanggup diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap banyak sekali hal. Atau kebudayaan juga sanggup didefinisikan sebagai wujudnya, yang meliputi gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh lantaran itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laris seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil aliran dan inovasi seseorang ialah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang mempunyai kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya. Kesenian rakyat, salah satu bab dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari imbas globalisasi. Globalisasi dalam kebudayaan sanggup berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan fasilitas dalam memperoleh jalan masuk komunikasi dan informasi namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu persoalan yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang ibarat Indonesia. Mereka yang mempunyai dan bisa menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang, ibarat Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisai dalam banyak sekali bidang ibarat politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia bisa mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan insan secara menyeluruh. Simon Kemoni, sosiolog asal Kenya menyampaikan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan banyak sekali budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan gres sehingga mereka sanggup melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, berdasarkan Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya supaya tidak dieliminasi oleh budaya asing. Dalam rangka ini, banyak sekali bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Terkait dengan seni dan budaya, Seorang penulis asal Kenya berjulukan Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa sikap dunia Barat, khususnya Amerika seperti sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya gila yang berkuasa di banyak sekali bangsa, yang dahulu dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.
B. GLOBALISASI DALAM KEBUDAYAAN TRADISIONAL DI INDONESIA
Proses saling mensugesti ialah tanda-tanda yang masuk akal dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan banyak sekali masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi ketika ini berlangsung begitu cepat. Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian berlangsung selama beberapa generasi. Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang lantaran adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh lantaran itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan persoalan atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap berarti.. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang beragam dalam banyak sekali hal, ibarat anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Keanekaragaman masyarakat Indonesia ini sanggup dicerminkan pula dalam banyak sekali lisan keseniannya. Dengan perkataan lain, sanggup dikatakan pula bahwa banyak sekali kelompok masyarakat di Indonesia sanggup membuatkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.
C. PERUBAHAN BUDAYA DALAM GLOBALISASI ; KESENIAN YANG BERTAHAN DAN YANG TERSISIHKAN
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan insan secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju ibarat Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian terkenal lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memperlihatkan bukti perihal betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural ibarat itu mau tidak mau akan besar lengan berkuasa terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bab dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di ketika yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih ibarat ketika ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jikalau dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan banyak sekali tayangan hiburan yang bersifat terkenal diseluruh dunia yang berasal dari banyak sekali belahan bumi. Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk lisan kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan sikap ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai jawaban proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada banyak sekali kesenian yang masih memperlihatkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih bermacam-macam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati banyak sekali seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya erat dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seperti tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu biro penanaman nilai-nilai moral yang baik, berdasarkan saya. Contoh lainnya ialah kesenian Ludruk yang hingga pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur kini ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan pola kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional jawaban globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam banyak sekali lisan kesenian tradisional di banyak sekali tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi. Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang bisa mengikuti keadaan dan mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, contohnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar beling oleh kelompok Srimulat. Kenyataan di atas memperlihatkan kesenian ketoprak sesungguhnya mempunyai penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti bisa mengikuti keadaan dengan perubahan zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan bisa mengikuti keadaan dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal ibarat Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang semenjak beberapa tahun kemudian menayangkan wayang kulit setiap malam ahad cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan keberadaan dari kesenian tradisonal ibarat wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu ahad atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.
D. TINDAKAN YANG MENDORONG TIMBULNYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN DAN CARA MENGANTISIPASI ADANYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN
Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya sanggup dikatakan merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul ‘Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia’, mengungkapkan kebijakan kultural di Asia Tenggara ketika ini secara efektif mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural. Dalam pengamatan yang lebih sempit sanggup kita melihat tingkah laris abdnegara pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur tangan dalam memilih objek dan berusaha merubah supaya sesuai dengan tuntutan pembangunan. Dalam kondisi ibarat ini arti dari kesenian rakyat itu sendiri menjadi masbodoh dan tidak ada rasa seninya lagi. Melihat kecenderungan tersebut, abdnegara pemerintah telah menjadikan para seniman dipandang sebagai objek pembangunan dan diminta untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan simbol-simbol pembangunan. Hal ini tentu saja mengabaikan persoalan pemeliharaan dan pengembangan kesenian secara murni, dalam arti benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan bukan sekedar hanya dijadikan model saja dalam pembangunan. Dengan demikian, kesenian rakyat semakin usang tidak sanggup mempunyai ruang yang cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, lantaran itu, secara tidak eksklusif kesenian rakyat kesudahannya menjadi sangat tergantung oleh model-model pembangunan yang cenderung lebih modern dan rasional. Sebagai pola dari permasalahan ini sanggup kita lihat, contohnya kesenian orisinil tempat Betawi yaitu, tari cokek, tari lenong, dan sebagainya sudah diatur dan diadaptasi oleh abdnegara pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan tujuan kebijakan-kebijakan politik pemerintah. Aparat pemerintah di sini turut mengatur secara normatif, sehingga kesenian Betawi tersebut tidak lagi terlihat keasliannya dan cenderung sanggup membosankan. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat ketika ini membutuhkan dana dan derma pemerintah sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian (oroginalitas) yang diinginkan para seniman rakyat tersebut. Oleh lantaran itu pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik. Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium gres ibarat ketika ini ialah sesuatu yang tak sanggup dielakkan. Kita harus mengikuti keadaan dengannya lantaran banyak manfaat yang bisa diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi komunikasi sebagai salah produk dari modernisasi bermanfaat besar bagi terciptanya obrolan dan demokratisasi budaya secara masal dan merata. Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kontak budaya melalui media massa menyadarkan dan memperlihatkan informasi perihal keberadaan nilai-nilai budaya lain yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak budaya ini memperlihatkan masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan pengembangan-pengembangan nilai-nilai dan persepsi dikalangan masyarakat yang terlibat dalam proses ini. Kesenian bangsa Indonesia yang mempunyai kekuatan etnis dari banyak sekali macam tempat juga tidak sanggup lepas dari imbas kontak budaya ini. Sehingga untuk melaksanakan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan diharapkan pengembangan-pengembangan yang bersifat global namun tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis. Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas kebudayaan nasional. Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan kebudayaan nasional jangan hingga hanya menjadi alat atau slogan para pemegang kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan turisme, politik dsb. Selama ini training dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan forum pemerintah masih sebatas pada unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan. Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru semakin dijauhi masyarakat. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh kesenian rakyat cukup berat. Karena pada era teknologi dan komunikasi yang sangat canggih dan modern ini masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik dalam memilih kualitas maupun selera. Hal ini sangat memungkinkan keberadaan dan keberadaan kesenian rakyat sanggup dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat, jikalau dibandingkan dengan kesenian modern yang merupakan efek dari budaya pop. Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas ada beberapa alternatif untuk mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi para seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan kiprah abdnegara pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menjadikan imbas yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia . Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menjadikan isu mengenai globalisasi dan pada kesudahannya menjadikan nilai gres perihal kesatuan dunia. Radhakrishnan dalam bukunya Eastern Religion and Western Though (1924) menyatakan “untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita, entah suka atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah lagi terpisah�. Artinya ialah bahwa antara barat dan timur tidak ada lagi perbedaan. Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan asing. Apabila timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas kebudayaan kita? Ataukah kita larut dalam budaya bangsa lain tanpa meninggalkan sedikitpun sistem nilai kita? Oleh lantaran itu perlu dipertahanan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa. Caranya ialah dengan penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Bagi masyarakat yang mencoba membuatkan seni tradisional menjadi bab dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa kemudian untuk dijadikan komoditi yang sanggup dikonsumsi masyarakat modern. Karena bergotong-royong seni itu indah dan mahal. Kesenian ialah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing. Oleh alasannya ialah itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuntowijoyo, Budaya Elite dan Budaya Massa dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997.2. Sapardi Djoko Damono, Kebudayaan Massa dalam Kebudayaan Indonesia: Sebuah Catatan Kecil dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997.
3. Fuad Hassan. “Pokok-pokok Bahasan Mengenai Budaya Nusantara Indonesia”. Dalam http://kongres.budpar.go.id/news/article/Pokok_pokok_bahasan.htm, did0wnl0ad 7/15/04.
4. Koenjaraningrat. 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
5. Adeney, Bernard T. 1995. Etika Sosial Lintas Budaya. Yogyakarta: Kanisius. Al-Hadar Smith, “Syariah dan Tradisi Syi’ah Ternate”, dalam http://alhuda.or.id/rub_budaya.htm , didown load 7/15/04. Sumber http://makalahtugasmu.blogspot.com
EmoticonEmoticon