Pengobatan alternatif yaitu salah satu jenis pengobatan non-konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat mencakup upaya promotif, preventive, kuratif & rehabilitatif yg diperoleh mealui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tetapi belum diterima dalam kedokteran konvensional.
Akhir-akhir ini sedang marak pengobatan alternative di masyarakat. Bahkan tidak sedikit dari masyarakat kita yang lebih mempercayai pengobatan alternative yang tidak mempunyai basis ilmu kedokteran dibandingkan dengan berobat ke dokter yang jelas-jelas mempunyai ilmu ihwal penyakit dan terapi yang logis. Padahal tidak semua pengobatan alternative mempunyai ijin yang sah dari kementrian kesehatan.
Western Medicine atau conventional medicine adalah metoda atau cara pengobatan yang dilakukan oleh dokter didasarkan atas hasil survey atau penelitian (evidence based medicine). Pengobatan komplementar tradisional alternatif yaitu salah satu jenis pengobatan non-konvensional yang ditujukkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventive, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tetapi belum diterima dalam kedokteran konvensional.
DOKTER VS PENGOBATAN ALTERNATIF
Dokter sebuah profesi kesehatan yang menuntut ketelitian dan kejelian dalam pekerjaanya dikarenakan berafiliasi dengan hidup mati seseorang yang menjadi pasiennya. Oleh karenanya sebagai seorang dokter harus bekerja berdasarkan disiplin ilmu, protap dan hukum yang terperinci sehingga tidak membahayakan para pasien. Seorang dokter juga berkewajiban mempunyai tenggang rasa dan hati nurani lantaran pekerjaanya berkaitan akrab dengan kemanusiaan. Dokter disumpah untuk membaktikan hidupnya guna kepentingan perikemanusiaan, sehingga selayaknya pekerjaan mereka dituntut untuk lebih mementingkan kepentingan pasien daripada kepentingan pribadi.
Untuk menjadi seorang dokter dibutuhkan waktu tempuh pendidikan yang tidak sebentar. Menjadi dokter umum setidaknya memerlukan waktu 4 tahun untuk berguru teori dan 2 tahun untuk berguru dalam koass (praktek) pribadi di rumah sakit dan puskesmas. Belum lagi ditambah untuk menjadi dokter seorang andal setidaknya masih harus menjalani pendidikan lagi antara 4-6 tahun lamanya. Sehingga total untuk menjadi dokter seorang andal diharapkan waktu tempuh pendidikan minimal 10 tahun. Waktu yang tidak sebentar jikalau dibandingkan dengan profesi lain yang hanya perlu waktu tempuh pendidikan sekitar 3-5 tahun saja.
Tak hanya itu, sehabis dilantik menjadi dokter umum, bukan berarti seorang dokter bisa pribadi menjalani praktek, lantaran ia haruslah lulus terlebih dahulu dalam Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) untuk mendapat Surat Tanda Registrasi (STR) dari Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) sebagai sarat untuk pengurusan Surat Ijin Praktek (SIP) dokter. Karena tanpa SIP dokter akan dianggap menyelenggarakan praktek kedokteran ilegal. Ujian semacam ini diharapkan untuk menyaring dokter-dokter berkualitas yang akan melayani masyarakat secara langsung.
Begitu sulit dan berlika-liku perjalanan menjadi seorang dokter, mulai dari persaingan ketika ujian masuk fakultas kedokteran, biaya pendidikan yang begitu mahal, syarat kelulusan yang tidaklah mudah, acara perkuliahan dan perkoassan yang berat, resiko tertularnya banyak sekali jenis penyakit lantaran selalu bersinggungan dengan pasien, sampai harus jauh dari keluarga, anak dan istri lantaran harus mengabdi untuk bersedia ditempatkan di kawasan sangat terpencil di seluruh Indonesia sebagai dokter PTT.
Menjadi sebuah ironi ketika melihat perjalanan menjadi dokter yang begitu sulit, akan tetapi disisi lain ketika ini bermunculan banyak pengobatan alternatif baik yang ilegal lantaran belum memeiliki izin resmi maupun mereka yang legal lantaran mengantongi izin dari dinas kesehatan terkait. Beberapa waktu kemudian sempat heboh dan bermunculan banyak sekali iklan ihwal klinik pengobatan TCM Tong Fang di Televisi lengkap dengan testimonial pasien mereka yang berhasil disembuhkan, namun belakangan iklan-iklan mereka dianggap menjerumuskan calon pasien.
Pengobatan TCM hanya salah satu tumpuan maraknya pengobat alternatif di indonesia. Diantara mereka memang ada yang mempunyai pendidikan pengobatan TCM ala china akan tetapi banyak juga yang tidak dibekali pendidikan melalui jalur resmi. Selain TCM masih banyak pengobatan alternatif lain yang bermunculan di Indonesia. Diantara pengobatan tersebut memang ada yang terbukti memperlihatkan hasil baik bagi penyembuhan pasien, akan tetapi banyak juga diantara mereka hanya memikikrkan laba semata, tanpa memperhatikan keamanan dan keselamatan pasien.
Para pengobat herbal selalu berdalih bahwa terapi yang mereka berikan tidak mempunyai imbas samping yang merugikan lantaran bersifat alami, hal ini berbeda dengan obat-obatan dokter yang berasal dari zat kimia sehingga mempunyai imbas samping yang berbahaya untuk tubuh. Pernyataan tersebut tidak benar tapi juga tidak sepenuhnya salah, lantaran memang benar obat-obatan itu mengandung senyawa kimia akan tetapi tentu saja takaran takaran dan kandungannya diubahsuaikan bagi kebutuhan manusia, pemberiannya pun juga dilarang sembarangan. Ada hukum yang terperinci sehingga obat yang diberikan sanggup memperlihatkan manfaat bagi pengobatan dan meminimalisisr imbas sampingnya.
Lain halnya dengan munculnya banyak sekali jenis pengobat herbal, dengan ramuan-ramuan ajaibnya yang terkadang justru tidak mempunyai label informasi yang terperinci mengenai indikasi dan kontraindikasi obat, komposisi obat, tanggal kadaluarsa, petunjuk pemakaian, interaksi dengan obat lain serta informasi lain seputar petunjuk peringatan keamanan dan keselamatan bagi pasien yang akan mengkonsumsi obat-obatan herbal tersebut. Lalu apakah jikalau begitu masih bisa dibilang jikalau obat herbal jauh lebih kondusif ketimbang obat-obatan modern yang sudah terperinci baik buruknya bagi kesehatan pasien?
Tidak ada salahnya memang menjadi pengobat alternatif ataupun pengobat herbal. Justru menjadi sebuah solusi untuk bersama meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Akan tetapi yang perlu diperhatikan hendaknya mereka yang mengaku mempunyai kemampuan pengobatan tradisional/alternatif dan ingin berpraktek mendirikan klinik ada baiknya benar-benar dibekali basic pendidikan pengobatan yang jelas, biar nantinya tidak mencelakakan pasien mereka. Selain itu dinas kesehatan sebagai instansi yang berwenang memperlihatkan ijin praktek pengobatan juga harus ketat dan tegas dalam menyeleksi dan memperlihatkan ijin praktek pengobat alternatif tersebut.
Fakta dilapangan yang terjadi ketika ini justru berkebalikan, banyak dokter yang kesulitan mendapat surat ijin praktek lantaran terbentur ujian kompetensi dokter (UKDI), banyak klinik dokter yang kesulitan mendapat ijin lantaran harus melengkapi semua syarat yang dibutuhkan biar ijin sanggup dikeluarkan atau pelaksanaan proses ratifikasi rumah sakit yang sangat melelahkan dan menyita waktu, sebagai syarat biar rumah sakit tersebut terus sanggup beroperasi. Hal ini sangat berbeda jauh dengan mudahnya seseorang yang mengaku andal pengobatan alternatif untuk mendapat ijin praktek.
Entah apa yang sudah terjadi dalam sistem kesehatan di negara kita, seorang dokter yang begitu susah payah meraih gelar dokter mereka, masih saja dipersulit untuk mengabdikan ilmu mereka bagi peningkatan taraf kesehatan masyarakat. Sementara mereka para oknum pengobat alternatif yang belum terperinci pendidikan dan pengetahuan seputar pengobatan justru sanggup melenggang dengan leluasa untuk memperlihatkan pengobatan pada masyarakat bahkan dengan percaya diri mereka memasang plang papan nama besar, sampai menyebar pamflet, pasang iklan di koran, radio dan TV dengan banyak sekali janji-janji kesembuhan pengobatan mereka.
Diluar itu semua saya juga meyakini, bahwa tidak ada satupun rekan-rekan sejawat dokter yang merasa kuatir tersaingi karena banyaknya bermunculan klinik-klinik pengobatan herbal tersebut. Hal ini terbukit dengan makin ramainya jumlah kunjungan pasien untuk berobat di klinik dokter ataupun dirumah sakit. Justru yang menjadi kekuatiran kami sebetulnya lebih lantaran makin banyak juga pasien yang tiba sudah dalam kondisi parah lantaran sebelumnya sudah dirawat oleh oknum pengobatan alternatif. Kondisi yang sudah makin parah tersebut tentunya akan mempersulit proses pengobatan secara medis, sehingga pada jadinya memerlukan waktu usang dan biaya pengobatan yang lebih besar.
Tidak ada salahnya memang menjadi pengobat alternatif, dokter juga bukanlah profesi yang paling hebat dalam hal penyembuhan. Setiap jenis pengobatan yaitu perjuangan manusia, sementara untuk hasil final pengobatan itu sendiri Tuhan yang menentukan. Namun setidaknya sebagai insan yang mempunyai akar dan pikiran bisa mempertimbangkan pengobatan yang rasional, bukan pengobatan yang cenderung tidak masuk akal. Banyak diantara para oknum pengobat alternatif yang tidak didukung oleh data dan fakta seputar penyakit yang diderita oleh pasiennya sehingga bisa dibilang pengobatan yang diberikan juga cenderung asal-asalan.
Berbeda dengan seorang dokter, tidak akan mengobati pasiennya semata-mata hanya berdasarkan apa yang dikeluhkan pasien. Tapi dokter akan mencari data objektif lain yang terperinci dan valid sehingga mendukung diagnosis dan terapi yang diberikan. Selain anamnesis (wawacancara) seputar keluhan pasien, dokter juga akan melaksanakan investigasi fisik, investigasi penunjang yang diharapkan menyerupai laboratorium darah, rekam jantung (EKG), investigasi USG dan Radiologi, serta banyak sekali investigasi lain yang diharapkan untuk menegakkan diagnosis pasiennya sehingga sanggup diberikan pengobatan yang benar dan efektif.
Untungnya masyarakat kita kini sudah cukup cerdas, sehingga tidak gampang terbuju rayuan pengobatan alternatif yang memperlihatkan jani-janji nirwana bagi kesembuhan pasien. Akan tetepai na’as bagi mereka yang minim informasi banyak yang menjadi korban para oknum tersebut. Penyakit yang sebelumnya bisa dibilang tak begitu parah justru menjadi makin parah, bahkan tak jarang sampai meninggal dunia sehabis ditangani oknum pengobat alternatif tersebut. Namun adakah diantara mereka yang menggugat? adakah kasus malpraktik pengobat alternatif yang didokumentasikan dan diberitakan secara besar-besaran dimedia massa? sangat berbeda bukan pemberitaannya ketika ada isu seputar dugaan dan tuduhan malpraktik yang dilakukan oleh dokter.
Pengobatan alternatif itu baik, namun perlu diperhatikan bahwa pengobatan alternatif itu harus benar-benar mempunyai basic pendidikan pengobatan yang jelas, biar nantinya tidak mencelakakan pasien. Jadi, pengobatan alternatif ini dipakai apabila pasien sudah mengetahui diagnosis dari dokter terlebih dahulu, biar prinsip dasar dari terapi penyakitnya diketahui oleh pasien sehingga mempunyai dasar untuk memilih pengobatan konvensional ataupun alternatif, lantaran pilihan terapi merupakan hak pasien.
Untuk dokter, cukup menginformasikan pasien ihwal pilihan terapi yang akan diambil oleh pasien. Pada pasien, sebaiknya lebih mencari informasi yang benar mengenai pengobatan alternatif dan konvensional biar menjadi pasien yang cerdas. Untuk pengobat alternatif, harus mempunyai basic pengobatan yang jelas. Khusus untuk dinas kesehatan sebagai instansi terkait harus ketat dalam memberi izin praktek terhadap pengobat alternatif.
Sumber http://consisteria.blogspot.com
EmoticonEmoticon